Sexy Red Lips
Tampilkan postingan dengan label #21keatas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #21keatas. Tampilkan semua postingan

Rabu, 13 Agustus 2025

Bab 14: Berhasil

 

"Kamu nakal, Jack. Seharusnya kamu bilang dulu kalau mau keluar." ucap Kathy sambil tersenyum dan membersihkan mulutnya dengan menggunakan tangan. Ia kemudian menjilati juga tangannya yang terdapat cairan dari Jack. "Tapi punyamu masih berdiri tegak, tuh." tunjuk Kathy pada burung Jack yang masih saja mengeras seperti memberikan tanda bahwa ia belum cukup puas jika hanya melakukannya sekali saja.

"Hehe..maaf. Aku sudah tidak bisa menahannya lagi. Tapi kali ini giliranku." Jack kemudian mengangkat tubuh Kathy dan merebahkannya diatas kasur.

Jack kembali memainkan dada kathy yang kenyal dan lembut. Dijilatinya gunung kembar itu secara bergantian. Kathy kembali terangsang dengan permainan lidah Jack yang hebat. Tak berhentii sampai disana. Bibir Jack turun sampai ke perut Kathy yang rata. Dia meneruskannya lagi dan membuka kaki Kathy lebar- lebar.

Kini dihadapan Jack sudah ada area kewanitaan dari Kathy yang berwarna serupa sepreti putingnya dan sudah terlihat sangat basah. Mungkin karena Kathy menjaga dengan baik kebersihan tubuhnya, menjadikan area tersebut memiliki wangi yang semerbak sehingga membuat Jack semakin bersemangat. Ia pun mulai menciumi selangkangan Kathy.

Baru saja bibir Jack menyentuh bibir Jack menyentuh sedikit dari bagian vital itu, reaksi tubuh Kathy semakin menggila. Tubuhnya ia naik-naikkan ke atas sambil memejamkan mata untuk merasakan lebih lagi sensasi yang dibuat oleh Jack. Melihat hal tersebut tentu tak membuat Jack berhenti. Justru ia melumat bagian intim Kathy dengan lebih ganas dan kali ini ia lebih banyak memainkan lidahnya disana.

Kedua tangan Kathy kini berada pada payudaranya sendiri dan meremas-remas sendiri dadanya.

Bahkan beberapa kali Jack melihat Kathy memilin-milin sendiri putingnya yang sudah mengeras. Bibirnya pun digigitnya sendiri hingga membuat desahannya berupa napas yang terengah-engah dan semakin berat.

"Masukan Jack...aku sudah tidak tahan lagi..." pinta Kathy sambil terengah-engah. "Apa kamu mau aku memasukkan punyaku ini kedalam dirimu?" goda Jack yang mempermainkan Kathy.

"Yaa..ya..aku ingin kamu di dalam diriku Jack." sekali lagi Kathy meminta agar Jack segera melakukan penetrasi pada dirinya.

"Baiklah kalau itu yang kamu mau," Jack meringis kesenangan.

Dia memang tidak ada niat untuk pergi begitu saja sebelum merasakan tubuh Kathy. Jack pun duduk di depan area kewanitaan Kathy yang sudah siap untuk menerima adik kecil Jack. Kathy pun sengaja membuka kakinya lebar-lebar agar Jack bisa memasukkan miliknya lebih dalam.

Jack memainkan ujung "joni" di mulut bagian intim Kathy.

Digesek-geseknya secara perlahan dimana Jack dapat merasakan milik Kathy yang sudah sangat basah. Dia pun akhirnya mengarahkan burungnya ke mulut selangkangan Kathy. Jack mendorong pelan-pelan karena ia pun ingin

merasakan sensasi dari cewek bule yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Ketika punya Jack perlahan-lahan memasuki tubuh Kathy, Kathy melenguh dan mendesah makin keras. Hingga akhirnya Jack pun berhasil memasukkan semua miliknya ke dalam Kathy.

"Besar...besar sekali...aku bisa merasakan milikmu di dalam diriku." ucap Kathy dengan wajah memerahnya dan napas yang terengah-engah.

"Ini baru saja dimulai," balas Jack sambil tersenyum pada Kathy.

Jack kemudian menggerak-gerakkan milikknya di dalam tubuh Kathy. Dari yang awalnya perlahan-lahan, hingga akhirnya Jack juga tak bisa mengontrol diri lagi, ia menggerakkan pinggulnya dengan cepat.

Kini tubuh Jack turun dan memeluk tubuh Kathy sementara pinggulnya tak berhenti bergerak. Ia bisa merasakan dada Kathy yang berguncang di tubuh Jack. Kathy pun membalas dengan melumat bibir Jack dengan ganas. Hal itu tentu membuat Jack bergerak makin cepat dan membuat Kathy semakin menggila.

Ketika miliknya berada di dalam tubuh Kathy, Jack dapat merasakan sensasi yang tidak pernah ia dapatkan dari cewek lokal yang selama ini biasa ia nikmati. Pijatan-pijatan yang dirasakan "Joni" sangat luar biasa hingga membuat Jack merasa bahwa ia tidak bisa menahan lebih lama lagi.

Tapi melihat reaksidari Kathy yang sangat menikmati bersetubuh dengannya, Jack pun berniat untuk memperlama permainannya. Kini ditariknya burungnya dari sangkar milik Kathy. Jack pun mundur dan turun dari ranjang. "Sini," ajak Jack

Kathy yang merasa masih haus akan kenikmatan dari Jack mengikuti saja apa yang dikatakan olehnya. Kathy mengikuti Jack turun dari ranjang dan berdiri di depannya. Jack mengecup bibir Kathy kemudian memutar tubuhnya hingga membelakangi Jack. Jack dengan pelan mendorong agar tubuh Kathy turun dan akhirnya tubuh Kathy berada di ranjang dan kakinya masih tegak lurus di samping ranjang. Kathy paham apa yang Jack minta dan ia pun semakin "Menunggingkan" bokongnya agar Jack bisa lebih mudah memasukinya.

Jack tersneyum melihat pemandangan indah yang ada di depannya tersebut. Siapa sangka niat baiknya malah dibalas dengan kenikmatan tubuh dari Kathy. Tanpa menunda-nunda lagi, sambil berdiri Jack memasukkan milikknya kembali ke dalam kewanitaan Kathy.

Jack merasa di posisi ini burungnya di jepit lebih kuat lagi oleh kewanitaan Kathy yang mana hal itu membuat Jack makin keenakan. Dia pun semakin mempercepat gerakan pinggulnya dan kedua tanganya berada di pinggul Kathy yang ramping. Dengan begitu Jack bisa mendorong pinggulnya dan menarik tubuh Kathy agar miliknya agar bisa masuk lebih dalam lagi.

Suasana kamar semakin panas membara karena Jack dan Kathy yang tengah bersenggama dengan penuh gairah. Kini Kathy menegakkan badannya sampai ia benar-benar berdiri memunggungi Jack. Tangan Kathy pun naik ke atas sampai memegangi pipi Jack. Melihat celah itu, Jack memainkan payudara Kathy dari belakang dan meremas-remasnya.

Dengan posisi seperti itu, Jack merasa bahwa dirinya sudah sampai batas untuk menahan agar bertahan lebih lama lagi.

"Kat..aku mau keluar." kata Jack yang bergerak lebih cepat lagi dan dengan cepat ia mencabut miliknya agar tidak keluar di dalam tubuh Kathy.

Kathy pun langsung membalikkan badannya dan berjongkok sambil membuka mulutnya tepat di depan adik kecil Jack yang siap memuntahkan isinya. Jack pun tak tahan lagi dan segera keluar di wajah Kathy yang cantik. Cairan Jack ada beberapa yang masuk ke dalam mulut Kathy dan ada juga yang sampai ke mata dan dahinya.

Jack terengah-engah dan kemudian duduk di tepi ranjang. Sedangkan ia melihat Kathy menelan kembali cairan yang masuk ke dalam mulutnya dan tangannya membersihkan wajahnya dari cairan kental Jack lalu memasukkannya juga ke dalam mulut.

"Kathy benar-benar mantap!" seru Jack dalam hati.

"Aku mandi dulu ya," ucap Kathy yang berjalan menuju kamar mandi yang berada di sudut kamarnya.

Jack pun merebahkan tubuhnya di ranjang. Dia merasa lelah serta sangat mengantuk. Tak berselang lama ia pun tertidur disana.

***

Jack membuka matanya perlahan-lahan. Dia bingung karena berada ditempat yang asing. Sedetik kemudian ia baru teringat bahwa ia sedang berada di kamar Kathy dan mereka berdua tadi habis memadu kasih bersama. Jack duduk

diranjang besar itu. Posisi tidurnya berbeda dengan yang tadi dan kini ia sudah memakai celana dalam dan tubuhnya pun tidak bau keringat lagi. Ia melihat sekeliling kamar mewah Kathy tapi tak menemukan dirinya disana.

Tak berselang lama, Kathy pun masuk ke dalam kamar sambil membawa gelas. Ia memakai celana super pendek berwarna biru muda dan kaos ketat berwarna putih. Lalu ia pun berjalan sambil terpincang-pincang melintasi kamar dan meletakan gelas tersebut diatas meja. Ia pun melihat pada Jack dan tersenyum padanya.

"Tidurmu pulas sekali." kata Kathy sambil berjalan menghampirinya dan kemudian duduk disamping Jack.

"Kamu yang membersihkan tubuhku?" tanya Jack.

"Iya dong, siapa lagi? Aku tadi membasuhmu sebisa mungkin dan hanya bisa memakaikan celana dalammu saja. Oh iya, apa kamu suka kopi? Aku sudah membuatkan kopi untukmu" katanya sambil tersenyum manis.

"Terima kasih. Jam berapa ini?" tanya Jack sembari mengucek-ucek matanya. "Jam sebelas," jawab Kathy dengan santai.

"Malam?" Jack terkejut dan Kathy menjawab dengan menganggukkan kepala. "Aku harus segera pulang!" seru Jack sambil terburu-buru turun dari ranjang dan memakai kembali pakaiannya.

Setelah selesai memakai pakaian, ia pun meminum kopi yang dibuatkan oleh Kathy untuknya.

"Ahh, panas!" seru Jack yang mengira kopi buatan Kathy tak sepanas itu.

"Kenapa kamu terburu-buru? Kamu bisa menginap disini kalau kamu mau." kata Kathy yang berdiri dan sejak tadi memperhatikan Jack.

"Tidak mungkin, aku bisa di bunuh oleh orang tuamu." jawab Jack.

"Tenang saja, mereka masih diluar negeri kok." jawab Kathy dengan santai.

"Benarkah?" Jack terlihat senang.

"Ah, tidak. Aku harus segera pulang." kata Jack yang sudah memakai pakaiannya.

Mereka berduapun turun ke bawah bersama-sama sampai ke halaman rumah. Jack pun segera naik ke atas motornya.

"Hei, Jack. Boleh aku minta nomer handphone mu?" pinta Kathy yang sudah memegang handphone ditangannya.

"Oh iya, aku hampir lupa tujuanku mengantar Kathy sampai kemari." pikir Jack dalam hati. "Tentu saja boleh, berapa nomermu? Akan aku hubungi lewat handphone ku." Jack mengeluarkan handphone nya dari dalam saku.

Kathy lalu menyebutkan nomer handphone miliknya dan Jack pun menyimpannya. Kemudian ia menelepon ke nomer Kathy.

"Itu nomerku, disimpan ya," ucap Jack yang merasa senang.

"Oke," jawab Kathy seraya tersenyum.

"Aku pulang dulu ya, bye?" Jack pun berpamitan dan dibalas dengan lambaian tangan serta senyuman manis Kathy menyertainya.

"Yes! Aku menang!" seru Jack dalam hati yang berhasil mendapatkan nomer handphone Kathy.




Selasa, 12 Agustus 2025

Bab 13: Tak Terduga

 

Kathy menuntun Jack menaiki tangga besar yang memutar menuju lantai dua dimana kamar Kathy berada. Saat berada di depan kamarnya. Kathy berhenti dan membalik badannya menghadap ke arah Jack. Ia kemudian melompat ke dalam pelukan Jack Untung saja saat itu Jack sudah siap dan segera menahan Kathy dengan memegangi kedua bokongnya. Kedua tangan Kathy melingkar kembali ke belakang leher Jack dan begitu juga dengan kedua kakinya yang memeluk tubuh Jack.

Pada posisi itu, mereka kembali berciuman dengan sangat panas dan bernafsu. Jack menyandarkan tubuh Kathy di pintu dan terus

menciuminya tanpa henti. Salah satu tangan Kathy pun membuka pintu dan membuat mereka berdua masuk ke dalam kamar. Jack terus menggendong Kathy sambil tak melepaskan bibirnya dari bibir Kathy.

Kemudian Jack mendudukkan Kathi pada sebuah meja yang ada disana. Jack pun tak tahu itu meja apa. Ia hanya fokus pada Kathy saat ini. Jack melakukan hal yang tidak sempat dilakuannya tadi. Ia membuka kancing gaun Kathy sehingga membuat belahan dadanya terlihat. Jack mengusap tangannya di sana dan merasakan kelembutan yang luar biasa.

Jack yang merasa kepanasan akhirnya kemudian ia membuka bajunya di depan Kathy dan memamerkan tubuhnya yang rata dan berotot. Kathy yang melihat hal itu pun kemudian ikut melepaskan gaunnya dari bawah ke atas melewati kepalanya. Kini Kathy hanya mengenakan bra dan celana dalam saja.

Jack dapat melihat bentuk tubuh ramping Kathy yang mempersona. Di pegangnya kedua pinggang Kathy dan Jack pun kemudian menempelkan tubuhnya pada Kathy dan kembali melumat bibirnya. Jack dapat merasakan kulit mereka saling bersentuhan yang mana makin membuat Jack semakin terangsang.

Kathy membiarkan saja tangan Jack meraba-raba seluruh tubuhnya karena ia pun melakukan hal yang sama dengan tubuh Jack. Jack pun melepaskan pengait bra Kathy dan dengan lembut melepaskannya dari tubuh Kathy. Kini di depan mata Jack bergantung daging yang berbentuk sangat indah dan memiliki puting dan lingkaran disekitarnya yang berwarna merah muda namun sedikit lebih tua. Berbeda dengan milik kak Vivi yang benar-benar berwarna merah muda. Bahkan payudara Kathy tidak sebesar milik kak Vivi. Namun kelebihan dari sepasang daerah privasi milik Kathy itu adalah bentuknya yang lebih padat dan lebih naik dari kak Vivi.

Jack pun sudah tak bisa mengendalikan diri dan memegang kedua payudara

Kathy dengan gemas. Karena bagian sensitifnya disentuh, Kathy pun menggeliat sampai menegakkan duduknya. Tak lupa juga Jack menghisap puting dari dada Kathy sambil tangannya terus bergerak memberikan sensasi yang luar biasa pada tubuh Kathy.

Reaksi dari Kathy semakin membuat Jack makin keras meremas dan memainkan puting Kathy dengan menggunakan lidahnya. Kathy juga merasa sangat terangsang dan ia merasa bagian bawahnya pun sudah sangat basah. Ia pun sadar bahwa ia juga harus membuat Jack enak juga. Kathy pun membuka matanya dan mendorong Jack dengan pelan menuju ranjang. Jack pun menurut saja dan kini ia terduduk di tepi ranjang.

Kathy berjalan perlahan menuju Jack sembari melepas celana dalamnya dengan perlahan juga. Jack melihat Kathy tak memiliki bulu dibagian kewanitaannya. Semua di cukurnya sampai bersih yang mana mencerminkan Kathy yang suka dengan kebersihan.

Kathy kemudian mendekati Jack dengan berangkang seperti halnya bayi yang belum bisa berjalan. Kini kepalanya telah sampai di tengah-tengah kedua kaki Jack. Dielus-elusnya bagian tengah celana jack dimana didalamnya sudah berdiri dengan tegak sesuatu yang sangat besar dan juga panjang.

Jack melihat Kathy sangat lihai dalam hal ini seperti ia telah sering melakukannya. Dia pun membiarkan tangan Kathy meraba-raba ikat

pinggangnya dan melepaskan pengaitnya sampai akhirnya Kathy berhasil menurunkan celana denim miliknya.

Kini Jack hanya mengenakan celana dalam hitam yang terlihat menebal dibagian tengahnya. Kepala Kathy pun ditempelkan pada bagian vital Jack dan sekali-kali menciuminya dari balik celana dalamnya. Akhirnya Kathy juga menurunkan celana dalam Jack dan melihat barang Jack yang berdiri tegak di depan hidungnya dengan ekspresi keheranan. Mungkin ia baru melihat milik cowok yang sebesar itu.

Tapi Kathy justru melihatnya sebagai sebuah tantangan yang harus ditaklukkannya. Dan dia memilih menaklukkan tantangan tersebut dengan menggunakan mulutnya terlebih dahulu. Kathy membuka lebar-lebar mulutnya agar milik Jack bisa masuk ke dalam mulutnya. Berawal dari ujungnya terlebih dahulu, lama kelamaan mulut Kathy mulai turun semakin dalam dan semakin "memakan" adik kecil Jack.

Jack pun merasakan sensasi yang luar biasa saat burungnya memasuki mulut Kathy dengan perlahan. Ia pun hanya bisa meluruskan tangannya kebelakang untuk menyangga tubuhnya dan mendangakkan kepalanya untuk fokus menikmati permainan mulut Kathy pada burung Jack.

Setelah dirasa mulai terbaisa, Kathy pun mulai menggerakkan kepalanya lebih cepat dimana ia melihat Jack menyukai hal itu. Memang harus diakui oleh Kathy bahwa punya Jack merupakan yang terbesar yang pernah masuk ke dalam mulutnya. Bahkan satu dua kali benda lunak namun keras itu mengenai ujung tenggorokan Kathy yang membuatnya terbatuk-batuk. Namun lama kelamaan kathy mulai mahir dan hapal dengan kedalaman yang harus ia berikan untuk burung jack tersebut.

Paling yang membuatnya mual adalah ketika Jack merasa gemas kemudian ia memegang kepala Kathy dengan kedua tangan dan menggerakkan pinggulnya maju mundur seperti sedang memompa area kewanitaan saja. Saat itu Jack baru berhenti ketika si Joni menyentuh ujung tenggorokan Kathy dan membuat Kathy tersedak. Tapi tak bisa dipungkiri hal itu justru adalah yang paling enak yang bisa Jack rasakan saat di berikan pelayanan Fellatio oleh seorang wanita.

Ketika Kathy sudah berhenti batuk, Jack segera memasukkan kembali kejantanannya ke dalam mulut Kathy. Saat itu terus terjadi, anehnya Kathy tak merasa marah atau pun mencegah Jack. Ia pun menikmati saat mulutnya dipenuhi oleh adik kecil milik Jack.

Jack pun semakin keenakan dan makin tak terkendali lagi. Ia kemudian menggunakan tangan kirinya untuk memegang rahang bawah Kathy. Dan tangan kanannya memegangi bagian atas kepalanya nya. Kemudian ia terus menggerakkan pinggulnya maju dan mundur dengan lebih cepat. Jack sudah hapal juga sedalam mana ia bisa menekan mulut Kathy, maka iya pun tak memasukkannya dalam-dalam agar Kathy tidak mual dan melepaskan cengkraman mulutnya.

Cepat dan semakin cepat saja Jack menggerakkan pinggulnya dan menahan kepala Kathy agar tidak lepas. Jack merasakan kenikmatan yang jarang dia temukan dari pacar-pacarnya dulu. Bahkan bisa dikatakan bahwa mulut Kathy merupakan mulut ternikmat yang pernah ia rasakan. Karena itu juga Jack merasa ia sudah tak bisa menahannya lebih lama.

"Kat..ak.ku...ma..u...ke..lu..ar." ucap Jack yang terus bergerak. "Hmmppphh!" Kathy tersentak

karena baru saja Jack keluar di dalam mulutnya.

"Ahhhhh..ahhhh..aahhhh..." desah Jack merasakan keenakan.

Jack pun melepaskan tangannya dari kepala Kathy dan mencabut miliknya dari mulut Kathy. Tapi Jack kemudian tersentak melihat Kathy ternyata tak

memuntahkan cairan dari Jack, tapi malah Kathy terlihat menikmatinya dan menelannya.




Senin, 11 Agustus 2025

Bab 12: Rumah

 

"Rumah kamu daerah mana?" tanya Jack saat memakai helmnya.

"Kamu mau nganterin aku pulang ke rumah?" tanya Kathy memastikan kembali. "Sudah pasti dong. Aku nggak mungkin meninggalkan kamu sendirian disini juga kan?" desak Jack yang selain tidak tega meninggalkan cewek secantik Kathy sendirian dengan keadaan kaki yang terpincang-pincang sendiri, ia juga belum mendapatkan nomer handphone Kathy untuk memenangkan taruhan.

"Rumahku di perumahan dekat dengan taman kota sektor A," jawab Kathy yang semakin tidak enak karena terus menerus merepotkan Jack.

"Oke,"

Setelah membantu Kathy naik motor, Jack pun segera berangkat untuk menuju rumah Kathy.

Tidak seperti tadi yang dimana Kathy cukup enak diajak ngobrol. Kali ini dia lebih banyak diam. Bahkan saat ditanya oleh Jack, Kathy hanya menjawab seperlunya saja.

Jack membelokkan motornya dari jalan besar hingga melewati sebuah gerbang besar yang bertuliskan "SEKTOR A". Dan semua rumah yang ada di sektor A merupakan rumah dari kalangan elit. Bisa dengan mudah jika dilihat dari rumah yang ada disana. Semua rumah berbentuk megah dan nampak mewah. Jack bertanya dimana letak pasti rumah Kathy dan ia pun menunjukkan jalannya. Mereka berhenti di depan sebuah rumah yang besar dan berwana putih. Pagar mereka yang tinggi tak bisa menutupi besarnya rumah yang ada di dalamnya.

"Ayo masuk dulu," ajak Kathy saat turun dari motor.

"Ini beneran rumah kamu? Rumah kamu gede banget." ucap Jack dengan kagum. Meskipun Jack bisa dibilang orang yang berkecukupan, tapi rumah mereka hanya separuh dari rumah Kathy.

"Ini rumah orang tuaku, bawa masuk saja motormu. Kathy mengeluarkan semacam remote kecil dari dalam tasnya dan menekannya. Kemudian pagar besar itu terbuka sendiri. Merasa ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk memberikan kesan yang baik pada orang tua Kathy dan mendapatkan nomer handphone nya., Jack pun masuk kedalam. Saat ini hanya bagaimana acara mendapatkan nomer handphone Kathy yang sejak tadi ada di kepala Jack.

Setelah menaruh motornya di halaman rumah, Jack pun mengikuti Kathy yang menaiki tangga dengan perlahan-lahan untuk menuju pintu masuk. Kathy kemudian menekan nomer kode pada gagang pintu dan pintu tersebut sudah tak lagi terkunci.

Tak hanya bagian luar rumah saja yang mengagumkan, tapi bagian dalam dari rumah itu semakin memancarkan kemewahan. Kathy mempersilahkan Jack duduk di ruang tamu yang berisi sofa-sofa besar dan empuk serta beberapa hiasan yang mempercantik baik di dinding maupun patung-patung kecil di sudut ruangan.

Jakc pun menuruti perkataan dari Kathy dan menunggu disana. Ia melihat-lihat isi rumah Kathy yang banyak sekali benda-benda yang berbau eropa. Mungkin karena papa Kathy berasal dari sana seperti yang Ronald pernah katakan pada dirinya.

Jack berusaha menyamankan dirinya sebisa mungkin dengan duduk di sofa yang memliki sandaran yang tinggi dan sangat empuk itu. Tapi tiba-tiba ia tersentak karena mendengar suara sesuatu yang jatuh dan pecah dari dalam rumah. Karena cemas pada Kathy, Jack pun bergegas menuju arah suara tersebut.

Jack masuk ke sebuah ruangan dimana dia sangat yakin suara itu berasal. Rupanya Kathy terjatuh di lantai dapur dan memecahkan gelas berisi air yang rencananya akan disuguhkan untuk Jack. Dengan cepat Jack pun membantu Kathy untuk berdiri.

"Kamu tidak apa-apa? Apa yang terjadi?" Jack merasa cemas pada Kathy. "Aku tadi hendak memberikan minum itu padamu. Tapi kakiku tidak kuat melangkah dan aku pun terjatuh. Aduh!" Kathy kini memegangi lututnya. Jack pun memeriksa kenapa Kathy kesakitan dan melihat ada luka yang mengeluarkan darah walaupun sedikit dari lutut Kathy.

"Kita harus mengobati lukamu itu. Kamu duduk saja disini. Aku akan membersihkan pecahan gelas ini dulu agar tidak melukai orang lain lagi," kata Jack dengan sigap. Ia pun mencari-cari disekitar dapur dan menemukan sapu untuk membersihkan gelas yang pecah dan bertebaran dilantai.

Setelah membersihkan lantai dapur, Jack kemudian berjalan mendekati Kathy yang sejak tadi terus saja memandangi Jack.

"Dimana kotak P3K mu?" tanya Jack yang ingin segera mengobati luka Kathy. "Disana," Kathy menunjuk pada sebuah laci yang terdapat di area bawah kompor. Jack segera mengambil sebuah kotak yang berisi aneka obat. Jack mendapatkan apa saja yang dia butuhkan untuk mengobati luka Kathy.

"Aku akan bersihkan dulu lukamu, tahanlah. Mungkin akan sedikit sakit." kata Jack.

Kathy pun menganggukkan kepala dan Jack perlahan-lahan menyiramkan cairan alkohol pada luka Kathy. Terlihat Kathy menahan sakit dengan mencengkram pinggiran kursi yang sedang ia duduki.

Kathy merasa kesakitan karena rasa sakitnya itu tak langsung tiba dalam sekali, tapi kemudian terjadi kejutan-kejutan rasa sakit akibat lukanya yang terkena air alkohol. Karena merasa kesakitan, cengkraman tangan Kathy pada kursi meleset dan membuatnya kehilangan keseimbangaan. Tubuhnya pun terjatuh ke arah Jack yang sedang berlutut didepannya untuk mengobati lukanya.

Jack membuka matanya dan melihat mata biru Kathy yang berada sangat dekat dengan matanya. Bibir mereka pun tak sengaja saling bersatu. Tapi yyng membuat Jack lebih terkejut lagi adalah tangan kanan Jack menahan tubuh Kathy namun memegangi bagian dadanya.

Jack kemudian mencoba memastikan kembali yang ia pegang dengan sedikit meremas apa yang ia pegang. Saat Jack melakukan hal itu, Kathy mendesah dengan pelan yang membuat bibir mereka terpisah. Jack sadar ternyata titik sensitif dari Kathy ada di payudaranya. Kathy pun tak segera bangun karena sedang menindih Jack. Mata indahnya menatap mata Jack dengan seksama. Kemudian bibirnya kembali turun dan menciumi bibir Jack.

Sesungguhnya Jack tak mengira Kathy malah lanjut terus ketimbang bangun dan kemudian Jack dapat membayangkan mereka berdua akan sangat canggung.

Tapi yang saat ini sedang melumat bibir Jack dengan sangat bernafsu adalah Kathy yang setahunya tidak banyak bicara dan tidak telihat cewek yang suka dengan hal-hal yang berbau seks.

Tapi Jack segera sadar. Ia tidak bisa melewatkan kesempatan yang datang itu. Jack pun mulai membalas ciuman hangat Kathy. Bahkan ia tak ragu lagi untuk menggunakan lidahnya yang dimana malah disambut baik oleh Kathy.

Merasa tidak puas dengan posisinya, Jack pun perlahan memutar tubuh ke samping sehingga membuat tubuhnya kini berada di atas Kathy. Ditatapnya lagi mata indah Kathy dan Jack segera melumat bibir Kathy dengan lebih bernafsu. Kathy pun melingkarkan kedua tangannya di balik kepala Jack seolah tak ingin membiarkan Jack pergi dari sana.

Mereka asyik berciuman dengan sangat panas dilantai dapur. Tangan Jack mulai lebih aktif meremas-remas gunung kembar Kathy yang membuat Kathy melenguh dan napasnya kini sudah semakin berat dan terdengar seperti sedang memburu sesuatu. Jack pun memberanikan diri membuka kancing gaun Kathy agar ia bisa menikmati payudara Kathy dengan lebih puas lagi.

Tapi saat Jack meraih kancing itu, Kathy menahannya dengan memegangi tangan Jack. Dengan napas terengah-engahnya, ia berbicara. "Jangan..Jangan disini. Ayo kita ke kamarku saja." ajak Kathy yang membuat Jack yang saat mendengar Kathy berbicara seperti itu, ia merasa seperti mendapatkan angin segar.




Minggu, 10 Agustus 2025

Bab 11: Pemeriksaan

 

Jack mengarahkan motornya menuju ke rumah sakit untuk memeriksakan pergelangan kaki dari Kathy. Kebetulan Jack punya kenalan kenalan dokter yang biasa mengobatinya kalau cidera saat pertandingan basket.

motor berhenti di depan sebuah ruko yang pada bagian depannya bertuliskan "Praktek dr. Denny". Jack turun dari motornya lalu membantu Kathy juga untuk turun dari motor.

"Kenapa kita kesini?" tanya Kathy yang melihat aneh ke arah ruko di depannya. "Bukannya kita mau kerumah sakit?" tanya Kathy yang melihat aneh ke arah ruko di depannya. "Bukannya kita mau kerumah sakit?" tanya Kathy yang menatap Jack dengan curiga.

"Jangan melihatku seperti itu.

Aku kenal dengan dokter yang ada disini. Dia biasa membantuku saat aku cidera

saat berlatih atau pertandingan basket." kata Jack menerangkan.

"Basket? Kamu bermain basket?" Kathy nampak antusias.

"Iya, kenapa memangnya?" Jack gantian bertanya.

"Oh, nggak...nggak apa-apa kok." jawab Kathy yang terlihat salah tingkah.

"Ayo masuk kalau begitu," ajak Jack yang berusaha membantu Kathy berjalan.

"Tapi.."

"Tapi kenapa?"

"Apa kamu yakin dokter disini bisa menyembuhan kaki yang terkilir?" tanya Kathy memastikan karena dia tidak yakin dengan Jack yang tidak membawanya langsung ke rumah sakit.

"Yakin sekali. Kan sudah aku bilang aku sudah beberapa kali dirawat olehnya dan berhasil sembuh total. Lagipula kalau aku berniat jahat padamu, sudah kulakukan sejak di kampus tadi. Dan lagi aku tidak akan membawamu ke tempat ramai seperti ini." terang Jack yang memang tulus membantu. Meskipun ia berharap Kathy akan mau memberikan nomer ponselnya agar ia bisa menang taruhan melawan Ronald.

Kathy nampak berpikir.

Sepertinya yang dikatakan Jack ada benarnya juga. Kenapa pula Jack sampai membantunya bahkan sampai menggendongnya jika ia berniat jahat. Kathy pun perlahan-lahan mulai percaya pada Jack. Ia pun menurut dan mulai berjalan masuk ke dalam ruko dibantu oleh Jack disampingnya.

Di dalam ruko Jack menuntun Kathy untuk duduk di kursi ruang tunggu dan dirinya menunju meja resepsionis.

"Hai, Anggi." sapa Jack pada gadis yang berdiri di belakang meja resepsionis.

"Hai Jack, kamu terkilir lagi?" tanya gadis manis berambut panjang itu.

"Jangan gitu dong, kok kesannya aku sering banget terkilirnya." sahut Jack. "Terus kamu sakit apa? Dokter

Denny juga sedang kosong sekarang." ucap Anggi sembari mencari yang sakit dari Jack.

"Bukan...bukan aku yang sakit. Aku mau mengantarkan temanku berobat." jawab Jack sambil melihat pada Kathy.

"Ohh, bilang dong dari tadi." kemudian Anggi pun memberikan kertas pada Jack."Silahkan diisi untuk data diri pasiennya," pinta Anggi.

"Oke, deh." Jack mengambil kertas dan pulpen dari tangan Anggi dan segera berjalan menuju Kathy.

"Kamu bisa isi ini untuk data di sini?" tanya Jack yang memberikan kertas tadi pada Kathy dan duduk di depannya.

Kathy pun menerima kertas tersebut dan membacanya sejenak." Oke, tunggu sebentar." Kathy pun menundukkan badannya karena hendak menulis di atas meja yang ada didepannya. Tapi karena meja itu tinggiya sejajar dengan kursi yang diduduki oleh Kathy dan Jack, membuat Kathy harus menunduk dan memperlihatkan dadanya yang putih dan nampak besar itu.

Walaupun tak sebesar milik kak Vivi, dada Kathy terlihat lebih kencang dan padat. Apalagi karena ia merupakan keturunan orang luar negeri yang menjadikan kulitnya putih bersih. Nampaknya Kathy tak menyadari bahwa dirinya saat ini sedang mempertontonkan area pribadinya pada Jack secara cuma-cuma. Mungkin karena Kathy terlalu asyik mengisi lembar data dirinya sehingga tak menyadari mata liar Jack sedang menikmati payudaranya yang menggantung dan sebagian tersembunyi di balik bra miliknya yang berwarna hitam.

Setelah selesai menulis dan menegakkan kembali tubuhnya, Jack segera membuang pandangannya dan pura-pura sedang melihat ke arah lain. "Kamu lagi ngeliatin apa? Tanaman?" tanya Kathy yang mengikuti arah pandangan salah tingkah dari Jack yang tak diketahuinya.

"Ah...eng..enggak. Oh iya kamu sudah selesai mengisi data diri kamu?" tanya Jack yang sebenarnya tidak perlu ia tanyakan.

"Sudah, ini." Kethy menyerahan kertas tadi pada Jack dan Jack pun segera berdiri dan berjalan kembali menuju meja resepsionis.

Jack dapat melihat nomer ponsel Kathy tercantum disana dan ia bisa saja menghapalkannya untuk memenangkan taruhan. Tapi Jack teringat kalau peraturannya adalah harus mendapatkan nomer ponsel dari Kathy tanpa perantara apapun atau dengan kata lain Kathy harus memberikannya secara langsung pada Jack atau Ronald.

Setelah berhasil mendaftarkan diri atas nama Kathy, mereka berdua pun dipersilahkan untuk menemui dokter Denny untuk diperiksa.

"Weits..siapa lagi kalau bukan Jack The Ace". Terkilir saat latihan atau pertandingan? Oh, ternyata dugaanku salah ya?" dokter Denny segera menyadari bahwa perkiraannya meleset karena yang terpincang-pincang adalah gadis yang Jack tuntun dengan hati-hati dan memasuki ruangan periksa.

"Hai, dok. Temenku nih yang lagi sakit. Coba deh tolong kamu periksa." pinta Jack.

"Oke..oke..silahkan dudukkan temanmu di ranjang yang sudah tersedia.

ucap dokter Denny.

Jack pun menurutinya saja tanya tanpa banyak bicara.

"Hai, sama kak Ka...thy ya?" dokter Denny melihat pada kertas yang tadi diisi oleh Kathy sebelumnya.

"Iya dok," jawab Kathy singkat.

"Coba aku liat dulu" dokter Denny pun memerika pergelangan kaki Kathy yang sudah diangkat ke atas kasur. "Kenapa bisa sampai begini? Kamu suka main basket juga seperti Jack?" tanya dokter Denny sambil terus mengamati kaki Kathy.

"Aku tergelincir karena memakai sepatu dengan hak yang terlalu tinggi." terang Kathy sambil malu-malu.

"Oh begitu," setelah mengamati,

dokter Denny kemudian menyentuh pergelangan kaki Kathy dan mulai melaukan beberapa pijatan. Dan pijatan itu hampir sama seperti yang dilakukan Jack tadi sewaktu di taman. "Pasti Jack yang sudah memberikan pertolongan pertama dengan cara memijat pergelangan kakimu, bukan? Harus diakui jika Jack tadi tidak melakukan hal tersebut mungkin sakitmu sudah lebih parah lagi." dokter Denny menjelaskan dengan tangan yang tak berhenti memijat.

Kathy terkadang meronta walau tak mengeluarkan suara karena dokter Denny telah memijat bagian yang sakit dari pergelangan kaki Kathy. Tapi ia lebih sering berdiam diri sambil memperhatikan kakinya yang di pijat oleh doker Denny.

Tak lama kemudian, dokter Denny pun selesai memijat Kathy dan ia pun duduk di tempatnya semula. Ia nampa mengambil kertas dan menuliskan sesuatu disana.

Jack membantu Kathy turun dari ranjang, tapi karena tidak seimbang, tubuh Kathy terjatuh tepat ke pelukan Jack. Seketika Jack dapat merasaan dadanya mendapat sentuhan dari kekenyalan dari dada Kathy yang aduhai.

"Ehemm," dokter Denny membersihan tenggorokannya sembari melirik pada Jack dan Kathy yang sedang berpelukan.

Kathy pun menjauh dan berusaha berdiri dengan tegak. Kemudian Jack mengarahkannya untuk duduk didepan dokter Denny.

"Ini aku berikan resep yang bisa ditebus di apotek dekat respsionis tadi." dokter Denny memberikan selembar kertas yang tadi ditulisnya pada Kathy yang sudah duduk didepannya.

"Lalu bagaimana keadaan kakiku ?" tanya Kathy yang masih penasaran.

"Sudah cukup baik. Semua berkat tindakan awal yang tidak membuat trauma pada otot pergelangan kakimu menyebar. Kamu cukup oles kakimu dengan salep yang aku kasih di resep dan kalau ada silahkan di ikat dengan menggunakan perban elastis.

"Oke, kami pergi dulu ya, dok." Jack membantu Kathy berdiri untuk beranjak dari sana.

"Hati-hati dijalan dan semoga lekas sembuh ya," ucap dokter Denny.

Saat Jack berjalan menjauh sembari membantu Kathy berjalan ia melihat ke arah dokter Denny yang mengacungkan jempol pada Jack yang memiliki arti cewek yang di bawa Jack saat itu "mantap" sekali. Jack pun menjawab dengan meringis dan kembali berjalan menuju bagian penebusan obat.




Sabtu, 09 Agustus 2025

Bab 10: Perkenalan

 

Setelah selesai makan, Jack dan ketiga temannya kembali masuk kelas. Jack melihat ketiga temannya sedang duduk malas-malasan ditengah perkuliahan. Mata kuliah siang itu memang lebih banyak teorinya. Apalagi perut mereka sudah kenyang sehabis makan siang di food court. Otomatis kini mereka menjadi mengantuk dan tidak bersemangat.

Tapi berbeda dengan Jack. Ia menatap papan tulis dengan serius. Badannya masih tegak tidak seperti ketiga temannya yang juga duduk disampingnya. Namun Jack menatap papan tulis bukan sedang memahami tulisan dari dosen yang sedang mengajar saat itu. Tapi ia sedang memikirkan cara untuk memenangkan tantangan yang baru saja ia buat bersama Ronald.

"Mau kenalan kaya gimana ya? Kalau dilihat dari fisiknya sih dia bule banget. Justru karena itu kayanya bakal lebih gampang kenalan, kan? Eh, tapi kalau gampang, kenapa Ronald sampai saat ini belum dapet nomer dia? Seorang Ronald saja belum bisa mendapatkan nomer dari cewek itu saja sudah kejadian langka sih. Apa memang dia sesulit itu untuk didekati?" Jack terus saja berpikir dan beradu argumen dengan pikiranya sendiri dalam diam.

Sampai tak terasa akhirnya waktu kuliah sudah berakhir. Jack tersadar dari lamunannya. Ia pun melihat ke teman-temannya yang malah sudah tertidur dengan pulas dengan tangan sebagai tumpuan kepala diatas meja. Dibangunkannya semua teman-temannya dengan memukulkan buku ke kepala mereka yang seketika membuat mereka terbangun dengan kesal.

Karena jadwal kuliah hari itu sudah selesai, akhirnya mereka berempat pun berpisah. Ronald dan William menuju ke parkiran mobil dimana mobil-mobil mereka diparkir. Silvi menuju halte bus depan kampus untuk menunggu bus yang membawanya menuju tempat kerjanya. Sedangkan Jack menuju parkiran motor menghampiri motornya yang sudah menunggu sejak siang tadi di sana.

Saat berjalan pun Jack masih kepikiran mencari strategi yang bisa memenangkan tantangannya. Ia sangat berambisi memenangkan tantangan itu karena dengan ditraktirnya ia selama seminggu, maka ia akan bisa menggunakan uang sakunya untuk membeli CD game favoritnya yang belum lama ini dirilis. Saat ini Jack mendapatkan uang saku dari kakaknya. Yang dimana kakaknya itu tidak akan memberikannya uang kalau ia bilang untuk membeli CD game favoritnya. Berbeda sekali dengan hidupnya dulu yang dulu dimana ia dipegangi kartu kredit oleh uang tua nya yang bisa ia gunakan sesuka hati. Kini ia harus belajar hemat dan mengatur uang dengan bijak.

Saat ia tengah berjalan menuju parkiran yang tidak begitu ramai, ia mendengar teriakan pendek seorang wanita tak jauh dari sana. Karena cemas dan penasaran, Jack pun bergegas menuju ke arah suara itu. Ternyata suara itu berasal dari Kathy yang sedang terduduk di lantai. Jack yang saat itu sedang mendekat, tiba-tiba menghentikan langkahnya karena ia melihat gaun Kathy sedikit tersingkap. Walaupun sedikit, tapi celana dalam berwarna putih itu terlihat jelas oleh Jack dan segera saja masuk ke dalam memori otaknya yang sebenarnya sudah memiliki banyak "simpanan memori" untuk hal-hal semacam itu. Kathy pun sadar gaunnya tersingkap dan ia segera membetulkannya, meskipun ia tidak tahu bahwa Jack sudah melihat yang baru saja ditutupinya itu.

Jack pun segera mendekati Kathy yang masih terduduk di tengah jalanan kecil yang menghubungkan antara gedung kampus, tempat parkir dan gerbang kampus itu.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Jack yang berjongkok disamping Kathy.

Kathy pun sedikit tersentak dengan kehadiran Jack yang tiba-tiba ada disana. "Nggak...nggak apa-apa kok. Hak sepatuku lepas dan aku terjatuh." jelas Kathy dengan suaranya yang lembut dan cengkok khas bule.

Jack melihat Kathy memang memakai sepatu denga hak yang tinggi, wajar saja jika ia terpeleset.

"Tapi kaki kamu sakit nggak? Ayo aku bantu berdiri" Jack mengulurkan tangan kanannya agar bisa menjadi tumpuan Kathy saat berdiri.

"Aku nggak apa-apa kok," Kathy pun tidak meraih tangan Jack dan berusaha bangkit sendiri.

Tapi saat ia hendak berdiri tegap, tubuh Kathy kembali limbung dan Jack berhasil memegangi lengannya seperti memeluk dari samping agar Kathy tidak terjatuh. Kathy meringis kesakitan dan memegangi pergelangan kaki kanannya.

"Kamu kenapa?" tanya Jack spontan karena melihat ekspresi kesakitan Kathy. "Sepertinya pergelangan kakiku terkilir," ucap Kathy sambil menahan sakit.

"Benarkah? Sebentar," Jack menoleh ke kanan dan kiri seperti mencari sesuatu. Setelah menemukan yang ia cari, kembali bicara pada Kathy. "Maaf, aku akan menggendongmu untuk duduk di kursi taman sana. Nanti aku periksa di sana." Jack meminta izin dulu.

"Menggendongku?" Kathy pun cukup terkejut dengan saran Jack yang ingin menggendongnya, tapi ia sendiri sadar bahwa ia tidak bisa berjalan menuju kursi yang berjarak lima puluh meter dari mereka.

Dengan malu-malu Kathy pun mengangguk. Kemudian Jack pun memindahkan tas ranselnya ke dada dan segera berjongkok di depan Kathy agar Kathy bisa naik ke punggungnya. Tak punya pilihan lain Kathy pun naik kepunggung Jack dan Jack pun segera beranjak dari sana.

Sesampainya di kursi taman, Jack menurunkan Kathy dengan hati-hati. Kathy pun duduk sambil menahan sakit dari pergelangan kakinya. Setelah menaruh ranselnya, Jack pun segera memeriksa pergelangan kaki Kathy yang terkilir. "Aduhh!" seru Kathy saat Jack menyentuh pergelangan kakinya yang sakit. "Coba tahan sebentar," Jack dengan sepelan mungkin memijat-mijat dan mengerak-gerakkan pergelangan kaki Kathy.

Kathy berusaha menahan sakit dengan menggigit bibirnya sendiri. Ia pun melihat pada Jack yang merupakan orang asing tapi tanpa ragu mau membantunya.

"Coba sekarang gerakkan sedikit demi sedikit," Jack mengarahkan Kathy.

"Sudah agak mendingan dan tidak sesakit tadi," ucap Kathy seraya menggerak- gerakkan kakinya dengan kaku.

Jack yang hobi dan ikut tim basket tahu beberapa cara untuk mengurangi rasa sakit di pergelangan kaki saat terkilir karena ia dan teman-temannya tak jarang mengalami hal itu.

"Tapi pasti masih sakit, bukan?" tanya Jack.

Kathy menjawab dengan menganggukkan kepalanya.

"Kamu harus tetap periksa ke dokter," saran Jack.

"Tapi..." Ia tak melanjutkan kalimatnya.

"Oke, aku antar kamu ke dokter ya. Setelah itu baru aku antar pulang." Jack menawarkan diri.

"Tapi aku merasa tidak enak," ucap Kathy pelan.

"Tidak enak? maksudnya?" Jack kembali bertanya.

"Kalau kamu melakukan apa yang kamu katakan barusan, kamu pasti akan sangat kerepotan." jawab Kathy.

"Kerepotan? Kan aku sendiri yang menyarankannya padamu. Aku juga nggak ada kegiatan apa-apa kok hari ini," sahut Jack.

"Kamu yakin tidak akan kerepotan?" Kathy masih merasa tidak enak hati.

"Tentu saja tidak. Ayo. Kamu mau aku gendong lagi atau memakai pundakku untuk bertumpu?" tawar Jack agar Kathy merasa lebih nyaman. Meskipun kalau bisa memilih, Jack akan memilih menggendong Kathy. Karena saat

menggendongnya. Ia bisa meresakan dada Kathy yang berukuran cukup besar menempel di punggungnya yang lebar.

"Aku akan memakai pundakmu sebagai tumpuan, tidak enak dilihat orang kampus kalau melihat kamu menggendongku." pilih Kathy yang sedikit mengecewakan Jack.

"Oke, ayo kalau begitu." Jack membantu Kathy berdiri.

"Oh iya, aku Kathy." Kathy mengulurkan tangannya saat sudah berdiri disamping Jack.

Jack pun tersenyum dan menyambut uluran tangan Kathy." Aku Jack."




Jumat, 08 Agustus 2025

Bab 9: Tantangan

 

Sesampainya dikampus, Jack berdiam diri diatas motornya sambil melamun. Ia masih tak percaya dengan apa yang dilakukannya tadi pagi dengan kakak iparnya. Dirinya memang selalu tertarik dengan kakak iparnya tapi hanya bisa menjadi sekedar bayangannya saja. Ia masih tak habis pikir tadi pagi telah berbuat hal semacam itu dengan kak Vivi. Dilihatnya kedua tangannya yang masih bisa membayangkan betapa kenyal dan besanya dada kakak iparnya itu. "Lagi bayangin apa sih?" Ronald memukul lengan Jack hingga Jack hampir terjatuh dari motornya. Tapi akhirnya ia bisa menyeimbangkan diri dan kembali duduk dengan tegak.

"Apaan sih? Siapa juga yang ngelamun?" tukas Jack.

"Dari tadi kita lihat dari kejauhan jelas-jelas kamu ngelamun, Jack." timpal Wiliam. "Kira-kira Jack ngelamuni apa ya, Sil?" tanya William pada Silvi yang berdiri disampingnya.

"Palingan juga ngelamuni jorok, ya kan?" sahut Silvi dengan cepat.

"Enak saja, memang Ronald tuh yang tukang "bungkus" di klub malam." Jack berusaha mengalihkan perhatian pada Ronald karena dia tak menyangka Silvi bisa menebaknya dengan tepat.

"Lah? Kenapa jadi aku?" Ronald malah jadi tolah-toleh karena bingung.

"Ahh..sudah-sudah. Ayo kita masuk kelas." Jack turun dari motor dan menyeret Ronald dengan mengalungkan tangannya di leher Ronald.

Mereka berempat pun masuk ke dalam kelas bersama-sama dan baru selesai sekitar pukul dua belas siang. Setelah keluar dairikelas, mereka berempat langsung menuju food court untuk makan siang. Apalagi Jack merasa sangat lapar siang itu. Ia baru ingat kalau ia tak sempat sarapan karena "asyik" dengan kak Vivi tadi pagi serta setelah mandi dan bersiap-siap, ia segera pergi begitu saja tanpa ikut sarapan dengan kakak-kakaknya dengan alasan sudah sangat

terlambat ke kampus. Bahkan sebelum pergi, Jack sempat melirik pada kak Vivi dan mendapatkan kedipan mata dari kakak iparnya yang seksi itu. Supaya iya tak berlama-lama lagi dirumah, ia pun segera memakai sepatunya dan berangkat ke kampus.

Setelah mencari tempat kosong, mereka akhirnya mendapatkan satu meja dengan empat kursi yang masih tersedia. Food court kampus memang sangat penuh dan sesak saat waktu makan siang. Karena itu mereka lebih sering makan dilluar. Tapi karena hari itu Jack sudah sangat lapar, ia pun memaksa teman- temannya untuk menemaninya makan di food court. Dan jadilah kini mereka sudah duduk dan sedang memilih-milih makanan apa yang akan mereka makan.

"Enaknya makan apa nih?" tanya William sambil matanya menyapu booth-booth makanan yang mengeliling mereka.

"Aku juga bingung, nih." sahut Ronald.

"Kamu makan apa, Sil?" tanya Jack pada Silvi.

"Aku paling siomay nanti, nggak begitu lapar juga soalnya." jawab Silvi yang menopang dagunya dengan tangannya di meja.

"Yah, kalau siomay aku pasti kurang kenyang." sahut Jack. "Hmm, aku kayanya itu saja deh." Jack menunjuk pada booth nasi padang yang di etalasenya menyajikan berbagai macam lauk.

"Wiih, Jack. Lihat tuh!" seru Ronald yang melihat ke arah Jack menunjuk. "Hah? Lihat apaan?" Jack mencarii apa yang ingin ditunjukkan Ronald.

Willam dan Silvi pun ikut penasaran dan memperhatikan ke arah booth nasi padang yang tadi disebutkan oleh Jack. Tapi mereka semua tak menemukan sesuatu yang spesial dari sana.

"Memangnya ada apa sih, Ron?" tanya Jack yang sudah menyerah.

"Yah elah, coba lihat di meja di depan booth nasi padang yang kamu tunjuk tadi!" Ronald mengarahkan lebih rinci.

Akhinrya mereka bertiga melihat apa yang membuat Ronald antusias. Tapi

setelah mengetahui apa itu, Silvi langsung tak tertarik dan memilih memainkan handphone nya. Rupanya yang Ronald coba tunjukkan adalah seorang cewek yang memiliki rambut panjang lurus sepunggung berwarna kuning kecoklatan. Ia memakai gaun selutut dengan berwarna biru muda. Wajahnya cantik dan putih dengan hidung yang nampak mancung dari samping. Jika diperhatikan cewek itu seperti orang eropa atau memang keturunan bule.

"Siapa dia?" tanya William.

"Dia Katherine, tapi biasanya dia dipanggi Kathy sama teman-temannya." jawab Ronald yang tak melepaskan pandangannya dari cewek tersebut.

"Dia satu angkatan sama kita?" Jack gantian bertanya.

"Iya, tapi dia nggak ikut ospek karena masih di Eropa bersama keluarganya." terang Ronald.

"Makanya kelihatan bule banget dia. Paling papa atau mama nya yang dari Indonesia kan?" terka William.

"Yup, bener banget. Mamanya asli Indonesia. Kalau papanya dari Swiss. Papanya kerja disana dan di Indonesia dia tinggal bersama mamanya" kata Ronald yang memberikan informasi pada kedua temannya yang terlihat tertarik tersebut. "Hapal bener booss!" seru Jack yang takjub bagaimana Ronald sangat hapal jika ada cewek cantik yang ada disekitarnya.

Sudah menjadi kebiasaan bagi Ronald yang sangat suka bergonta-ganti pasangan. Sebenarnya dia selama ini tidak pernah berpacaran dan tidak suka dengan konsep pacaran. Menurutnya pacaran itu hanya menyusahkan saja. "Kalau pernikahan saja sudah mengikat, kenapa harus menambah repot dengan terkekang dua kali melalui pacaran?" kata Ronald saat ditanya alasan kenapa dia tidak memilih berpacaran dan setia pada satu pasangan. Karena itu dia selalu saja 'membungkus" cewek dari klub-klub malam langganannya jika ia sedang ingin merasakan kenikmatan duniawi.

Jack sudah hapal dengan sikapnya itu dan ia mengetahui sendiri bagaimana terkenalnya Ronald dikalangan klub malam dan hampir semua temannya menjulukinya dengan "Raja Bungkus".

"Ya harus hapal dong. Ada cewek sebening itu di kampus kita ini sudah sangat beruntung, guys. Kita tidak boleh menyia-nyiakankesempatan untuk bisa bersenang-senang sama dia." Ronald terlihat sangat bersemangat seperti sedang memberikan nasihat motivasi kepada kedua temannya tersebut.

"Iya deh iya, kalau begitu minta nomer HP nya." pinta Jack.

"Naahh. itu dia masalah terbesarnya." Ronald mencoba mendramatisir keadaan.

"Kenapa? Kamu nggak mau kasih nomer HP nya?" sela William.

"Bukan..bukan begitu. Masa iya aku sepelit itu sama kalian." tukas Ronald. "Terus kenapa?" tanya William lagi.

"Aku belum punya nomer HP itu cewek, guys." kata Ronald dengan kecewa.

"Hah? Nggak punya? Seorang Raja Bungkus sekelas Ronald belum punya nomer cewek cantik yang sedang ramai dibicarakan di sekitarnya?" kata Jack yang mengejek pada temannya itu.

"Ternyata nggak mudah mendapatkan nomer HP dia. Ah, aku ada ide. Gimana kalau kita taruhan siapa yang bisa dapat nomer HP cewek itu, dia bakalan ditraktir selama seminggu. Gimana?" Ronald menawarkan tantangan untuk teman-temannya.

"Kalau gitu yang paling diuntungkan pasti kamu. Kamu kan sudah biasa sama cewek-cewek yang nggak dikenal sebelumnya. Curang ah, nggak mau!" tukas Jack yang merasa dirugikan jika ia mengiyakan tantangan itu.

"Aku saja belum dapet nomer cewek itu juga Jack. Berarti kan memang cewek itu beda dari yang lainnya. Gimana...gimana?" Ronald kembali menantang.

"Aku mundur," ucap William.

"Aku juga," Silvi ikut mengangkat tangan walau tak melihat ketiga temannya tersebut.

"Yaah kalian nggak asik. Ayo Jack. Kapan lagi kita bisa kenalan sama cewek semanis dan secantk itu?" Ronald mulai membuju Jack.

Jack pun nampaknya mulai terpancing oleh bujuk rayu Ronald dan ia pun nampak berpikir sejenak.

"Cuma nomer HP nya nih?" Jack memastikan kembali peraturan tantangannya.

"Iya cuma nomer HP, tapi harus lewat dia sendiri tanpa perantara siapapun dan apapun." Ronald kembali menegaskan peraturannya.

"Hmm. Oke deh." ucap Jack dengan mantap.

"Yes! Deal kalau gitu ya." Ronald pun menjulurkan tangannya.

Jack menatap sebentar tangan Ronald dan menjabat tangannya. "Deal!" ucap Jack lagi.