Sexy Red Lips

Sabtu, 31 Mei 2025

Bab 53: Bersabarlah

"sudah ku bilang sabarlah sedikit lagi, aku sendiri yang akan membujuk Lita,

kenapa kau harus datang ketempat kerjanya?" ucap Leo yang kini berdiri didepan Indah yang sedang duduk diatas kasur.

Setelah mendengar penjelasan istrinya kemarin malam, Minggu pagi ini Leo langsung datang keapartemen Indah.

"sampai kapan mas?! perutku semakin membesar, bahkan istri kamu sendiri bilang tidak akan pernah mau menandatangani surat itu" tegas Indah dengan suara yang meninggi, meluapkan kekesalannya dan rasa kecewa atas sikap lelaki dihadapannya.

"padahal kau hanya perlu menceraikannya, itu lebih mudah" sambung Indah lagi dengan nada suara lebih pelan.

Leo menarik nafas dalam. "sudah kukatakan, aku tak akan pernah meninggalkannya, dia tanggung jawabku selamanya".

"lalu bagaimana denganku dan anak ini?!, atau mungkin kau memang tak serius menginginkan anak ini" Indah merasa putus asa, suaranya parau menahan tangis.

Leo ikut duduk disamping Indah yang mulai terisak dan kemudian merangkul lembut pundak wanita itu. "jangan bicara begitu... aku sangat bahagia dengan kehadiran anak ini, aku akan bertanggung jawab untuk mu dan anak ini, tapi tolong beri aku waktu untuk membujuk istriku, yah" ucap Leo sambil membelai lembut perut Indah.

"aku... tak ingin kehilangan ayah dari anakku lagi" ucap Indah yang berlinang air mata.

Leo menggeleng pelan. "tidak akan" balas Leo sambil memeluk Indah.

***

"kau mau cuti satu minggu?!" ucap Alex sambil menatap layar komputer yang menampilkan jadwal kerja para karyawan.

"iya aku ingin menemui tante ku, sudah lama aku tak berkunjung kerumahnya" jawab Lita yang tengah duduk dikursi kerjanya.

Alex menoleh menatap Lita. "kau yakin akan baik-baik saja berjauhan denganku?" ucap Alex.

Lita tersenyum mendengar ucapan konyol dari sang bos dihadapannya "iya, aku akan baik-baik saja" jawab Lita.

Wajah Alex berubah masam mendengar jawaban Lita yang seolah tak perduli dengan perasaannya, sejujurnya itu bukan jawaban yang ingin didengarnya. "kau yakin akan baik-baik saja?" tanya Alex sekali lagi dengan wajah yang mulai terlihat jengkel.

Lita mengangguk pelan mengiyakan pertanyaan lelaki yang cepat berubah suasana hati itu, walau sebenarnya Lita hanya berniat menggoda Alex.

Alex menarik nafas dalam. "oke! kalau begitu tidak akan ku setujui permohonan cutimu" ucapnya sambil membuang muka dari Lita dan kembali menatap layar laptopnya.

"hei... enggak bisa gitu, itu hak ku sebagai karyawan, meskipun kau seorang atasan, kau tidak boleh melarang karyawan untuk mengambil cutinya" bela Lita yang gantian kesal.

Alex tersenyum miring puas menggoda wanita yang barusan sempat membuatnya kesal juga. "aku tidak melarang, aku hanya tak akan menyetujuinya, itu saja".

Lita berdecak sebal. "oke! enggak masalah, aku sudah bilang hal ini ke kak Angel lebih dulu kok, dia yang akan menyetujui permohonan cutiku" ucap Lita sambil bangkit dari duduknya dan berniat melangkah untuk keluar meninggalkan Alex.

Belum sempat Lita melangkah lebih jauh tangannya sudah digapai Alex lebih dulu dan menghentikan langkahnya.

Alex menarik tangan Lita dan membuat tubuh wanita itu jatuh kepangkuannya.

"hei... kau gila, disini terekam CCTV" pekik Lita panik saat tubuhnya dalam rengkuhan tangan Alex.

Alex tersenyum miring. "kalau begitu kau ingin melakukannya dititik buta CCTV?!" ucap Alex seductive.

"dasar!" ucap Lita sambil memukul pelan dada bidang Alex, dan bergegas berdiri dari pangkuan lelaki itu.

"aku akan menunggu mu dibelakang, kuberi kau waktu lima menit untuk masuk kedalam gudang" ucap Alex, kemudian fokus lagi menatap layar laptopnya.

Wajah Lita merona, seolah angin panas menerpa wajahnya, dengan langkah gontai Lita keluar dari ruang back office meninggalkan bos yang suka melakukan hal seenaknya itu sendirian.

Tak bisa di hentikan, jantung Lita tentu berdebar cepat, ia salah tingkah ketika sampai difloor sambil memandang satu persatu staffnya yang sedang melayani customer masing-masing.

"kak! pak Alex bakal stay sampai malam disini?" tanya Melani yang baru saja selesai melakukan transaksi dikasir.

"hah? i-iya... sepertinya begitu" Lita sedikit kikuk mendapat pertanyaan dari salah satu staffnya.

"ahh... begitu, lagian kenapa sih GGS itu hari minggu tetap kunjungan ke toko, jadi enggak bisa nyemil-nyemil deh kedalam" ucap Melani frustasi, walaupun para staff sudah mulai dekat dan terbiasa dengan kehadiran Alex, namun tak bisa dipungkiri rasa waspada didepan atasannya itu tetap harus dijaga.

Lita tertawa pelan. "kalau kamu mau nyemil sebentar, masuk keloker enggak masalah kok Mel, yang penting enggak lama sambil ngobrol didalam" jelas Lita. "tetap aja kak, bawaannya horor kedalam kalau ada pak GGS itu, takut ditanya penjualan" balas Melani sambil melangkah meninggalkan Lita dan berjalan kedepan menyapa customer yang baru saja masuk ke dalam toko.

Lita berjalan mendekat menuju lemari stok barang yang ada di floor, lemari yang seolah tersamar dengan dinding disana, Lita mulai memeriksa persediaan barang yang siap ambil tanpa mengharuskan para staff masuk kedalam gudang.

"masih penuh kak, tadi pagi sudah diisi sama bang kevin" ucap Dian mendekat ke Lita sambil matanya fokus ke arah customer yang sedang di service nya.

"kak, tapi tadi digudang belakang agak berantakan dan anak pagi belum sempat beresin karena pak Alex keburu dateng, pak Alex belum ngecek gudang belakang kan?" sambung Dian mengajak bicara Lita dengan mata yang tetap fokus ke customernya yang sedang mencoba tas sambil bercermin.

"tadi dia bilang mau cek gudang belakang" balas Lita.

Wajah Dian otomatis berubah panik sampai alisnya bertaut langsung menoleh kearah Lita "gimana dong kak, nanti dia marah lihat gudang berantakan".

"yaudah enggak apa-apa, biar saya yang beresin, tenang aja dia enggak bakal marah kok" Lita mencoba menenangkan salah satu staffnya yang mulai terlihat takut.

Dian mengangguk pasrah, berharap apa yang diucapkan Managernya itu benar. "yaudah, saya masuk kedalam dulu yah" pamit Lita dan langsung melenggang masuk kedalam back office lagi.

Lita menatap kursi dihadapannya kosong, dan itu menandakan kalau Alex sudah berada didalam gudang belakang.

Dengan langkah pasti Lita mulai berjalan mendekat kearah rak-rak yang penuh berisikan barang jual.


"sepuluh menit! padahal aku cuma kasih waktu lima menit" ucap Alex sambil melirik arlojinya ketika sang wanita yang ditunggunya menampakkan diri dihadapannya.

Lita menatap sekeliling lorong rak tempatnya berdiri sekarang, terlihat sedikit rapih walaupun masih ada beberapa kardus sepatu yang ada dibawah lantai.

"kamu baru saja merapikan barang yang berantakan?" tanya Lita sambil berjalan pelan mendekat kearah Alex.

"iya, tadi waktu aku datang, disini lumayan berantakan, jadi.. sambil nunggu kamu ak-"

Cup! bibir Lita mengecup lembut bibir Alex yang sedang menjelaskan.

"makasih yah" ucap Lita selesai memotong ucapan sang bos dengan kecupan singkatnya.

Tujuan Alex meminta Lita untuk datang ke gudang paling belakang tentu bukan untuk merapikan barang-barang yang ada disana.

Mendapati Lita yang memulai lebih dulu membuat Alex lebih bersemangat, perlahan wajah Alex mendekat dan melumat bibir pink lembut yang tadi sempat memprovokasinya, kemudian tangannya sigap memeluk erat tubuh Lita yang balas memeluk tubuhnya juga.

"sabar yah, aku cuma pergi satu minggu" ucap Lita ketika bibir pink nya terlepas sebentar dari pagutan bibir sang bos yang agresif.

Tanpa menjawab Alex kembali melumat bibir pink Lita, seolah tak ingin melepasnya kembali, bahkan tak ingin merelakannya meski hanya satu minggu.

Lita membalas setiap pagutan sang bos yang begitu antusias menginvasi bibir miliknya, Lita sadar betul ciuman yang semakin panas dan bergelora itu merupakan luapan emosi sang bos yang tidak rela ditinggalkan olehnya.

"aku pasti akan sangat merindukanmu" bisik Alex yang kemudian menginvasi telinga sensitif Lita.

"aku juga" desah Lita mendapati area sensitifnya dijamah bibir liar sang bos. Tangan lita yang melingkar dileher Alex perlahan mulai meremas lembut rambut Alex, seolah ingin agar Alex menghentikan cumbuannya ditelinga yang terasa begitu menggelitik sekujur tubuhnya.

Lita menangkup wajah Alex untuk menghentikan cumbuan liar pada telinganya, ia terlalu tidak berdaya jika telinganya terus dilumat seperti itu, ia harus tetap sadar sebelum benar-benar tenggelam dalam nafsunya saat ini.

Suara nafas yang seolah saling menyahut menjadi detik waktu diantara mereka, mata sayu yang saling memandang seolah berbicara jika mereka tak ingin berhenti dan ingin terus melanjutkannya.

Tanpa suara tanpa kata, bibir dua insan itu kembali saling berpagut dan melumat satu sama lain hingga deru nafas dan desahan nafsu seolah menjadi lantunan melodi untuk mereka berdua.






Jumat, 30 Mei 2025

Bab 52: Lembar Lama

"kau... sungguh menungguku?" ucap Lita setelah menghentikan langkahnya sambil menatap Indah yang berdiri dihadapannya sengaja menghentikan langkah Lita.

Indah sengaja menunggu Lita sampai malam, dan sengaja menunggu Lita sendirian setelah memastikan rekan kerja wanita yang dipantaunya pergi satu- persatu.

"aku sudah bilang akan tunggu mba sampai selesai bekerja" jawab Indah seolah tak perduli dengan pandangan kebencian dari wanita yang ada dihadapannya. "apa yang kau inginkan sampai kau nekat menemuiku sendirian begini?" Lita mencoba mengatur perasaannya.

"aku harap mba mau menandatangani surat persetujuan berpoligami" ucap Indah.

Lita tersenyum sinis. "sampai kapanpun aku tidak akan menandatangani surat itu, aku tidak berniat menerima kau sebagai madu suamiku" balas Lita dengan suara dingin penuh benci pada wanita dihadapannya, sejujurnya Lita tak tahu menahu soal surat yang sedang dibicarakan selingkuhan suaminya itu.

Selama suaminya pulang kerumah tak pernah sedikitpun membahas tentang surat persetujuan yang sedang dibahas Indah saat ini.

Tentu saja meskipun suaminya tidak mengatakan hal itu, pasti suatu saat Leo ingin mengesahkan pernikahan dengan selingkuhan yang sekarang sedang mengandung anaknya, ia butuh hal itu agar anak yang dikandung Indah mendapat status sah sebagai bagian dari keluarganya, melalui pernikahan resmi dimata hukum.

"mba... anak ini butuh status hukum dari hubungan kedua orang tuanya" ucap Indah putus asa.

"saya tidak perduli, itu bukan urusan saya, harusnya kamu lebih tahu tentang hal ini sebelum merayu lelaki yang sudah beristri" Lita masih meladeni ucapan Indah, ia hanya ingin melihat wanita dihadapannya merasakan sakit seperti yang ia rasakan.

Menatap wajah selingkuhan suaminya penuh rasa putus asa, hati Lita sedikit puas. "kamu hanya takut Leo meninggalkanmu bukan? makanya kau memintanya menikahimu secara resmi, kenapa kau ketakutan begitu, apa karena ternyata dia tak ingin melepasku makanya kau merasa terancam? saya tegaskan sekali lagi padamu, selama saya masih istri sah Leo, kau tidak akan bisa menjadi istri sahnya juga, tidak akan ada persetujuan poligami, dan tidak ada status sah untuk anakmu" ucap Lita mencoba memberi tekanan pada wanita dihadapannya yang mulai terlihat mati kutu.

Indah diam mendengar ucapan Lita yang sepenuhnya benar, cukup dua kali ia dicampakkan oleh lelaki yang pernah ia cintai dan ia percaya, tak untuk yang ke tiga kalinya.

karena keputusannya menjadi yang kedua diantara mereka adalah untuk dipertahankan oleh Leo, apalagi ia sedang mengandung anak yang ia harap dapat menjadi tamengnya.

"aku akan terus bertahan, aku tidak berniat untuk menyerah, bagaimanapun juga mba Lita yang akan terluka, anak ini yang akan merubah pemikiran mba karena pasti mas Leo dan orang tuanya akan membuat anak atau cucu pertama mereka sah secara hukum" balas Indah yang kemudian berpaling dan pergi meninggalkan Lita.

***

(Voc Lita)

Terluka...?

Aku juga tak ingin terluka, aku hanya ingin bahagia dalam pernikahanku, aku juga ingin dikaruniai anak dalam rumah tanggaku, bukan aku yang berkuasa, sekalipun aku sudah berusaha tetap keputusan hanya ada di tanganNya.

Terkadang aku mulai membuka lembaran lama dalam hidupku, aku ingin mulai menyalahkan kedua orang tuaku yang sudah pergi meninggalkanku, apa mungkin ini sebuah karma atas kesalahan mereka dimasa lalu? kenapa harus aku yang menanggungnya?

Tidak, bukankah aku terlalu egois menyalahkan takdir yang telah terjadi... aku ingat jelas ucapan terakhir ayah sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya, jika sebenarnya beliau memiliki istri lain dan mungkin seorang anak.

Masa lalu ayah yang tak pernah aku ketahui akhirnya beliau ceritakan padaku satu hari sebelum kepergiannya, kenyataan keberadaanku, status ibuku dan orang itu.

***

(Author)

Lita duduk dikursi tunggu lobby, ia menunggu jemputan karena Leo bilang sedang ada dirumah orang tuanya dan akan sedikit terlambat menjemputnya. Sambil menunggu, Lita terus memikirkan ucapan Indah yang akan bertahan diantara dia dan Leo. Bukan hanya ucapan Indah, Cerita singkat yang pernah ayahnya ucapkan terngiang ditelinganya, fikirannya melayang seolah menyalahkan takdir dan hidupnya, disatu sisi terluka namun disisi lain ia sadar betul jika keberadaannyapun pernah menjadi luka untuk orang lain.

Bagaimana bisa ia masih belum dikaruniai seorang anak, padahal kandungannya baik-baik saja, bahkan suaminya pun bisa menghamili perempuan lain.

Sekali lagi, ia menyalahkan dirinya sendiri dan merasa jika apa yang ia alami adalah sebuah karma untuknya.

Dering selular membuyarkan lamunan Lita, ia menatap nama yang tertera dilayar ponsel, rupanya Leo yang meneleponnya, tanpa mengangkat panggilan itu, Lita langsung bangkit dari duduknya dan berjalan kearah mobil putih yang berhenti di jalur yang ada dihadapannya.

Lita segera masuk kedalam mobil dan duduk dibangku samping Leo.

"maaf ya aku telat jemput kamu, tadi mamah nyuruh aku ambil vitamin atau apalah itu sama ngasih buah-buahan, padahal aku udah bilang enggak perlu beli apa-apa buat dirumah" celoteh Leo menjelaskan sebab keterlambatannya menjemput sang istri, bermaksud agar Lita tak terlalu marah padanya.

Namun Lita enggan mendengar penjelasannya, Lita sengaja berpaling dari suaminya dan hanya menatap jalanan yang terlihat dari samping kaca mobil.

"tadi Indah nemuin aku, dan dia bahas tentang surat persetujuan berpoligami" ketus Lita tanpa melihat kearah suaminya, matanya tetap menatap jalan raya dari kaca samping mobil.

Leo menarik nafas dalam, ia tak bisa berkata apapun, sejujurnya selama ini Leo masih belum menceritakan tentang niatnya menikahi Indah secara resmi, bahkan menunda meminta tanda tangan Lita untuk menyetujui permohonan poligaminya, karena ia tahu jika Lita pasti akan menolak untukmenandatanganinya.

Maka dari itu ia selalu bohong pada Indah jika Lita selalu menolak, padahal memang ia belum bilang apapun pada Lita.


"aku bilang, kalau aku enggak akan pernah menandatangani surat itu" sambung Lita.

"aku tahu kalau kamu enggak akan mau tanda tangan, makanya aku enggak bilang ke kamu, aku juga enggak mau maksa kamu" ucap Leo.

"bagaimana dengan anakmu nanti? bukankah dia harus mendapat haknya karena dia anak pertamamu".

"dia akan tetap menjadi anakku sekalipun aku tidak menikah sah dengan Indah" jelas Leo.

Lita menoleh menatap suaminya yang sedang fokus menyetir. "apa kau berniat memasukkannya kedalam Kartu Keluarga kita? aku... tidak akan membiarkan nama anak itu ada di dalam Kartu Keluarga".

"anak itu tidak bersalah, setidaknya terima dia dalam keluarga kecil kita, aku harus bertanggung jawab untuk kehidupan anak itu" ucap Leo frustasi.

"selama aku masih istri sah kamu, aku tidak akan terima anak itu sebagai bagian dari keluarga kita" tegas Lita.

"sayang..." Leo semakin frustasi sampai tidak sanggup melanjutkan ucapannya.

"aku kasih kamu pilihan kan mas, kalau kau memang sangat mengharapkan

anak itu, kamu bisa menceraikanku, kalian bisa hidup bahagia tanpa ku" terang Lita.

"aku sudah pernah bilang, tak akan pernah ada perceraian, jadi... jangan bahas hal itu lagi" Leo meninggikan suaranya dan kembali diam memilih fokus menyetir mobil.

Tujuh tahun lamanya usia pernikahan mereka, bagi Leo janjinya pada almarhum mertuanya tak akan pernah berubah, ia akan terus berada disamping Lita dan tidak akan pernah meninggalkan wanita yang telah lama bertahta didalam hatinya itu.

Beda halnya dengan Lita, hatinya terlalu sakit jika bertahan, ia pun tak ingin mengganggu kebahagiaan yang telah lama dinantikan suaminya, kehadiran seorang anak, bahkan setelah ia mengingat lembaran lama hidupnya jika ia tak bisa memiliki anak karena sebuah karma, bukankah itu satu-satunya kesalahannya.

Meskipun ia tahu penghiatan suaminya, nyatanya ia juga seorang anak yang lahir dari istri kedua ayahnya.





Kamis, 29 Mei 2025

Bab 50: Penjelasan

Hanya karena satu tindakan yang disalah artikan oleh suaminya keluarga

kecilnya menjadi berantakan, hatinya sakit mendengar alasan sang suami untuk menyalahkan dirinya.

Lita menatap kesal wajah suaminya yang begitu dekat dengan wajahnya saat ini, tangannya masih terkunci dalam genggaman Leo yang masih menindih tubuhnya, sungguh dia hanya ingin berteriak minta pertolongan jika memang orang dihadapannya ini bukan suaminya.

Leo menarik nafas dalam "sungguh, aku tak mau bertengkar denganmu saat ini, aku memang berengsek, tapi aku tak mau menjadi lebih berengsek dengan melepas tanggung jawabku pada Indah dan dirimu, kau tahu?! aku juga frustasi ketika teman-teman kampus saat reuni dulu membicarakan aku dibelakang, mereka bilang kalau sebenarnya aku yang tidak bisa mempunyai keturunan, dan entah setan mana yang merasuki ku, aku malah tenggelam dalam perselingkuhan ini, apalagi ketika Indah bilang bersedia mengandung anakku, aku juga tak habis fikir jika apa yang kulakukan benar-benar membuat Indah hamil, mendengar anak dirahimnya adalah anakku seolah memberikan cahaya baru dalam hidupku dan mengurangi rasa putus asa yang selama ini sempat menghantuiku, aku minta maaf karena telah melukai hatimu, kau tahu... aku tidak mau kehilangan dirimu, aku sangat mencintaimu" ucap Leo meluapkan perasaan terpendamnya selama ini.

"maaf... maaf kan aku... aku sungguh minta maaf" sambung Leo menangis, sambil memeluk tubuh istrinya yang masih berada dibawah tubuhnya.

(Lita ingat ucapan dokter dua tahun lalu)

"bagaimana dok apa kandungan saya baik-baik saja? bagaimana dengan test kesuburan suami saya?" tanya Lita dengan raut wajah sedikit khawatir.

"kandungan kamu bagus, bahkan sel telur kamu bagus semua, dan hasil tes sperma suamimu juga bagus, tidak menunjukkan hal yang negatif, bahkan seharusnya kalian berdua mudah-mudah saja mendapat keturunan, tapi... semua itu takdir Sang Maha Kuasa kita hanya bisa berdo'a dan meminta, mungkin kehidupan sex kalian terlalu bergairah, kalian bisa menguranginya sedikit atau kalian bisa melakukan itu lebih perlahan, faktor kelelahan juga bisa berpengaruh sekalipun kandungan dan sel telur anda baik-baik saja, jangan lupa lebih perhatikan dalam mengkonsumsi makanan, jika ada tanda terlambat haid, anda bisa langsung datang kembali kesini, dan tolong jangan melakukan hubungan sex dulu dengan suami anda jika memang ada tanda telat haid" terang dokter.

***

Air mata Lita mengalir mendengar penjelasan suaminya, ia tahu bagaimana perasaan putus asa yang dirasakan Leo, tapi baginya sudah cukup mendengar penjelasan dokter kalau mereka bukan orang yang mandul.

Ternyata pemikiran Lita yang terlalu sederhana itu tak melulu tumbuh difikiran sang suami, apalagi keluarganya pasti juga mengharap kehadiran cucu dari anak lelaki semata wayangnya walaupun mereka tak terlihat memaksa pada Leo dan dirinya.

"mas... jika memang kau ingin memiliki perempuan lain harusnya kita bicarakan ini baik-baik, aku kecewa ketika kau membohongiku mentah-mentah seperti itu, terlebih lagi Indah adalah istri orang, aku benar-benar kecewa mengetahui faktanya, kau terkurung dalam nafsumu... aku sangat kesal padamu mas aku membencimu mas, apalagi perempuan itu bicara seolah dia lebih baik dariku dan berusaha menguasai dirimu, aku benci hal itu mas" tangis Lita meledak, ia tak sanggup membayangkan jika pada akhirnya ia yang akan dibuang.

Leo menghapus air mata yang meleleh dari mata sang istri. "kau tahu aku sangat mencintaimu, aku tak akan pernah meninggalkanmu sekalipun ada Indah dan anaknya, aku akan berusaha tetap memberikan perhatianku padamu" terang Leo sambil mencumbu lembut kening Lita.

Lita tak meng iya kan ucapan sang suami, sejujurnya hatinya terlalu sakit memaafkan sang suami tempat bersandar satu-satu nya yang ia miliki saat ini.

Lita berpaling ketika bibir Leo hampir mencumbunya lagi "aku ingin tidur, ku harap kau mengerti juga perasaan ku saat ini" ucap Lita dingin sambil

mendorong pelan tubuh Leo.

Leo melemahkan pelukannya dan mengikuti apa yang diinginkan sang istri, wajahnya sendu sambil menatap wajah samping Lita.

****

(Satu Minggu kemudian)

Suasana toko terlihat padat customer yang berdatangan, karena saat ini hari pertama launching produck terbaru dengan tema baru, dari design sepatu, tas, dompet dan produck lainnya yang baru dirilis.

Tentu saja semua staff sibuk melayani para customer yang masuk kedalam, brand ternama tempat Lita bekerja selalu mengadakan launching produck limited edition setiap seasonnya, maka dari itu saat ini toko sedang dipadati oleh para customer VIP yang selalu menantikan product terbaru mereka.


"kak Lita, muka kakak pucat, kakak lagi enggak enak badan?" ucap Dian pada Lita yang berdiri disamping kasir dekat dengan pintu masuk back office, Dian baru saja keluar dari gudang sambil membawa dus sepatu yang diminta customer dan meletakkannya di kasir. Selama ia mondar-mandir kedalam ia selalu memperhatikan wajah sang atasan yang terlihat tidak seperti biasanya.

Lita tersenyum simpul "saya baik-baik aja Dian, malah kalian yang terlihat kelelahan" balas Lita.

"iya sih lelah banget, tapi aku seneng kalau toko ramai begini, apalagi kalau bonusnya cepet keluar, hehe" ucap Dian sambil tertawa pelan. "yaudah kak, aku lanjut service customer lagi ya" sambungnya meninggalkan Lita yang terus berdiri disamping kasir sambil memantau keadaan toko dan kasir.

Setelah melihat customer yang sedikit menyusut Lita kembali masuk kedalam back office dan seperti biasa ia harus mengirim laporan per dua jam sekali kepada para atasannya.

Hari ini Lita masuk shift siang, dan seharian ini ia juga ikut sibuk melayani customer yang tidak sempat di service staff lain, bukan karena kelelahan ikut melayani customer.

Lita ingat betul kejadian lima hari yang lalu ketika kedua mertuanya tiba-tiba datang dan menginap dirumah.

"nak, bagaimana pekerjaanmu?" ucap Lenny (ibu Leo) sambil meletakkan gelas kopi yang baru saja disesapnya.

"baik dan lancar Mah" jawab Lita yang baru saja selesai mengunyah roti isinya.

Saat itu hanya ada Lita dan ibu mertuanya dirumah, karena Leo dan ayah mertuanya sudah berangkat kerja.

"kamu tidak berniat untuk berhenti kerja?" ucap Lenny.

"Lita bingung mau ngapain dirumah kalau sampai enggak kerja lagi mah, iseng banget nanti dirumah sendirian" jawab Lita.

"kamu bisa main kerumah Mamah, nanti kita bisa habisin waktu seharian, yang penting kamu enggak kecapean kerja" sambung Lenny.

"Lita enggak kecapean kok mah, Lita malah senang punya banyak teman ditempat kerja, enggak bosan ketemu banyak orang" terang Lita.

Bukan pertama kalinya sang mertua memintanya untuk berhenti kerja, Lita tahu betul maksud ibu mertuanya, walaupun beliau tidak memaksanya untuk segera memberi cucu dengan ucapan langsung, tapi sindiran pekerjaannya adalah salah satu sinyal untuk Lita.

Raut wajah Lenny berubah sendu sambil menatap menantu perempuan yang duduk di seberang meja makan. "nak, Mamah sudah tahu semuanya" ucap Lenny, bukan tanpa alasan ia menginap dan datang kerumah anak dan menantunya.

"Leo yang minta Mamah untuk menemani kamu disini, kamu masih mau mempertahankan pekerjaan kamu dibanding mempertahankan suami kamu?" terang Lenny.

Lita terkejut dengan ucapan sang mertua, dan kecewa kenapa suaminya tidak berunding dahulu dengannya untuk memberi tahu kebenarannya pada sang mertua.

"disatu sisi Mamah sangat kecewa dengan perbuatan Leo, tapi disisi lain Mamah tidak bisa berbohong jika saat ini Mamah senang mendengar akan punya cucu, Mamah tidak mau menyinggung kamu, tapi Mamah tetap hanya mau kamu menantu satu-satunya mamah untuk memberikan cucu untuk kami, bukan perempuan itu, jadi Mamah harap kamu bisa lebih berusaha lagi nak, berhenti dari pekerjaan mu dan istirahat dirumah fokus untuk kehamilanmu" ucapan Lenny masih terngiang dalam benak Lita.

Ibu mertuanya dengan hati lembut masih mau bersabar untuknya, meskipun tahu kenyataannya.

Saat ini hati Lita bimbang, tekanan atas kehadiran Indah begitu membuatnya frustasi, ditambah kedua mertuanya sudah mengetahui semuanya, ucapan ibu Mertuanya yang seolah mengikatnya untuk tidak bercerai membuatnya semakin tertekan.






Rabu, 28 Mei 2025

Bab 49: Cium Aku

 

(5 jam yang lalu)

Mata Lita memandang sendu wajah pria yang semalan tadi ia harapkan, namun sekali lagi hatinya sedih, ia tak ingin berada dalam situasi seperti ini, ia hanya ingin mencintai dan dicintai seutuhnya, bukankah ini terlalu munafik, ketika dihatinya masih ada cinta untuk suaminya dan dihati pria itu masih ada cinta untuk cinta pertamanya.

Alex semakin mengikis jarak antara wajahnya dengan wajah Lita, dan semakin mendekatkan bibirnya dengan bibir pink milik wanita dihadapannya kemudian mencumbu bibir pink itu dengan lembut.

Lita memejamkan matanya, ia tahu betul apa yang ingin dilakukan pria tampan dihadapannya, sampai akhirnya bibir lembut itu menyentuh bibirnya, saat ini ia tak ingin menolak karena ia juga ingin melepas penatnya ia berharap sentuhan ini sedikit mengobati luka hatinya.

Dua bibir yang beberapa detik tadi terlihat kikuk akhirnya saling balas mencumbu, saling berpagut dan melumat satu sama lain seolah cumbuan itu benar-benar obat luka dua insan yang kini semakin erat saling memeluk.

Sambil terus mencumbu bibir Lita, Alex perlahan menuntun Lita melangkah mendekat ke tangga kecil dekat rak, Alex duduk ditangga itu untuk menyamakan tinggi badannya dengan Lita yang tetap berdiri sambil mengunci Lita dalam pelukannya.

Cumbuan itu tak lepas sama sekali desah nafas yang berpacu saling mencari udara membuat hasrat mereka semakin memanas. Bibir Alex lugas menginvasi bibir sang wanita pujaannya.

Perlahan bibir Alex melepas pagutannya, menjelajah ketelinga sang wanita yang ia tahu betul itu titik sensitifnya, dilumatnya telinga itu kemudian bibir Alex turun mencumbu leher jenjang Lita. Lita berusaha menahan gejolak desahnya ia menggigit bibir bawahnya saat area sensitifnya di jamah Alex.

Tangan Alex mulai menjalar masuk kedalam celah blazer dan membuka resleting dress Lita perlahan, kini Lidah Alex mulai menjelajah menuju tulang selangka Lita dan meninggalkan kissmark disana.

"no... stop!" ucap Lita dengan nafas tersenggal mendorong tubuh Alex

menghentikan gerak bibirnya yang hampir membuat kissmark itu semakin merah.

Alex sedikit terkejut dengan penolakan Lita, namun ia sadar kalau itu memang kesalahannya, hasratnya sudah memuncak ia tak bisa mengontrol gerak tubuhnya sendiri.

"maaf" suara Alex pelan merasa bersalah.

Lita tersenyum simpul "hanya cium aku, tidak lebih" ucap Lita tersipu dengan wajah yang mulai merona karena sudah terbuai dalam hasratnya juga.

Tanpa izin lagi Alex kembali melumat bibir yang baru saja tersenyum lembut memperingatinya, tak bisa dipungkiri miliknya yang lain tentu saja sudah mengeras sejadinya, namun harus ia tahan hasrat meminta lebih dari ini pada sang wanita pujaan.

***

"woi Lex! ditanya malah bengong!" pekik Ronald membuyarkan lamunan Alex yang sibuk mengingat moment panas beberapa jam lalu.

"bener ya yang namanya Lita istri orang?" sambung Ronald dengan tebakan yang sepenuhnya benar.

Alex menarik nafas dalam "hem... kenapa emang kalau istri orang?!" balas Alex sambil menyandarkan tubuhnya dan menengguk birnya.

"waah... lu move on dari nyokap tiri, eh... sekarang malah kecantol sama bini orang, kayak enggak ada perempuan single aja" ucap Ronald menekankan suaranya. "mending kayak gue sekalian sama single mom, biar kata ada buntutnya".

"gue juga maunya begitu, semoga suaminya cepet menceraikan dia" balas Alex.

"diih jahat lu, ngerusak rumah tangga orang" omel Ronald.

"bukan gue yang ngerusak, emang suaminya aja yang tega selingkuhin dia" terang Alex membela diri.

"apa?! hem.." Ronald mulai mencoba mencerna ucapan Alex, dan mengangguk- anggukan kepalanya seolah mengerti keadaan yang dialami sahabatnya.

"tapi kok si Nina bisa tau Lita, emang mereka berdua ketemuan? Ronald masih penasaran alasan Nina menanyakan kabar Lita, bahkan sebagai sahabat dia sendiri belum tahu sosok Lita seperti apa.

"pas gue klimaks, gue panggil dia Lita" terang Alex.

"wah hahaha, pantesan si Nina mukanya rada kesel gitu pas nanyain kabar lu sama Lita, parah lu.. yang dicoblos siapa yang dipanggil siapa" Ronald

menggeleng sambil mendecak usai kalimatnya.

"gue berharap lu bisa bangkit dari rasa sakit hati lu bro, tapi jangan lukain diri lu lagi sama perempuan milik orang lain gini, lu bikin gue khawatir aja" sambung Ronald dengan raut penuh iba kepada Alex, ia ingat ketika Alex sangat terluka karena cinta pertamanya.

"tenang... gue bukan anak kecil lagi" jawab Alex enteng.

***


Suara air shower mendominasi kamar mandi, saat ini Lita sedang mandi, karena itu rutinitasnya sebelum ia mulai tidur, ia akan membersihkan dirinya dulu. Perlahan ia berjalan kearah cermin dan menatap bayang dirinya yang terpantul disana, ia melihat kearah tulang selangka tubuhnya, ia menatap lekat kearah titik merah muda bekas kissmark yang ditinggalkan Alex.

Kembali ia mengingat kejadian lima jam lalu bersama sosok yang kini tak bisa lepas dalam kepalanya, seolah ia terhipnotis pesona lelaki yang menciumnya tadi, kejadian panas yang tak ia tolak sedikitpun.

Mungkin jika ciuman itu bukan digudang, ia juga akan lepas kontrol bukan? hasratnya tak bisa berbohong jika ternyata dia dan suaminya tak berbeda jauh saat ini.

Lita menyelesaikan mandinya, dan langsung mengenakan pijama abu-abu, ia sengaja mengancing kerahnya sampai menutupi bekas kissmark yang masih berwarna merah muda di area tulang selangkanya.

Sambil berjalan gontai Lita mendekat kekasur, dan langsung merebahkan dirinya, masih sama seperti empat hari yang lalu, ia menenggelamkan tubuhnya masuk kedalam selimut.

Meskipun dilubuk hati terdalamnya Lita merindukan belai kasih sayang

suaminya seperti dulu, hati kecilnya tak bisa berbohong prasangka dan bayangan bagaimana suaminya bercinta dengan perempuan lain seolah menghantuinya dan membuatnya semakin benci.

Leo menyelesaikan pekerjaan kantornya yang sempat ia tunda karena buru-buru menjemput Lita, ia ingat gerutuan Lita dimobil tadi jika dirinya selalu pergi saat tengah malam, ia merasa bersalah, karena Indah tiba-tiba minta dibawakan makanan setiap malam membuatnya tak bisa menolak keinginan ibu hamil dan calon buah hatinya, dan saking mengantuknya akhirnya ia tidur diapartemen. Sejujurnya hari ini Leo juga merasa bersalah pada Indah saat menyuruhnya naik taksi tadi 'kalau kamu mau sesuatu malam ini, tunggu besok pagi aku bawakan, kasihan Lita dari kemarin ia sendirian dirumah padahal dia takut kalau sendiri, kamu ngertiin keadaan aku ya, jangan marah atau kesal, oke sayang!'

Leo menyibak selimut yang menutupi kepala istrinya, ia menatap wajah Lita yang mungkin sudah tenggelam dalam mimpi, ia sangat mencintai Lita, ia tak mau kehilangan kekasih hatinya, meskipun egois ia ingin lita tetap menjadi istrinya. Leo merebahkan tubuhnya tepat disamping Lita yang tidur memunggunginya, ia memeluk tubuh Lita erat, mencium tengkuk Lita setelah ia menggulung rambut terurai Lita, Leo merindukan pelukan dan ciuman istrinya.

Perlahan tangan Leo meremas buah dada Lita yang masih tertutup baju pijama, dan mencium telinga titik sensitif Lita.

Lita sadar apa yang yang sedang dilakukan sang suami, ia terus berpura-pura tidur berharap suaminya menghentikan aksinya, karena biasanya Leo akan menyerah sendiri jika Lita tidak merespon.

Tapi entah kenapa Leo tak kunjung berhenti, bibirnya terus mencium leher sang istri yang terus berpura-pura tidur, merangsang sang istri berharap bangun.

Tangan Leo hampir membuka kancing atas pijama Lita, tapi tangan Lita lebih sigap menahan tangan kekar yang sedari tadi menggerayanginya itu.

"kamu bangun?" ucap Leo menatap mata sang istri yang baru saja terbuka.

"aku ngantuk mau tidur" balas Lita dingin, ia hanya tak mau suaminya melihat bekas ciuman yang masih berwarna ditulang selangkanya.

"aku kangen kamu sayang" ucap Leo langsung melumat bibir yang baru saja dengan dingin menolak hasratnya.

Lita berusaha berontak namun kedua tangannya digenggam sang suami dan tubuh kekar Leo sudah sigap menindihnya. Lita tahu posisinya masih seorang istri dan hal ini adalah hak suami untuk memiliki seluruh tubuhnya.

Leo sadar bahwa istrinya tak membalas pagutannya. "kau tak mau menciumku?" tanya Leo sambil menatap wajah istrinya yang tampak kesal menatap kearahnya juga.

"aku bilang, aku mau tidur, kau bisa melampiaskan nafsumu besok untuk perempuan simpananmu" ketus Lita dingin.

Leo tersenyum miring "jangan salahkan orang lain, sebelum aku dengannya kau selalu seperti ini, bahkan saat aku sangat menginginkannya kau dengan dingin menolak, harusnya aku yang tanya padamu, apa kamu masih mencintaiku?" terang Leo menahan kesalnya, padahal ia tak berharap untuk bertengkar dengan Lita sekarang.

Lita diam, jantungnya seolah tertusuk jarum begitu sakit, apa mungkin semua ini terjadi karena kekurangan dan kesalahannya? padahal maksud hatinya menolak saat itu bukan karena ia tak mau, hanya saja ia harus mendengarkan saran dokter, bukan hanya Leo yang sangat menginginkan anak, ia juga sangat menginginkannya.

Bagaimana bisa pertanyaan yang pernah Lita tanyakan sebelumnya begitu menyakitkan terdengar ditelinganya sendiri, kalau ternyata kesalah fahaman itu bisa menjadikan pernikahannya berantakan begini.








Selasa, 27 Mei 2025

Bab 48: Aku ingin Memelukmu

Langit mendung membentang, gelap mulai merayap menyelimuti, bahkan kilatan petir menyala disela awan hitam yang hampir menjatuhkan airnya.

Mata Indah basah, kini rahangnya terkatup menahan kesalnya, hari ini adalah keempat kalinya Indah pulang sendiri tanpa Leo, ia benci alasan yang diberi ayah dari anak yang ada dirahimnya itu.

'aku harus jemput Lita, kamu ingat pria yang memergoki kita di lantai dua puluh dua itu?! sepertinya pria itu sedang berusaha mendekati Lita, aku tidak bisa membiarkan Lita pulang bersama dengan orang itu lagi, jadi hari ini kamu naik taksi lagi, oke!' alasan Leo yang masih terngiang ditelinganya.

Indah kecewa, hatinya hancur diabaikan lagi, padahal selama ini ia sudah mencoba melakukan yang terbaik untuk bertahan, apakah anak dirahimnya masih belum cukup mampu menjadikan Leo miliknya seutuhnya, air matanya semakin deras mengalir seiring derasnya hujan yang sudah jatuh menyiram bumi saat ini.

Dengan kasar dan terburu-buru Indah menghapus air mata yang sempat membasahi pipinya setelah turun dari taksi, dengan langkah gontai Indah masuk kedalam lift untuk pulang kekamar apartemennya.

Mata melati fokus tertuju pada anak semata wayangnya yang baru saja menutup pintu, ia tahu apa yang terjadi lagi pada Indah tanpa ia harus bertanya langsung, meskipun tak ada bekas air mata dipipi anaknya, namun mata sembab yang sedikit berwarna merah cukup meyakinkan hatinya jika anaknya baru saja menangis lagi.

"kamu sudah makan? ibu baru aja selesai buat pancake coklat camilan kesukaan kamu nih" ucap Melati mencoba menahan sedihnya sambil berjalan kearah meja makan dan menunjuk kearah tumpukan pancake yang sudah tersaji di piring, meskipun sebenarnya hatinya sakit setiap melihat anaknya sendiri.

"belum, aku ganti baju dulu bu" jawab Indah dengan suara parau tanpa bisa menatap benar kearah Melati dan langsung melenggang masuk kedalam kamar.

***

"lagi! pria itu berniat untuk mengantar mu lagi?! hah... aku curiga, apa benar karena suruhan Angel orang itu terus saja mengantarmu? harusnya Angel sendiri yang mengantarmu jika memang ia berniat menolongmu" suara Leo terdengar emosi setelah ia melajukan mobilnya meninggalkan sosok lelaki yang hampir sering ia lihat belakangan ini.

"Angel punya kesibukan sendiri, dan Alex kebetulan sedang Visit ketokoku" jelas Lita tanpa menoleh sedikitpun kearah suaminya, saat ini ia terlalu muak menatap wajah sang suami, seharusnya ia yang kesal bukan, empat hari belakangan ini Leo memang menjemputnya, dan ikut tidur disampingnya tapi ketika Lita membuka matanya dipagi hari suaminya sudah tak ada dirumah.

Dan baru semalam ia menyadari jika suaminya pergi meninggalkannya ditengah malam setelah memastikan ia tertidur, karena terlalu takut untuk bangun, Lita akhirnya memutuskan untuk memejamkan matanya sampai pagi menjelang.

"kau bisa menolak tawarannya bilang padanya aku yang akan menjemputmu, aku tak suka jika orang itu terus berusaha mendekatimu" terang Leo mengutarakan rasa cemburunya.

"harusnya kau menjagaku dengan benar jika kau takut aku dekat dengan pria lain" ucap Lita tak kalah kesal. "padahal selalu pergi gitu aja pas tengah malam" gerutu Lita dengan suara sedikit pelan.

Leo melirik kearah istrinya yang saat ini berpaling tak menatapnya.

***

"woi bro!" pekik seorang pria ber cat rambut biru langsung memeluk Alex, ketika pintu hitam itu terbuka. "kangen gue sama lu, sok sibuk banget mentang- mentang udah kerja" sambungnya sambil melepas pelukan dan menepuk punggung Alex.

"lu kan tau gue kerja dibawah pengawasan si tua sok muda itu" ucap si tuan rumah sambil melenggang masuk kedalam.

"haha iya ya big bos nya masih bokap lu, lupa gue" tawa si rambut biru sambil berjalan dibelakang mengikuti Alex situan rumah.

"rambut lu berubah lagi, sekarang cewek mana lagi yang lu kencanin?!" ucap Alex yang sudah tahu pribadi sahabatnya itu jika merubah warna rambut, sambil mengambil dua botol bir kaleng non alkohol dari dalam kulkas.

"ah ini? hehe, gue lagi deket sama single mom anak satu, nah anaknya tuh suka warna biru, jadi sebagai bukti cinta gue ke mereka berdua, ya gue cat biru deh" terang Ronald yang baru saja menjatuhkan pantatnya di sofa.

"hah... alasan konyol lu masih enggak berubah, lu nyontohin hal yang enggak baik buat anak kecil" ucap Alex sambil meletakkan dua kaleng bir ke atas meja dan langsung menjatuhkan pantatnya disofa seberang Ronald.

"tadinya gua udah cat item, eh tuh anak nonton boyband Korea, bilang salah satu personilnya mirip gue terus gue disuruh ikutin warna rambutnya juga, gue sih oke-oke aja" terang Ronald lagi sahabat Alex yang terkenal playboy itu.

Alex cuma menggeleng-geleng pelan sambil tersenyum mendengar ucapan konyol sahabatnya.

"lex, satu minggu yang lalu gue ketemu Nina lagi, dia nanyain kabar lu" ucap Ronald setelah selesai menengguk birnya.

"Nina!?" Alex mengulang nama yang disebutkan Ronald, alisnya bertaut

berusaha mengingat perempuan yang disebutkan.

"iya Nina, mentang-mentang cuma satu kali coblos, lu lupain dia gitu aja" balas Ronald sambil menekankan nama yang sedikit terdengar familiar ditelinga Alex.

"dia juga nanyain kabar Lita, BTW siapa Lita?" sambung Ronald lagi dengan wajah polos tanpa tahu siapa nama yang baru saja disebutkan.

Alex mulai ingat siapa wanita yang bernama Nina itu setelah mendengar pertanyaan Ronald.

"dia ngomong apa lagi?" alih-alih menjawab tentang siapa Lita Alex malah mengajukan pertanyaan pada Ronald kemudian menengguk birnya.

"udah sih cuma nanya kabar lu doang, lu belum jawab, siapa si Lita?" Ronald mulai penasaran.

"kepo banget lu, urusin aja anak baru lu" Alex mengalihkan pembicaraan.

"aha, gue tau nih ada bau-bau mencurigakan kalau lu enggak bisa jawab" ledek Ronald seolah memberi perangkap pada Alex.

"bawel, udah abisin birnya, terus pulang gih!" ucap Alex dingin.

"lu anggap gue apa, main rahasia-rahasiaan sama gue, jangan-jangan istri orang" sambung Ronald asal bicara.

Alex diam mendengar ucapan asal sahabatnya yang tepat dugaan.

***


(5 jam yang lalu)

"hari ini suamimu jemput lagi?" tanya Alex sambil menyusun satu persatu dus kedalam rak.

Saat ini Alex memilih membantu Lita merapikan barang yang baru saja datang tadi pagi, karena staf siang sedang makan dan staf pagi harus stand bye di floor karena toko ramai mau tidak mau Lita harus membantu pekerjaan para stafnya untuk merapikan barang.

"entahlah, mungkin..." ucap Lita malas, sambil meraih tas-tas dan menyusunnya didalam rak.

Alex menoleh kearah Lita yang berada dua langkah disampingnya dan mengamati setiap gerakannya, sejujurnya Alex sangat merindukannya saat ini, ingat terakhir kali mereka berpelukan saat di taman bermain itu.

Bahkan niatnya yang ingin mengantar Lita pulang agar bisa berduaan kandas, siapa sangka suami Lita malah menjemputnya setiap hari, dan baru sekarang ini dia bisa berduaan dengan Lita.

"Lita..." panggil Alex sambil menatap sendu kearah wanita yang mengenakan dress hitam berblazer seragam kerja.

"hem?" jawab Lita tanpa menoleh kearah yang memanggil.

"kau tak mau menatapku?" ucap Alex sambil menyandarkan tubuhkan menyamping dengan tangan bersidekap menghadap kearah Lita.

Lita melirik dan menolehkan wajahnya sedikit menatap lelaki yang terdengar hampir merajuk.

"aku merindukanmu, aku ingin memelukmu, boleh?" sambung Alex dengan suara lembut penuh harap, ia tak mau menjadi egois untuk memeluk atau mencium wanita itu dengan paksa lagi, ia ingin menjadi orang yang bisa dipercaya oleh Lita saat ini.

Lita diam mendengar ucapan Lelaki yang terlihat begitu bersinar dihadapannya saat ini, orang yang bersedia menjadi pelariannya, dan tak dipungkiri jika saat ini ia pun ingin mendapat pelukan penyemangat, mengingat betapa ketakutannya ia melewati waktu sendirian semalam tadi, dan berharap jika lelaki dihadapannya saat ini datang untuk menjemputnya, namun hal itu ia urungkan karena saat itu sudah tengah malam.

"apa... kau sungguh tak keberatan seperti ini? padahal terlihat jelas aku memanfaatkan keberadaanmu" ucap Lita.

"hem... aku tak keberatan sama sekali jika kau juga menginginkannya" balas Alex sambil berjalan mendekat kearah Lita.

Kedua tangan Alex menangkup wajah mungil wanita dihadapannya membelai lembut wajah yang selalu ia rindukan itu.









Senin, 26 Mei 2025

Bab 47: Cemburu

(Voc Leo)

Lagi-lagi Pria itu, selalu orang yang sama yang berada disekitar istriku, apa pria itu menyukai istriku? tatapannya selalu mengintimidasi seolah ia tak suka dengan diriku.

Hah... jujur aku akan membencinya jika memang ia menyukai Lita, aku takkan membiarkannya merebut istriku.

Meskipun aku percaya pada istriku karena aku tahu bagaimana sikap dinginnya pada lelaki lain namun ini adalah hal yang paling tidak aku sukai jika Lita harus bekerja.

Aku tak ingin membahasnya apalagi membuat masalah ini menjadi besar, hanya saja ucapan Lita mengganggu fikiranku, bagaimana bisa dia mengucapkan kalimat akan meninggalkanku, padahal selama ini ia hanya bergantung padaku. Jika memang karena pria itu, aku bersumpah tidak akan membiarkannya mendapatkan milikku.

***

(Author)

Leo menutup gerbang hitam rumahnya yang menjulang tinggi setelah ia selesai memarkirkan mobil putih miliknya. Selesai mengunci gerbang ia berlari kecil masuk kedalam rumah.

Ia melihat sekeliling rumah, ia masih ingat suasan rumah saat ia tinggalkan kemarin, bahkan botol air mineral yang tak sempat ia masukkan kedalam kulkas masih tergeletak diatas meja makan.

Bantal sofa bekasnya tidur kemarin masih tergeletak tak beraturan diatas sofa, sigap Leo langsung membereskan sofa dan memasukkan botol itu kedalam kulkas.

Selesai membenahi apa yang pernah ia buat berantakan, Leo langsung berjalan masuk kedalam kamar, hal yang sama yang ada dikamar ia lihat lagi, ia tahu Lita orang yang rapih dan tidak suka hal yang terlihat berantakan, bahkan biasanya Lita akan memilih bersih-bersih saat moodnya sedang tidak baik.

"kamu tidak tidur dirumah semalam?" tanya Leo saat melihat Lita keluar dari kamar mandi selesai membersihkan diri dan berganti baju tidur.

Lita diam menatap suaminya yang berdiri tepat dihadapannya, kini suaminya menatap pakaian kotor yang ia gantungkan dilengannya.

"baju siapa yang kamu pakai?" tanya Leo lagi menggerakkan dagunya seolah menunjuk kearah baju yang menggantung di lengan istrinya.

Lita enggan menjawab, ia berjalan melewati suaminya dan melempar baju kotor itu kekeranjang cucian kotor.

"kau tidak mau menjawab?!" ucap Leo, kali ini suaranya tedengar kesal.

"kau paling tahu kalau aku takut sendirian dirumah" jawab Lita setelah naik keatas ranjangnya dan duduk bersandar disana, berusaha mengabaikan suaminya sambil matanya fokus menatap layar ponsel.

"pantas saja rumah masih berantakan, jadi kau bermalam dengan orang itu!" kesal Leo meninggikan suaranya.

"jangan mencari kesalahanku, kau fikir aku sama dengan mu!" suara Lita tak kalah kencang, ia benci jika suaminya sengaja mencari kesalahannya untuk menutupi kesalahan yang diperbuat.

"kalau bukan seperti itu kenapa kau diam saja? dan kenapa selalu ada orang itu disampingmu? kenapa bisa kau pulang bersama dengannya?" tanya Leo

menahan rasa kesal penuh curiga.

"aku menginap dirumah kak Angel, dan kak Angel yang memintanya untuk mengantarku jika memang kau tidak pulang lagi, dan jangan jadikan dia kambing hitam untuk menghapus perbuatan yang kau lakukan padaku" terang Lita kesal, kemudian melempar ponselnya keatas nakas samping ranjang dan menarik bad cover menutup seluruh tubuhnya sampai kekepala setelah merebahkan diri diatas ranjang.

Lita tak mau membahas hal yang berkaitan dengan Alex, meskipun sebenarnya kecurigaan suaminya hampir benar hanya saja itu terlalu berlebihan jika suaminya berkata ia bermalam dengan lelaki lain, sekalipun hatinya sudah goyah dan jatuh kepelukan lelaki yang sedang diributkan itu, Lita masih menjaga batas perbuatannya, bagaimana bisa ia tidur dengan lelaki selain suaminya.

Leo diam mendengar penjelasan Lita, baginya sudah cukup melegakan

mendengar jika pria asing itu berkeliaran disekitar istrinya hanya karena

perintah Angel, rasa cemburunya sedikit berkurang, walaupun ia yakin jika pria asing itu tentu punya maksud lain mendekati istrinya.

***


Angel menatap sendu layar ponselnya, setelah membaca chat yang dikirim Lita.

"chat dari siapa sayang? kenapa muka kamu jadi cemberut gitu?" tanya Robby yang duduk diseberang meja berhadapan dengan Angel, sambil tangannya sibuk membolak-balik daging diatas grill pan.

Saat ini Angel dan Robby sedang makan malam di resto BBQ kesukaan mereka.

Angel menarik nafas dalam "dari Lita" jawabnya singkat enggan menjelaskan pada sang kekasih.

"terus kenapa cemberut gitu, biasanya kamu seneng dapet chat dari Lita" sambung Robby masih penasaran.

"aku bingung harus sedih atau senang, tadi Lita bilang kalau Leo pulang kerumah jadi aku enggak perlu menginap dirumahnya" terang Angel yang sekarang sibuk mengangkat daging yang sudah terlihat matang dan memindahkan ke dalam piring miliknya.

"bagus dong kalau Leo pulang, sudah seharusnya saat ini dia minta maaf ke Lita" ucap Robby selesai sambil mengambil satu lembar daun selada.

"kalau kamu diposisi Lita, emang kamu bisa maafin Leo begitu aja hah! kalau kamu berani begitu udah langsung aku potong-potong keponakan kamu itu" kesal Angel.

"pasti Lita makin sedih kan sekarang harus melihat mukanya Leo apa lagi tidur disamping orang yang udah tidur sama wanita lain, aduuh! aku enggak bisa bayangin gimana rasanya jadi Lita" sambung Angel sambil menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan apa yang terlanjur ada di benaknya.

"yaudahlah kamu enggak perlu mikir sampai sejauh itu, biar mereka selesaikan masalah mereka, dan kamu cukup jadi pendengar dan sandaran Lita aja, jangan sampai kamu ngompor-ngomporin dia" ucap Robby memperingatkan calon istrinya yang selalu ikut campur masalah orang lain.

"aku enggak ngomporin sayang!" bela Angel setelah selesai mengunyah makanannya.

***

"nak.... biarkan Leo bersama dengan istrinya, lebih baik kita pergi dari sini, sudah cukup Putri bersama keluarga yang bisa memberikan segalanya, jadi mari kita pergi menjauh dari keluarga yang seharusnya bahagia" ucap Melati menahan tangisnya duduk disamping Indah yang baru saja berniat tidur.

"kenapa?! kenapa harus aku yang mengalah?! kenapa aku harus seperti ibu yang mengalah begitu saja?! aku ingin mempertahankannya disampingku, aku membutuhkannya aku akan terus bertahan" ucap Indah sambil bangkit dari duduknya.

"ini bukan hal yang benar nak, ini sebuah kesalahan, jangan menyakiti dirimu lebih dari ini nak, jangan juga mengakiti orang lain, biarkan dia bahagia bersama dengan istrinya" Melati tak mau kalah, suaranya berusaha tegar meyakinkan anaknya.

"cukup bu... jangan bahas hal ini lagi, aku ngantuk mau tidur" Indah

menghentikan perdebatan, dan rebah diatas kasur memunggugi Melati yang masih duduk terpaku di atas kasur.

Hati Melati sakit menatap punggung anak semata wayangnya, ia sadar kesalahan masa lalunya telah memberi luka besar didalam hati anaknya, andai ia tidak pergi begitu saja meniggalkan suaminya, mungkin Indah akan hidup lebih baik dari ini.

Melati teringat masa lalunya saat suaminya memiliki anak dari perempuan lain sebelum ia sempat memberikan keturunan untuk suaminya.

Ia ingat pertama kali mertuanya mengenalkan istri kedua untuk suaminya, betapa bahagia sang mertua yang mendapat seorang cucu dari anak dan istri keduanya, ia berusaha bertahan hidup berbagi dengan wanita lain.

Melati tahu betul rasanya berbagi kasih sayang diantara dua hati, bagaimana menahan cemburu yang tak mampu diutarakan, hidupnya tak berdaya. Bahkan ketika ia berhasil mengandung Indah didalam rahimnya, bahagia tak kunjung menghampirinya.

Istri pertama sang suami juga sedang mengandung anak kedua yang berkelamin lelaki, sedangkan anak dirahimnya perempuan, mertuanya tetap hanya memberi perhatian pada menantu keduanya dan tentu saja sang suami lebih perhatian pada istri keduanya yang akan memberikan anak lelaki yang diharapkan. Tanpa fikir panjang dan berbalut rasa cemburu yang besar Melati pergi meninggalkan orang-orang yang bahkan tak mempedulikannya, ia fikir lebih baik hidup hanya berdua dengan anaknya.

Pipi Melati basah air mata mulai menetes dan mengalir disana, kesalahannya membuat hidup anaknya menderita sampai saat ini, tak ada sandaran seorang lelaki yang bisa dipercaya oleh anaknya, sampai anaknya harus menghancurkan hidup orang lain.