Sexy Red Lips

Rabu, 30 April 2025

Bab 29: Belum Bisa Jujur

(VOC Indah)

Bagaimana ini, apa yang harus aku katakan untuk menyangkal dugaan mba Lita, bukankah percuma jika aku terus berbohong, toh perutku pun tidak bisa disembunyikan jika semakin membesar.

"Mau aku bantu untuk bicara ke suami kamu Ndah? Mungkin masalah dalam rumah tangga kalian bisa diselesaikan, tidak mungkin kan suamimu masih tega mengusir istri yang sedang hamil" ucap mba Lita penuh simpati dihadapanku. Matanya penuh binar empati padaku, mendengar ucapannya malah membuatku miris dengan diriku sendiri, nyatanya aku diusir karena kehamilanku ini.

Apa lebih baik aku jujur saja sekarang, kesalahan apa yang sebenarnya aku perbuat sampai aku diusir oleh suamiku.

Yah ini kesempatan mengutarakan semuanya bukan? aku juga tidak mau kalau harus bohong, toh mas Leo juga sudah berjanji akan bertanggung jawab padaku, berarti kedepannya aku juga pasti akan menjadi istri mas Leo yang tentu saja adalah madu dari wanita dihadapan ku ini.

Yah aku akan bicara jujur kali ini "sebenarnya aku mema-"

"Sayang! Sarapannya sudah siap?" Mas Leo tiba-tiba datang dan memotong ucapanku dengan langkah terburu-buru menuju ke arah kami.

Mba Lita langsung menoleh ke arah mas Leo "sayang, aku tuh lagi ngomong serius sama Indah tauk, kamu dateng ganggu banget deh, kamu kan bisa lihat sendiri mejanya masih kosong" decak mba Lita sambil menyipitkan matanya menatap mas Leo dengan kesal.

"Loh kok belum siap sih! Kamu gak bikin sarapan hari ini?" Ucap mas Leo sambil berjalan menuju bangku tempatnya biasa duduk. Yah aku tahu pasti mas Leo sengaja mengalihkan pembicaraan kami ber dua kan?

"Tadi aku mau bikin nasi goreng, tapi ibu Melati bilang kalau Putri mau donat

yang kemarin, yaudah jadi ibu Melati bilang mau beli nasi uduk aja buat sarapan sekalian"

"Oh gitu" balas mas Leo kemudian menoleh kearah ku "loh kamu belum siap- siap Ndah? Nanti kita telat loh berangkatnya" ucapnya dengan nada acuh tak acuh.

"Ish mas, kan tadi aku udah bilang kalau Indah muntah-muntah, masa orang sakit disuruh masuk kerja sih!" Omel mba Lita dengan wajah jutek ke mas Leo.

"Aku baik-baik aja kok mba, masih sanggup kalau harus berangkat kerja" sambungku sambil mengusap pelan tangan mba Lita yang masih duduk didekatku.

"Kamu yakin Ndah? Kamu gak mau periksa kedokter dulu? Biar aku yang antar, selagi hari ini aku shift siang jadi bisa antar kamu sebentar"

"Yakin kok mba, aku enggak sakit mba" jelasku meyakinkan mba Lita.

"Mas kamu pasti kenal sama suaminya Indah kan?! sepertinya Indah hamil deh mas, kamu harus bicara ke suaminya Indah mas, pasti Ibu hamil butuh suami disampingnya" Ucap Mba Lita antusias ke mas Leo, padahal aku sama sekali belum mengatakan kalau aku memang sedang hamil "iya kan Ndah?!" Sambungnya menatapku sekarang seolah mengharap jawaban 'iya' dariku. Mas Leo diam mendengar ucapan mba Lita, sambil menatapku penuh tanda tanya.

"Mah uti mam onat nak mah (mah putri mam donat enak mah)" tiba-tiba terdengar suara Putri yang sedang kegirangan yang baru saja masuk bersama ibuku yang menggandeng tangannya sambil berjalan menghampiri kami bertiga.

"Wah anak mamah doyan donat ya, coba sini mamah minta dong" timpal ku merespon sekaligus menghindar dari rasa penasaran mba Lita sambil menengadahkan tangan kanan ke arahnya.

"Tu nene unya anyak, ni unya uti nda oleh inta (itu nenek punya banyak, ini punya Putri gak boleh diminta)" ucapnya sambil menggigit donatnya lagi.

"Kamu siap-siap sana Ndah, jam tujuh kita harus berangkat, kamu lupa ada meeting pagi ini?!" Ucap mas Leo memerintahku lagi, sengaja agar menghindari mba Lita saat ini.

"Iya pak" balasku langsung berdiri dan meninggalkan ruang makan sambil mengangguk kearah mba Lita memberi tanda undur diri.

Sebenarnya terbersit sedikit kekecewaan dihatiku, karena telihat jelas mas Leo belum siap untuk mengatakan yang sejujurnya pada mba Lita.

Aku juga tidak boleh gegabah sebelum mendapat persetujuan dari mas Leo, karena bagaimanapun juga dia yang lebih tahu waktu yang tepat untuk bicara dengan istrinya.

Tapi kenapa mas Leo mau buru-buru berangkat ya, padahal hari ini enggak ada meeting sama sekali, mungkin ada yang mau mas Leo bicarakan padaku.

Aku membawa baju ganti ke kamar mandi belakang, melewati ruang makan, dan segera mandi untuk bersiap berangkat kerja.

***

(Author)

Seperginya Indah bersiap mandi, wajah Lita ditekuk masam, bukan salah Putri juga yang tiba-tiba hadir di antara mereka bertiga, tapi kenapa waktunya terasa tidak pas ketika mereka sedang bicara serius.

"Sini Putri duduk sama tante" ucap Lita berusaha melukis senyum diwajahnya. "Ya ante (iya tante)" jawab Putri yang langsung mendekat kesamping Lita.

Tangan Lita sigap mengangkat putri dan langsung memangkunya.

"Duh Putri celemotan gitu makan donatnya nak Lita, nanti baju nak Lita kotor"

ucap Ibu Melati yang sekarang duduk disebelah Lita menggantikan tempat Indah sebelumnya.

"Enggak apa-apa kok bu, bisa di lap pakai tisu kok" balas Lita sambil menarik satu tisu dari tempatnya yang kebetulan ada didepan Lita.

Ibu Melati mengeluarkan bungkusan nasi uduk yang dibelinya dan meletakkannya di tengan meja agar bisa diambil dengan mudah, juga

mengeluarkan kue-kue pagi seperti donat, getuk, risol dan bakwan kemudian ditempatkan di piring yang berbeda.

"nak Lita sarapan dulu, biar Putri ibu yang pangku" ucap bu Melati setelah selesai menata belanjaannya diatas meja makan.

"Nanti aja bu, saya masuk siang jadi telat sarapan enggak masalah, ibu makan duluan aja, nanti kalau ibu sudah selesai baru gantian gendong putri" balas Lita masih sambil pelan-pelan menghapus celemotan coklat donat dipipi dan bibir

putri.

"Iya bu, makan duluan aja" timbrung Leo yang sedang membuka satu bungkus nasi uduk.

"Oh ya sudah, saya makan duluan ya nak Lita" ucap Ibu Melati kemudian tangannya terulur ke arah bungkusan nasi uduk yang tepat ada didepannya.

"Iya bu" balas Lita sambil mengukir senyum. Dan kemudian mengajak Putri bercanda lagi.

Indah yang selesai mandi dan sudah siap langsung ikut sarapan juga.

Sesuai yang dikatakan Leo, mereka berangkat kerja di jam tujuh, menggunakan motor, karena Leo terus saja bersikap seolah sedang terburu-buru dan dikejar dateline meeting.

***

"Mas lebih baik jujur sama mba Lita, memang mau sampai kapan harus bohong terus?! Apalagi perutku ini akan membesar" ucap Indah penuh emosi diruang tangga darurat, suaranya menggema tak tertahan karena ruang kosong yang memang jarang dilewati orang, wajahnya penuh semburat kecewa karena kejadian tadi malam dan pagi ini.

Tangan kanannya memijit pelan ujung alisnya sambil tangan yang satu mengelus perut yang terbilang belum membuncit dari usia kehamilannya.

"Sabar, aku juga mau bilang jujur ke Lita, tapi jangan sekarang, sepertinya aku juga harus carikan kamu kontrakan, lebih baik juga kamu gak seatap dengan Lita, baru aku bisa bicara terus terang agar mengurangi pertengkaran antara kalian" ucap Leo menenangkan Indah.

"Kenapa dari awal kamu malah bawa aku kerumah kamu mas?" suara Indah bergetar frustasi.

"Ya... saat itu aku bingung harus bawa kamu kemana, satu-satunya yang aku fikirkan ya rumah, lagian memang niatnya hanya satu malam, tapi Lita tiba-tiba minta kamu tinggal, dan semalam dia malah nyuruh aku nyari kontrakan, karena merasa curiga pada kita" jelas Leo yang tak kalah frustasi.

"Mas ingat aku dan buah hati dirahimku saat ini, aku butuh status untuk anak- anakku, kamu sudah janji bertanggung jawab, aku relakan rumah tanggaku hancur untuk anak kita mas" ucap Indah sambil memeluk Leo.

"Iya aku ingat, aku juga ingin lita bisa menerima kalian dan Lita mengerti perasaan ku juga yang menantikan kehadiran seorang anak" sambung Leo membalas pelukan Indah.




Selasa, 29 April 2025

Bab 28: Mual Dipagi Hari


Setelah rapih mandi dan memakai baju pijama berwarna coklat muda Lita langsung ikut rebah diatas kasur mendekat kesamping suaminya yang sedang sibuk didepan layar laptop.

"Mas.." ucap Lita sambil mengaitkan tangannya ketangan Leo.

"Ada apa sayang?" balas Leo masih sibuk manatap layar yang menjejerkan hasil kerjanya.

"Kamu udah cariin Indah kontrakan?" Tanya Lita.

Leo menghentikan jemarinya yang sebelumnya sibuk menekan tombol-tombol keyboard "loh kan kamu yang minta mereka tinggal bareng kita" ucap Leo sambil menatap wajah istrinya.

Lita mengukir senyum kikuk "iya sih, tapi... gegara tadi lihat kamu dan dia keluar kamar bareng, perasaan aku jadi rada enggak enak, aku jadi mikir yang enggak- enggak deh dari tadi" ucapnya diakhiri dengan tekukan bibirnya yang menandakan gusar.

Leo menelan salivanya setelah mendengar ucapan istrinya, sudah diduga pasti Lita akan membahas tentang hal ini, dan dia tidak bisa berkelit jika dugaan istrinya adalah benar "yaudah nanti aku bilang ke mereka, kalau aku sudah dapet kontrakannya, aku belum sempet nyari karena kemarin kamu kekeh nyuruh mereka tinggal disini" terangnya berusaha setenang mungkin seolah tidak terjadi apa-apa.

"Tapi mas, Indah belum cerita tentang sebab dia yang dipukul dan diusir suaminya, aku jadi pengen kepo, sebenarnya ada permasalahan apa sih mas dikeluarga mereka?" Tanya Lita sambil memandang penuh selidik pada suaminya berharap mendapat penjelasan.

Jantung Leo sontak berdebar cepat, salivanya los lagi tertelan kasar

ditenggorokannya. Pandangan matanya gusar seolah mencari alasan namun tak dapat "emm aku juga kurang yakin, aku enggak tahu sayang, aku belum nanya- nanya lagi ke dia" kilahnya enggan menatap wajah Lita, mata Leo seolah sibuk mengoreksi apa yang telah iya kerjakan dilaptopnya.

Lita mengernyitkan kedua alisnya merasa heran dengan jawaban suaminya "masa kamu enggak tahu mas? tapi kenapa hari itu kamu tiba-tiba banget nolongin Indah, terus kenapa Indah minta tolongnya kekamu? Bukan ke Adit atau siapa gitu teman yang lainnya?!" Berondong pertanyaan diucapkan Lita berharap mendapat jawaban yang ia inginkan sekaligus mengurangi rasa penasarannya.

Leo gelagapan menjawab tubian pertanyaan dari istrinya yang kian curiga "ya... aku kan... Leadernya dia sayang, ditambah Adit dan yang lain kan belum pada nikah masih tinggal sama orang tua, makanya Indah cuma kefikiran minta tolong ke aku, gitu" jelas Leo gugup berharap istrinya puas dengan jawabannya.

Lita diam, mencerna penjelasan suaminya, berharap gundahnya terobati dengan segala yang baru didengarnya, berharap fikiran buruknya segera musnah.

"Oo gitu..." mulut Lita sempurna maju mengikuti huruf vocal U diakhir kalimatnya, sambil berfikir untuk menanyakan pertanyaan lain karena masih terasa ada yang mengganjal dilubuk hatinya.

Leo melirik ke arah Lita, berharap tidak ada pertanyaan susulan dari Lita, sampai akhirnya "Mmuach" Leo mengecup gemas bibir istrinya.

"Ish apa sih mas... lagi serius malah nyosor" omel Lita refleks menepuk punggung suaminya.

"Abis bibir kamu gemesin gitu" ucap Leo sambil terkekeh "udah ah dari pada kepoin orang, mending kita bobo yuk" sambung Leo berusaha lepas dari situasi yang hampir membuatnya frustasi sendiri.

Segera Leo meletakkan Laptop ke atas meja samping kasur "whoaam aku ngantuk banget sayang, mau peluk kamu" Leo segera memeluk Lita setelah menguap dan meregangkan tubuhnya sebentar.

"Akh!" Pekik Lita ketika tubuhnya sukses tertindih Leo "ish mas aku masih punya banyak pertanyaan loh!" Kesalnya.

"Hmm aku ngantuk banget sayang, aku mau bobo, besok aja kita lanjut ngebahasnya, oke?!" kilah Leo sengaja bermanja dipelukan istrinya sambil melesakkan wajahnya di dada Lita dengan mata yang sengaja dipejam.

Leo berharap sikapnya seperti ini membuat Lita enggan untuk melanjutkan pembahasan yang sangat ingin dia hindari.

***

Indah gusar sendirian didalam kamar, sambil sesekali memandang anak dan ibunya yang sudah terlelap tidur.

Mulutnya tak henti menggigit ujung jempol tangannya sendiri sambil duduk bersandar dikepala kasur.

Indah sedang berfikir bagaimana tentang nasibnya kedepan, bagaimanapun juga bukankah Leo sudah berjanji akan bertanggung jawab sepenuhnya atas dirinya.

Lambat laun hubungan mereka pasti akan terbongkar juga bukan, tapi dibanding kaget karena hampir ke gep oleh Lita, Indah lebih kesal mendapati sikap Leo yang sangat takut didepan wanita yang dijadikannya rival sekarang.

Indah memendam kesalnya, dia cemburu karena Leo masih sangat mencintai istrinya terbukti dari sikap Leo tadi. Padahal saat ini dia yang sedang hamil anaknya.

Dia merasa muak jika harus sembunyi-sembunyi terus seperti ini, toh perutnya pun pasti akan membuncit dan anaknya pun akan lahir juga.

***

Selasa pagi, Indah bangun dengan gontai turun dari ranjang, tidurnya tidak pulas. Wajahnya terlihat kuyu.

"Hmph, uek" Indah segera menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Morning sickness itu yang selalu dibilang para dokter tentang mual dipagi hari saat sedang hamil.

Indah buru-buru lari keluar kamar menuju kamar mandi dibelakang yang berada dekat dapur.

Kamar mandi dirumah Lita ada dua, yang satu kamar mandi pribadi yang berada didalam kamar utama dan yang satunya lagi kamar mandi belakang.

"Huek... huek" tak henti Indah berusaha menghilangkan mualnya dan berusaha memuntahkan apa yang seharusnya dimuntahkan.

"Indah kamu kenapa?" Lita yang baru masuk ke dapur mencoba menghampiri Indah dikamar mandi yang pintunya tidak ditutup "kamu sakit Ndah?" Tanya Lita khawatir karena memang belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Indah yang masih belum tuntas dengan mualnya, masih belum bisa menjawab pertanyaan Lita "ini akh hueek... hmph hueek"

"Oke tunggu aku ambilin minyak angin dulu ya ndah" ucap Lita seraya berlari menuju kamarnya.

"Ada apa sayang? Kamu lagi nyari apa?" Tanya Leo yang baru keluar dari kamar mandi sambil menatap Lita yang sedang sibuk bongkar laci meja.

"Minyak angin sama obat mas, Indah muntah-muntah dibelakang" jawab Lita yang sudah menemukan apa yang dicari "yaudah aku kasih ini dulu ke Indah ya" sambungnya segera lari meninggalkan Leo yang kini sedang tertegun setelah mendengar ucapan Lita.

"Ini Ndah pake minyak anginnya biar ngilangin mualnya Ndah" ucap Lita dengan langkah cepat mendekati Indah yang sudah duduk dimeja makan.

"Terimakasih ya mba" balas Indah sambil membersihkan mulutnya yang basah dengan tisu.

Indah membuka tutup minyak angin yang sudah diletakkan Lita diatas meja dekatnya dan "hmmph ueeek" bukannya menghilangkan mualnya, Indah malah semakin mual ketika aroma minyak angin menguar keluar, otomatis Indah segera meletakkan botol minyak anginnya sejauh-jauhnya sambil tangan yang satunya mengapit lubang hidungnya.

"Eh loh kenapa Ndah kok malah kamu enggak pake?" Tanya Lita heran melihat respon Indah.

"Bikin Pusing mbak baunya" jawab Indah sambil menahan nafas mengerutkan hidungnya dan menghempaskan tangannya seolah menyibak aroma minyak angin yang masih tertinggal di udara.

Alis Lita mengernyit melihat gelagat Indah "kamu lagi hamil Ndah?" Tanya Lita memastikan.

Indah kaget dengan pertanyaan Lita sampai membuatnya gelagapan "Ee..e...aku kurang tau juga mba" jawab Indah bohong, yah karena hanya Lita yang belum tahu apa-apa dirumah ini.

"Kamu telat datang bulan gak Ndah? Masa kamu enggak tahu sih kalo kamu lagi hamil atau enggak, padahal kamu udah pernah pengalaman hamil Ndah" ucapan polos Lita tanpa sadar menohok untuk Indah.

"Em... aku cuma belum yakin aja mba, tapi memang sudah lama aku telat datang bulan" kilah Indah dengan jantung yang berdebar hebat dan tangan dingin.

"Coba kamu cek dulu Ndah, suami kamu harus tahu loh kalau kamu hamil gini, dia harusnya seneng kalau akan datang buah hati baru didalam rumah tangga kalian" tohokan kedua dari Lita.

Indah menelan salivanya kasar, matanya bergetar memandang Lita yang kini sedang serius bicara sambil menatap dirinya.

"Mau aku bantu untuk bicara ke suami kamu Ndah? Mungkin masalah dalam rumah tangga kalian bisa diselesaikan, tidak mungkin kan suamimu masih tega mengusir istri yang sedang hamil" ucap Lita penuh simpati sambil

menggenggam kedua tangan dingin Indah yang sedari tadi terpaut grogi diatas meja makan.




Senin, 28 April 2025

Bab 27 : Bohong


Sepanjang jalan Lita merutuki dirinya karena perlakuan Alex yang seenaknya saja mencumbu bibirnya.

Meskipun sekilas namun membuat hatinya bedebar tak karuan, bukan karena malu, tak dapat dipungkiri siapa yang akan menolak pesona lelaki tampan belasteran dengan tubuh kokoh sempurna yang memanjakan pandangan setiap wanita yang memandangnya.

Jauh dilubuk hatinya yang terdalam, ia berusaha untuk tak terbuai dengan sikap dan ucapan Alex yang terus saja menggoda imannya.

Namun apa daya, terlalu munafik untuknya saat ini, degup jantung tak bisa berkhianat nyatanya Lita sudah tenggelam dalam pesona lelaki arogan yang selalu seenaknya bersikap itu.

"Tidak Lita! Ingat kau sudah bersuami" batinnya berusaha menyadarkannya pada kenyataan.

Akhirnya mobil yang membawanya pulang kini berhenti tepat didepan gerbang rumahnya.

"Terimakasih ya pak" ucapnya pada supir Taxi Online seraya turun dari mobil.

"Sama-sama neng" balas bapak itu, dan langsung pergi setelah memastikan Lita sudah berada diluar.

Lita menarik nafas dalam, mengatur perasaannya sebelum kakinya melangkah masuk melewati gerbang hitam yang menjulang tinggi dihadapannya.

Sambil menatap mobil putih dan sepeda motor hitam yang masih terparkir di teras rumahnya menandakan bahwa Leo belum berangkat untuk menjemputnya.

"Mas Leo belum jalan?! Padahal udah jam segini, hmm pantesan aku kalo nungguin lama" gerutunya heran bercampur kesal mengingat saat dia harus menunggu diloby, sambil melihat jam tangan menunjukkan pukul 22:20 WIB Lita terus berjalan dan membuka pintu rumah dengan kunci cadangan yang selalu dia bawa.

Dengan langkah gontai Lita sedikit kesal menyadari kebiasaan suaminya yang selalu membuatnya menunggu dijemput jika sedang shift malam.

"Mas kamu lupa konci motornya nih" ucap Indah yang berjalan dibelakang Leo sebelum akhirnya menabrak Leo yang baru saja menghentikan langkah nya, kemudian ikut kaget melihat sosok yang juga ditatap Leo.

Leo kaget melihat Lita yang sedang berjalan menuju arahnya sekarang "sayang kamu udah pulang?" Tanyanya refleks diselingi debaran jantungnya yang sedikit panik, sampai membuat jemarinya lemas seketika.

Tak kalah terkejut, jelas Lita juga lebih kaget mendapati pemandangan dihadapannya, Sebelum menjawab Mata Lita awas melihat Indah dan Leo yang baru saja keluar kamar "kok Indah..." ucap Lita heran sambil menunjuk Indah dengan telunjuknya.

"Indah abis bangunin aku buat jemput kamu, soalnya tadi aku ketiduran" potong Leo beralasan menutup rapat hal yang sebenarnya dengan kebohongan, seakan tahu pertanyaan apa yang akan diajukan Lita.

"I-iya mba, tadi pak Leo ketiduran, jadi saya bangunin" sambung Indah gugup ikut tenggelam dalam kebohongan yang baru saja tercetus untuk menutupi apa yang sebenarnya terjadi, sambil melirik Leo sesekali juga melirik ke arah Lita.

"Ooh Pantes... kamu kalo jemput lama, aku sampe kering nungguinnya, ternyata kamu ketiduran terus mas" balas Lita sambil melepas tas selempang hitamnya dan kemudian menjatuhkan pantatnya disofa.

"Aahhh cape banget" erang Lita sambil meregangkan tubuhnya kemudian menyandarkan tubuhnya pada posisi nyaman.

"Kamu pulang sama siapa sayang?" Tanya Leo mencoba menenangkan hatinya setelah mengucapkan kebohongannya hari ini, nyaris saja dia dan Indah ke gep bukan! bersyukurlah dia tidak melanjutkan permainannya sampai dua ronde bersama Indah.

Sambil berjalan kikuk dan canggung Leo mendekati Lita.

"Aku naik taxi" jawab Lita.

"Kamu lagi pulang cepet, kok enggak kasih kabar?" Tanya Leo, yang sekarang sudah ikut duduk disamping Lita.

"Iya soalnya tadi aku da..." Lita menghentikan ucapannya, tidak mungkin kan dia harus bilang habis dari apartemen adiknya Angel, yang nyatanya adalah lelaki dewasa.

Akhirnya Lita mencari alasan lain "iya aku dateng kerjanya lebih cepet, tadi aku telpon kamu, tapi HP kamu enggak aktif" jelas Lita bohong, setelah itu melempar pandangannya kearah Indah.

"Tapi ndah, emang kamu sering bangunin mas Leo kalau mau jemput aku?" Tanya Lita karena setelah difikirkan rasanya sedikit tidak nyaman

membayangkan Indah berada didalam kamarnya, sekalipun untuk membangunkan Leo.

"Baru hari ini kok mba" jawab Indah karena merasa ditatap Lita, dia merasakan kewaspadaan Lita, yah nyatanya pasti mba Lita akan menyimpan sedikit curiga bukan? benaknya.

"Iya baru ini kok sayang" sambung Leo meyakinkan Lita sambil merangkul Lita.

"Oh gitu..." ucap Lita sambil menganggukkan kepalanya, walau sejujurnya terselip kejanggalan dihatinya.

"Iya mba" jawab Indah " kalo gitu saya masuk dulu ya mba, mau tidur" sambungnya.

"Oh iya silahkan ndah" jawab Lita mengangguk.

Tak lama kemudian Indah segera masuk kedalam kamarnya.

Yah tidak bisa dipungkiri, hati Lita sedikit terganggu melihat pemandangan barusan, apalagi dia langsung teringat kata-kata Alex. Tidak menutup

kemungkinan antara lelaki dewasa dan perempuan dewasa bukan? Sama halnya dengan dia dan Alex.

'Aah enggak mungkin, aku percaya mas Leo' batinnya berusaha berfikir positif sambil menatap nanar wajah Leo.

"Kamu kenapa sayang?" Ucapan Leo seketika manyadarkan Lita dalam imajinasinya.

"Ah enggak... aku gak papa kok sayang" balasya sambil memberikan senyum canggung.

"Kamu pasti lelah banget kan, sini aku gendong sampai kekamar" tangan Leo sigap langsung menggendong Lita dalam pelukannya ala bridal.

"Akh, mas!" Lita kaget mendapati tubuhnya sudah berada dalam genggaman suaminya "ih apaan sih, turunin gak!".

"Enggak mau" balas Leo santai sambil berjalan menuju kamar.

"Dasar! pasti mau baiki-baikin aku deh gegara ketahuan jemputnya sering lama karena ketiduran" kesal Lita.

"He he kok kamu peka banget sih sayang" tawa Leo seraya merebahkan Lita dikasur.

Leo memandang Lita menyelipkan sebagian rambut Lita yang terurai ke belakang telinga istrinya yang sempat kesal itu, kemudian meyordokan bibirnya perlahan ingin mencium bibir Lita.

Namun Lita segera menolak membuang muka menghindari ciuman Leo, sampai akhirnya bibir Leo mencium pipi kiri Lita.

"Aku baru pulang kerja mas, belum mandi" ucapnya masih buang muka.

"Gak papa aku tetep suka wangi kamu yang baru pulang kerja" ucap Leo makin mengeratkan pelukannya dan mencium leher istrinya.

"Mas ish... aku nya enggak nyaman tahu, aku mau mandi dulu!" Tolak Lita lagi, sekarang suaranya sedikit kesal.

Menyadari sikap Istrinya yang memang tidak suka di jamah saat sedang lelah pulang kerja "iya iya oke, aku ngalah, yaudah sana kamu mandi dulu" ucap Leo melepas pelukannya seraya bangkit dan turun dari kasur.

Lita langsung bangun dari rebahnya duduk diujung kasur sambil membuka baju atasnya, bawahannya, dan segera masuk kedalam kamar mandi tanpa perduli suaminya yang sedang memandangi geraknya.

Leo langsung menarik nafas lega, sambil mengusap tengkuknya yang tidak gatal, hanya menguarkan kegelisahannya saat ini, rasa panik yang sempat menggerogotinya beberapa waktu lalu membuatnya harus bersikap seolah benar-benar tidak terjadi apa-apa dengan cara mengalihkan perhatian istrinya. Leo duduk diujung kasur, menggigit telunjuknya, berfikir dan berharap Lita tidak berfikir hal-hal yang aneh dari apa yang baru saja dilihat antara dirinya dan Indah.

Lita menguyur dirinya dibawah shower, hatinya gelisah rasa was-was muncul berkecamuk ingat ucapan Indah yang memanggil Leo dengan kata mas?!.

'Apa mereka sedekat itu? Padahal kalau didepan aku dan ibunya dia panggil mas Leo dengan sebutan bapak' batin Lita tak karuan, apalagi diselingi ingatan tentang ucapan Alex tentang asumsi suaminya adalah orang berengsek.

'Apa aku terlalu naif mengizinkan wanita yang bukan siapa-siapa malah ikut tinggal satu atap denganku' sekali lagi batin Lita gusar.


Minggu, 27 April 2025

Bab 26: Ingin Berdua Denganmu

"Leo jemput gak Lit?" Tanya Angel usai mengunyah makanannya.

"Oh iya lupa! Leo jemput, aku harus buru-buru balik ketoko, soalnya aku gak bilang ada disini" jawab Lita panik segera bangkit dari duduknya langsung meraih tas selempang hitam yang diletakkan di kursi sebelah kirinya.

"Ngapain harus ketoko lagi Lit, minta jemput disini aja" sambung Angel sambil menghentikan gerakan Lita yang terlihat kalang kabut didepannya.

"Hmm... yaudah aku telpon dia dulu deh ka" balas Lita sambil meraih ponsel dari dalam tasnya untuk menghubungi Leo.

Alih-alih suara Leo yang terdengar dari seberang sana, ternyata malah suara operator yang berbicara jika nomor yang dihubungi sedang tidak aktif.

"Kok HP nya gak aktif ya?!" Dumel Lita yang masih memandangi layar ponselnya dengan wajah cemberut.

"mendingan kamu langsung pulang aja deh Lit, gak perlu ke toko lagi pasti kamu juga capek kalau harus mondar mandir lagi" ucap Angel sambil menarik Lita agar duduk kembali.

Otomatis Lita ikut duduk.

"Tapi aku harus kabarin Leo dulu kak"

"Enggak perlu cantik, aku pesenin taxi online aja buat kamu oke! jadi.. kamu bisa sampai dirumah sebelum Leo berangkat jemput" bujuk Angel, jemarinya sibuk menekan layar sentuh ponselnya langsung memesan taxi online untuk sahabat baik yang dipanggilnya cantik itu.

"Tapi kak-"

"Gak ada tapi tapi an! nih udah aku order taxinya" tegas Angel sambil menyodorkan tampilan layar handphonenya ke arah Lit.

"Serius kak?!" Seru Lita memastikan "nanti kalau ternyata Leo udah jalan jemput

ke toko gimana?" raut wajahnya terlihat agak khawatir.

"Yaudah derita dia, siapa suruh HP nya enggak aktif" kekeh Angel cuek.

"Ish kak Angel" Lita menepuk pelan pundak senior di kampusnya yang kini menjadi sahabatnya itu.

"Nih udah dapet Lit! yuk aku antar ke bawah!" seru Angel heboh setelah melihat notifikasi di ponselnya dari driver yang siap pick-up.

"Aku aja yang anter Lita" timbrung Alex yang sedari tadi diam memperhatikan Angel dan Lita sambil makan bubur yang dibawakan Angel. Padahal dilubuk hatinya, dia masih tidak rela melepas Lita untuk pulang.

"Kamu kan lagi sakit, istirahat aja sana kalau udah selesai makannya" cetus Angel.

"Apa sih, emang aku anak kecil" sanggah Alex langsung bangkit dari duduknya "ayo Lit aku antar ke loby" lanjut Alex sambil meraih tangan Lita yang masih duduk disampingnya. Sampai akhirnya si yang punya tangan reflex ikut berdiri.

"Yee ni anak kebiasaan, dikhawatirin malah ngelunjak" decak Angel ikut bangun dari tempat duduknya menghadang langkah Alex dan langsung memukul bahu Alex.

"Aw sakit!" Pekik Alex meringis sambil mengusap bahunya yang terkena pukulan kakaknya.

"Bodo amat, emang enak! sana masuk kamar, kakak aja yang anter" omel Angel sekali lagi sambil menghempaskan-hempaskan tangannya seolah mengusir Alex agar masuk kamar.

"Ampun deh kak! aku jadi enggak enak kalian malah jadi berantem gini gara- gara aku, udahlah aku ke bawah sendiri aja" timbrung Lita menarik nafasnya dalam merasa tidak enak dengan kedua saudara yang seperti Tom&Jerry itu. "Ayo Lit! Jangan dengerin cewek bar-bar itu" kesal Alex langsung menarik tangan Lita sambil berjalan keluar.

"Alex!! Kamu itu ya Bener-bener deh" teriak Angel mengejar mereka dibelakang.

Lita menoleh ke arah Angel menggerakkan mulutnya tanpa bersuara "udah enggak apa-apa kak" begitulah seharusnya yang terdengar, kemudian mengimbangi langkah Alex lagi.

Angel mengangguk faham "oke" ucapnya pelan.

"namanya bapak Supriyadi plat mobilnya B1050KLI" ucap Angel diujung pintu keluar, sambil menatap punggung adiknya yang bahkan tidak menoleh

sedikitpun, serta menatap Lita yang melambai padanya.

"Oke! Makasih ya kak! Bye bye!" Balas Lita.

***

(Voc Alex)

Sungguh aku benar-benar berharap malam ini bisa terus bersama dengannya, aku hanya tidak rela jika dia pulang bertemu dengan suami tukang selingkuhnya itu.

Sial! kenapa juga tadi harus kututupi kelakuan suaminya yang sedang

bermesraan dengan wanita lain itu, harusnya kubiarkan Lita melihatnya saja kan!

Kalau itu yang kulakukan bukankah Lita akan ada bersamaku saat ini, dan tidak ada alasan untuknya mau terus bersama dengan suami berengseknya itu.

"Lex! Pak Alex! Kamu baik-baik aja?" ucap Lita sambil menepuk pelan lenganku karena mendapatiku bengong sambil menatap nanar pintu Lift setelah menekan tombol LB.

"Hmm" anggukku memberikan isyarat kalau aku baik saja" sumpah aku hanya ingin menciumnya saat ini, apa boleh kulakukan?" Batinku memberontak akibat menatap bibirnya.

"Aku benar-benar enggak masalah kalau harus keloby sendiri kok, kamu juga kan lagi sakit, pasti kak Angel khawatir bang-"

Cup, singkat langsung kukecup bibirnya "bawel" ketusku langsung membuang muka darinya dan menghadap kearah pintu lift lagi.

Kulirik Lita, Matanya membulat kaget, tangannya segera menyentuh bibir yang baru saja kukecup.

"Enggak sopan" dengusnya marah dengan waja sinis "ternyata yang berengsek itu kamu, bukan suamiku yang pastinya enggak akan ngelakuin hal begini" ucapnya menahan kesal.

Entah mengapa ucapannya malah menyulut emosiku, mengingat apa yang kulihat hari ini tentang suaminya. Dia yang tidak tahu apa-apa malah memuji suaminya.

Langsung kudorong Lita kedinding dan kukunci kedua tangannya keatas. "Akh" pekiknya tanpa bisa melawanku.

"aku berengsek! Mau aku lakukan hal yang lebih berengsek dari barusan?!"

"Pak! Kamu tahu betul aku istri orang, tolong jangan melewati batas" bentaknya seolah tidak takut dengan apa yang akan kulakukan, kutatap kedua matanya ada sedikit genangan air yang masih tertahan diujung matanya.


Shit! Sial sial sial! gue hampir hilang kontrol lagi, perempuan ini benar-benar selalu membuat gue frustasi.

"Kalau ternyata suamimu lebih berengsek dariku, Jadilah milikku, tinggalkan dia" bisikku ditelinganya.

Ting! Pintu lift terbuka sebelum aku mendengar jawabannya, terpaksa kulepas kuncian tanganku dan langsung jalan keluar mendahuluinya.

****

"Kak, kakak kenal suami Lita?" Tanya Alex setelah menjatuhkan pantatnya duduk di sofa sebelah Angel.

"Ya tahu lah, Leo dan Lita itu adik tingkat kakak dikampus dulu" jawab Angel.

"Menurut kakak, dia orang seperti apa?"

"Hmm, ganteng, cool, macho, keren-" balas Angel sambil menerka apa yang ada didalam fikirannya tentang lelaki yang membuat adiknya penasaran.

"Yaelah bukan itu maksud ku" potong Alex yang sedikit muak mendengar jawaban Angel.

"Ya emang kenyataannya begitu tau, lagian kamu kenapa kepo banget?"

"Jawab dulu pertanyaan ku Dia lelaki baik baik atau bukan?"

"oke oke kakak jawab, hmm...setahu kakak dia itu bucin banget sama Lita waktu dikampus, sampe semua anak kampus baper banget kalau lihat mereka"

"Bodo amat, mau dia bucin kek atau gimana kek, aku cuma mau tahu dia itu player, tukang selingkuh atau apapun lah yang buruk tentangnya?" Keluh Alex semakin panas mendengar jawaban Angel.

"Setau kakak cuma Lita satu-satunya waktu dikampus, buktinya sampe sekarang, nikah pula sama Lita, itu artinya dia laki laki baik" terang Angel.

"Oh ya yakin!? Tapi tadi pas dirumah sakit, aku lihat suaminya sama perempuan lain tuh" nyolot Alex.

"Serius!?" Mata Angel terbelalak kaget sampai berhenti mengunyah camilannya.

"Serius" jawab Alex meyakinkan.

"Lita lihat juga?"

"enggak" geleng Alex.

"Cih, berarti kamu bohong" dengus Angel lanjut mengunyah lagi.

"Serius beneran!"

"Masa ada ditempat yang sama Lita enggak ngeliat sih, kamu salah orang kali"

"Ya Aku enggak biarin Lita lihat lah, yang ada bakalan heboh dirumah sakit nanti"

"Tetep enggak percaya, lagian heboh kenapa pula"

"Ya kalo Lita main jambak jambakan gimana sama tu cewek gimana coba, makanya aku mengalihkan perhatian Lita ke lain hal"

"Hmm" Angel diam sambil berfikir "kamu serius?!" Angel menatap Alex penuh selidik.

"Serius banget" ucap Alex penuh penekanan.

"Enggak bohong?!" Ucap Angel memastikan, yang kini fokus berhadapan dengan Alex.

"Ngapain sih aku bohong"

"Apa aja yang kamu lihat?!" Tanya Angel penasaran.

"tu si brengsek ngelus perut si cewek itu, cubit idung si cewek itu dan si cewek itu gelendotan manja sama si cowok itu" jelas Alex antusias.

"Masa?! Seriuuus?!" Angel syok setelah mendengar penjelasan Alex.

Yah setelah difikir lagi, tidak menutup kemungkinan perselingkuhan terjadi dalam rumah tangga, terlebih mengingat pernikahan mereka yang terbilang cukup lama belum dikaruniai anak.

"Coba nanti kakak cari tahu" ucap Angel gelisah sambil memikirkan ucapan adiknya, dan langsung memikirkan tentang Lita.

***

Dijam yang sama

"Sayang!" Ucap Indah sambil memeluk punggung Leo yang baru saja menutup pintu kulkas.

"Indah! Nanti ibu Lihat" bisik Leo panik sambil melepas pelukan indah.

"Cih, berarti kamu bohong" dengus Angel lanjut mengunyah lagi.

"Serius beneran!"

"Masa ada ditempat yang sama Lita enggak ngeliat sih, kamu salah orang kali"

"Ya Aku enggak biarin Lita lihat lah, yang ada bakalan heboh dirumah sakit nanti"

"Tetep enggak percaya, lagian heboh kenapa pula"

"Ya kalo Lita main jambak jambakan gimana sama tu cewek gimana coba, makanya aku mengalihkan perhatian Lita ke lain hal"

"Hmm" Angel diam sambil berfikir "kamu serius?!" Angel menatap Alex penuh selidik.

"Serius banget" ucap Alex penuh penekanan.

"Enggak bohong?!" Ucap Angel memastikan, yang kini fokus berhadapan dengan Alex.

"Ngapain sih aku bohong"

"Apa aja yang kamu lihat?!" Tanya Angel penasaran.

"tu si brengsek ngelus perut si cewek itu, cubit idung si cewek itu dan si cewek itu gelendotan manja sama si cowok itu" jelas Alex antusias.

"Masa?! Seriuuus?!" Angel syok setelah mendengar penjelasan Alex.

Yah setelah difikir lagi, tidak menutup kemungkinan perselingkuhan terjadi dalam rumah tangga, terlebih mengingat pernikahan mereka yang terbilang cukup lama belum dikaruniai anak.

"Coba nanti kakak cari tahu" ucap Angel gelisah sambil memikirkan ucapan adiknya, dan langsung memikirkan tentang Lita.

***

Dijam yang sama

"Sayang!" Ucap Indah sambil memeluk punggung Leo yang baru saja menutup pintu kulkas.

"Indah! Nanti ibu Lihat" bisik Leo panik sambil melepas pelukan indah.


"Ibu udah tidur" decak Indah "kebiasaan deh mas, kamu panikan banget, kan aku udah bilang, aku enggak bakalan ngelakuin hal begini kalau situasinya enggak memungkinkan, bikin BT aja deh" celoteh Indah sambil manyun.

"Iya iya maaf sayang" ucap Leo langsung memeluk Indah.

"aku cuma reflex aja sayang, kamu tahu kan posisi kita gimana?".

"Iya aku tahu, tapi gimana lagi kayaknya dari tadi debaynya minta dielus elus nih" manja Indah.

"Sebenernya debaynya atau kamu sih yang manja begini?!"

"Aku juga sih" kekeh Indah langsung mengecup bibir Leo.

"Tuh kan mancing mancing, aku mau jemput Lita loh"

"Nanti dulu, manjain aku dulu, jemput mbak Litanya bisa telat telat dikit kan, pasti mbak Lita tetep nungguin kamu kok disana" manja Indah lagi.

"Sayaang, kasihan Lita nungguin aku kelamaan nanti, aku jalan dulu yah, besok kita bisa manja manjaan di tempat biasa"

"Ish enggak mau, aku mau dimanjainnya kan sekarang mumpung ibu sama putri udah tidur, BT deh" ucap Indah merajuk melepas pelukannya dari Leo.

"Sayang! jangan ngambek dong, yaudah besok kita mampir dulu kehotel oke" rayu Leo.

"Aku bilang maunya sekarang titik" Indah berbalik badan meninggalkan Leo. "Ndah!" Kejar Leo "tunggu, jangan ngambek terus dong, kasian debaynya kalau kamunya bawaannya marah, kesel kaya begini" ucap Leo setelah menahan tangan Indah.

"Makanya jangan bikin aku kesel terus" ucap Indah manja.

Hati Leo luluh, mengalah pada Indah.

Perlahan Leo memeluk tubuh Indah lagi, membelai lembut rambut Indah, dikecupnya kening Indah dan bibir Leo terus turun mencium ujung hidung Indah.

"I Love you" bisik Leo diselingi kecupan lembut dipipi Indah dan menjalar menuju bibir Indah.

Bibir dua insan itu sudah bersatu dan saling berpagutan, semakin lekat dan intim kedua bibir itu saling melumat diselingi desahan nafas bergairah keduanya.

"Mas lanjut didalam kamar" bisik Indah sambil melingkarkan tangannya di bahu Leo.

Tak fikir panjang Leo segera menggendong Indah masuk menuju kamar cintanya yang selama ini hanya diperuntukkan Istri satu satunya.

Sambil berjalan Leo tak henti melumat bibir wanita yang kini berada dalam gendongannya.

Deru nafas yang semakin panas membuat mereka berdua semakin berhasrat.

Leo duduk diatas kasur, masih menggendong Indah, dan jadilah sekarang Indah duduk diatas pangkuan Leo.

Sambil melumat bibir Indah, tangan Leo meremas gundukan dada Indah yang masih tertutup lingery terasa semakin besar karena kehamilannya.

"Sshh sakit sayang, pelan pelan aja ash" bisik Indah.

Leo mencumbui leher Indah, sambil tangannya menyingkap tali lingery dan tali bra Indah secara bersamaan menyembul lah keluar kedua buah dada Indah.

Dijilat dan diemutnya lembut puting Indah.

"Asshh sayang, jangan dihisap putingku sakit kalau dihisap, ahhshhh" desah Indah menikmati permainan Lidah Leo.

Bibir Leo sibuk menjilat payudara Indah, kini tangannya sigap masuk kedalam celana dalam Indah, menyentuh milik Indah yang sudah basah tenggelam dalam hasratnya.

"Ahsh aah" pekik indah los ketika dua jari Leo masuk kedalam miliknya.

Leo segera melumat bibir Indah lagi, menahan desahan Indah agar tidak los, sambil mengocok cepat kedua jarinya didalam milik Indah.

Nafas Indah memburu secepat jari jari Leo yang bermain dalam miliknya.

Tubuh Indah mengejang, tangannya semakin erat memeluk Leo, sampailah Indah pada kelimaksnya.

"Ahshh ahahh aku sampai ashhh" desah Indah pelan.

Leo langsung mencumbui bibir Indah yang meracau menikmati klimaksnya dan segera membaringkan Indah, menarik celana dalam Indah melepaskannya.

Leo memasukkan batang miliknya yang sudah tegang selama pemanasannya dengan Indah tadi.

Digenjotnya cepat milik Indah yang sudah basah cplak cplok suara benturan kulit mereka memenuhi ruang kamar diselingi desahan hasrat mereka yang semakin menggila.

***

Dijam yang sama.

Mata Lita nanar memandang keluar jendela mobil, fikirannya melayang mengingat ucapan Alex didalam lift tadi.

"kalau ternyata suamimu lebih berengsek dariku, Jadilah milikku tinggalkan suamimu" terngiang lagi ucapan Alex dalam lamunannya.

"Ah aku sudah gila, kenapa juga aku anggap serius kata katanya, tapi bukankah aku yang terlihat seperti istri yang berengsek, bisa bisanya berdebar dengan lelaki lain, berpelukan bahkan berciuman dengan lelaki lain, Lita kamu benar benar penghianat!" batin Lita merutuki dirinya sendiri.

Hati Lita gusar wajahnya merona mengingat kecupan singkat Alex, bahkan ketika tubuhnya didorong dan tangannya terkunci dalam tangan kokoh Alex membuat jantungnya semakim berdebar.

"Maafkan aku mas, hari ini aku terjamah lelaki lain lagi" batinnya lagi penuh penyesalan.