Sexy Red Lips

Senin, 30 Juni 2025

Bab 12: Cafe Coffe

 

"Iya, hallo..."

"Sia apa kamu punya waktu? apa kita bisa bertemu di jam makan siang di coffee cafe di dekat rumahku?"

"Ehm, sekitar jam 2 siang ya"

"Baiklah, sampai ketemu"

Tut...Tut... Andre menutup teleponnya.

Setelah selesai meeting dengan klien, Andre langsung pergi menuju tempat yang telah ia sepakati dengan Sia di telepon.

Ia memasuki cafe itu dan tampak Sia melambaikan tangannya kepada Andre. "Ah, kamu telah sampai duluan rupanya. Maaf tadi agak sedikit macet di jalan". "Tidak apa-apa. Kamu hanya terlambat 5 menit dari waktu yang di janjikan. Ngomong-ngomong di mana Ana?" ujar Sia bertanya-tanya karena tak melihat adanya kehadiran Ana.

"Hmt, Soal itu aku tak memberitahu Ana jika aku akan bertemu denganmu. Oh iya, Apa kamu sudah memesan coffee?"

"Belum, aku menunggu kalian tadinya"

"Baiklah kalo begitu biar aku pesankan sekalian..." Jelas Andre menuju ke tempat kasir hendak ingin memesan 2 cangkir americano.

***

"Sia, maaf mengganggu waktu luang mu" Kata Andre sambil memberikan secangkir americano di depan Sia.

"Ah, tidak apa-apa. Kau tidak perlu khawatir. Sebenarnya ada apa? Kau jarang menghubungi ku untuk bertemu berdua saja tanpa Ana"

"Sebenarnya akhir-akhir ini Ana bersikap sangat aneh. Jadi kupikir kamu tau alasannya. Apa Ana bercerita sesuatu kepadamu"

"Tidak ada yang spesial, Ana tidak menceritakan apapun kepada ku akhir-akhir ini... Memang nya dia kenapa?"

"Aku tidak tau apa aku harus menceritakan ini atau tidak. Beberapa hari yang lalu Ana berinisiatif untuk melakukan nya denganku. Namun setelahnya, dia seperti sangat sedih dan juga terlihat khawatir"

"Woaw, maksudmu Ana mengajak mu melakukan itu duluan?" ujar Sia terpukau akan berita yang baru ia dengar, sambil mempertemukan kedua sisi jari telunjuk tangannya.

Telinga Andre sedikit memerah karena malu.

"Hmt, iya..." jawabnya malu-malu.

"Selamat yah, akhirnya kalian melakukan nya saat sudah berpacaran selama 7 tahun lebih"

hahahaha, Sia sedikit menggoda Andre

Andre mengernyitkan dahinya "Apa kamu meledekku...karena setelah 7 tahun lebih kami baru melakukannya?"

"Ah, bukan itu maksudku. Kau terlalu sensitif" Hahahaha

Andre memalingkan wajahnya ke arah jendela menuju ke arah jalan poros "Sia,,, bukankah itu Ana!" Kata Andre sambil menatap tunangannya yang sedang berbicara dengan seorang pria yang tak dikenalinya di seberang jalan cafe. 

"Ana... Di mana?"

"Apa kamu mengenali pria yang bersama dengannya itu?"

"Tidak, aku juga baru pertama kali melihatnya. Tidak usa khawatir, Ana tidak akan berselingkuh darimu" ujar Sia.

"Kamu benar... Ah, Soal yang saya bicarakan barusan, apa kamu tau kenapa Ana menjadi sedikit murung akhir-akhir ini... mungkinkah karena kami melakukan hal yang seharusnya di lakukan saat sudah resmi menikah?"

"Ayolah, banyak orang yang melakukannya saat berpacaran dan berkencan. Bahkan aku bisa melakukannya dengan pria yang baru saja aku temui. Ana tidak akan bersedih jika karena itu. Toh dia yang berinisiatif duluan untuk mengajakmu. Mungkin sekarang dia malu dan menyesal karena dia yang mengajak melakukannya duluan. Kamu sungguh tak peka"

"Benarkah begitu?"

"Mungkin saja... Kamu harusnya yang berinisiatif mengajaknya duluan. Kamu kan seorang pria"

"Sepertinya begitu. Aku harusnya mengetahui ini lebih cepat dan tidak membiarkan dia untuk mengatakan hal yang harusnya aku katakan duluan."

"Cobalah untuk bersikap lebih manis kepadanya. Wanita suka untuk diperlakukan seperti ratu"

"Kurasa kamu ada benarnya. Aku akan mencobanya. Oh iya hampir lupa, aku bawakan hadiah untuk mu karena sudah mengganggu waktu luang mu" ujar Andre sambil mengeluarkan bingkisan dari dalam tas kerjanya.

Sia membuka bingkisan itu "Lipstik??" Sia memiringkan sedikit wajahnya ke arah samping dan melihat Andre dengan tatapan tanda tanya

"Ah, jangan salah sangka. Aku tidak tau harus menghadiahkan apa kepadamu. Kamu tau aku tak pernah menghadiahkan apapun ke teman wanita sebelumnya. Aku teringat bahwa Ana berkata kamu suka lipstik yang berwarna merah terang seperti itu. Jadi aku menghadiahkan itu kepadamu" Ujar Andre tersenyum

"Kamu pria yang menggemaskan. Aku akan memakainya" kata Sia

Andre tersenyum dan melihat ke arah jam tangannya. "Ah sudah jam 3 sore. Aku masih harus bertemu klien penting sore ini. Maaf Sia seperti nya aku harus meninggalkan mu sekarang"

"Baik. Pergilah, jangan sampai klienmu berlari ke perusahaan lain karena kamu terlambat" ujar Sia tersenyum melihat ke arah mata andre sambil menongkahkan dagunya menggunakan kedua tangannya.

Andre berdiri dan hendak meninggalkan meja "Oh, iya. Besok kami akan ke pantai, kamu juga boleh ikut. Kami akan menjemput mu jam 7 pagi, dan kamu boleh mengajak teman-teman panggung mu" Kata Andre sambil berbalik ke arah Sia dan menyelesaikan kata-katanya dengan senyuman manis.

"Baiklah sampai jumpa besok"

"Oke" Andre menjawab singkat dan pergi.

***




Minggu, 29 Juni 2025

Bab 11: Swalayan


Setelah Andre pergi ke kantor, aku membersihkan rumah dan duduk bersantai di taman memandangi mawar-mawar kesukaanku yang Andre tanami untukku.

Waktu berlalu begitu cepat, seakan-akan baru kemarin kami menjalin asmara yang begitu mendebarkan. Tidak terasa kami akan segera menikah dan sebentar lagi aku akan mengenakan pakaian pengantin.

"Haahh (mengeluarkan nafas panjang),,, ini adalah hidup yang sempurna. Andre adalah kehidupanku" gumamku sambil menengadah ke langit yang cerah siang itu.

"Oh iya, Saya harus ke swalayan...

Aku bergegas pergi mengambil dompet dan tasku yang berada di dalam rumah kemudian menuju ke swalayan di dekat rumah Andre.

Sesampainya di swalayan aku mengambil troli belanjaan hendak akan berbelanja untuk acara weekend kami. Kemudian aku menyusuri bagian daging sapi dan bahan-bahan untuk membuat barbekyu, dan tentu saja tidak lupa untuk mengambil beberapa bir kalengan.

Bruuk..... troli ku tak sengaja berbenturan dengan troli belanjaan orang lain, karena aku terlalu sibuk mengecek bahan-bahan yang harus di beli di dalam list handphone ku.

"Ah, maafkan saya. Saya sungguh tak melihat anda ada di depan saya"

"Hei... kenapa kamu bisa ada di daerah ini?" ujar seorang pria yang cukup tinggi dengan mata yang indah

Aku menegok ke kiri dan ke kanan, namun tidak ada seorang pun yang ada di hadapan pria itu, "Anda berbicara kepada saya?"

"Iya kamu..." kata pria itu

"Apa kita saling mengenal?" tanyaku bingung

"Ah, kamu rupanya mudah untuk melupakan orang-orang yang pernah kau temui. Aneh, bagaimana bisa kamu melupakan pria setampan diriku" ujar pria itu sambil sedikit menunjukkan ekspresi jika dia sedang berpikir.

"Dasar pria narsis" gumamku pelan

"Kamu bilang apa, saya tidak mendengarmu.."

"Ah, maaf kamu mungkin salah orang. Saya permisi dulu" Aku melangkah mendorong troli ku. Belum beberapa langkah, ia mengatakan sesuatu yang membuat aku kembali berbalik ke arahnya.

"Wanita bir... Apa sekarang kamu ingat denganku?"

Sontak aku teringat sewaktu beberapa hari yang lalu bertemu dengan seorang pria yang mengejekku di swalayan di dekat rumahku.

"Permisi, apa anda adalah seorang penguntit?

Bagaimana bisa kamu juga ada di daerah ini..."

"Hah... apakah wajah setampan diriku terlihat sebagai seorang yang suka menguntit wanita yang bahkan memiliki dada rata sepertimu" Ujar pria itu sambil melihatku dari ujung kaki sampai ujung kepala. "Maaf, tapi kamu bukan tipeku" sambungnya lagi sedikit meledek

Ah, ada apa dengan pria ini. Dia selalu saja berhasil membuatku naik pitan ketika bertemu dengannya, kataku dalam hati. Dan entah mengapa aku seakan mau meladeni orang sepertinya untuk mencari perkara.

"Hah, kamu bahkan berpikir bahwa kamu mungkin saja akan menjadi idaman setiap wanita karena wajah tampanmu itu. Lihatlah, kamu terlalu tinggi untuk ukuran pria indo. Dan lihat caramu berpakaian, sungguh norak..."

"Oh, jadi kau mengakui bahwa aku adalah pria yang tampan" ia tersenyum manis.

Melihat senyumannya yang manis, aku sedikit kehilangan pondasi pertahanan... "Ah, dia benar-benar tampan... tidak...tidak... pria sepertinya banyak dimana- mana. Bahkan dia tak bisa dibandingkan dengan Andre" Pikirku

"Namun, berbicara mengenai tinggiku kamu telah terjebak" ujarnya.

Aku terkejut mendengar perkataannya, dan sadar kembali dari pikiran-pikiranku yang sempat memandangi dia yang agak sedikit manis saat tersenyum.

"Apa maksud anda?" kataku sambil mengernyitkan dahiku.

Pria itu mendekat ke arahku dan berbisik "Bukan aku yang terlalu tinggi, tapi kamu yang terlalu pendek" kata pria itu puas.

Wajahku memerah, dia berkata yang sebenarnya. Dan aku terlalu malu untuk melanjutkan perdebatan kami.

"Hmt,,, jika tidak ada urusan lain, saya permisi" Aku mengakhiri perdebatan kami sampai di situ dan melangkah dengan cepat menuju kasir untuk membayar.

"Saya harus cepat pergi dari sini, ah betapa malunya saya untuk terus ada disini" gumamku

Tanpa kusadari, pria itu tersenyum melihat tingkahku yang konyol. Entah apakah kami berjodoh untuk selalu bertemu di swalayan, ataukah ini hanya nasib sial lainnya yang mempertemukan ku dengan pria yang aneh. Namun satu hal yang pasti, saya tidak ingin bertemu dengan pria itu lagi di lain waktu.

Di perjalanan kembali, ku melihat mobil Andre di coffee café dekat swalayan, aku mencari-cari melihat dari seberang jalan kemungkinan keberadaan Andre. "Ah itu dia, tapi dia bersama siapa!" Andre terlihat bersama seorang wanita muda sebayaku. "Sia...?" kenapa bisa mereka bertemu berdua. Mereka bahkan menghabiskan waktu mengobrol dengan melemparkan senyum satu dengan yang lainnya.

Aku hendak ingin menemui mereka, namun melihat belanjaan dan pakaianku saat itu, aku mengurungkan niatku.

Pip...pip... klakson mobil berwarna merah tepat berhenti di depanku. Seseorang menurunkan kaca mobilnya dan hendak berbicara denganku.

"Naiklah, aku akan mengantarmu" ujar pria dalam mobil

"Rupanya kamu si pria tinggi. Saya bisa kembali sendiri, sebaiknya anda berpura-pura saja bahwa kita tak pernah bertemu sebelumnya. Terimakasih" Ujarku menolak.

Bagaimana bisa pria ini ingin berbuat baik kepadaku setelah mengejekku di setiap pertemuan. Namun, saya terkejut ketika melihat pria itu turun dari mobilnya, dan tak kusangka ia membukakan pintu mobil untukku. Andre tunanganku saja bahkan tak pernah berpikir untuk melakukannya. Apa yang pria ini coba untuk lakukan terhadap ku?

Aku hanya memandangi pria itu dengan kebingungan, lalu hendak melangkah pergi. Tiba-tiba tangan pria itu mengaitkan tangannya kepadaku,

"Jangan menolak niat baikku. Saya hendak berpikir mungkin kita akan menjadi teman yang menyenangkan" dia berekspersi menunjukkan ketulusannya.

Ada apa dengan pria aneh ini, "Ah, saya tidak berpikir untuk berteman denganmu yang mencoba mengejekku di setiap kesempatan" ucapku sambil melepaskan tanganku dari genggamannya

"Anggap saja ini permintaan maafku, bagaimana?" ia masih bersih keras menawarkan niatnya

"Baiklah, Tapi hanya untuk kali ini saja. Kita tak saling kenal satu sama lain. Agak aneh jika sekarang kamu mau berteman setelah mengejekku" Ujarku pasrah saat tidak melihat peluang untuk menghindarinya yang terlalu bersih keras ingin mengantarku pulang ke rumah.

"Baiklah, silakan masuk" ujar pria itu dengan ramah

***




Sabtu, 28 Juni 2025

Bab 10: Opor Ayam

Keesokan paginya

Aku terbangun dan tak mendapati Andre di atas ranjang. Lalu ku turun ke bawah karena terdengar beberapa suara-suara kecil samar-samar dari lantai satu.

Ku berjalan hendak ke dapur dan ku dapati kuda putihku sedang bertempur dengan beberapa bahan makanan.

Ku pandangi sosok yang familiar yang telah lama ku kenal itu dari depan pintu dapur. Ia sedang memasak sesuatu untuk kami. Sinar matahari menyelip masuk di balik jendela dapur yang terbuka, dan membuat kuda putihku terlihat sangat elegan memegang spatula sebagai pedang tempur dan memakai celemek sebagai baju zirah nya.

Cahaya matahari pagi menyoroti nya dengan sempurna. Mata yang berbentuk kacang almond yang selalu melihatku dengan hangat tampak terlihat serius menatap musuhnya dalam panci panas. Bentuk hidung celestial yang sangat mempesona tampak sempurna dengan bibir tipisnya yang seksi. Pacarku begitu sempurna...

Selagi memandangi Andre beberapa saat, Andre menyadari kehadiran ku dan tersenyum ke arahku "Sayang, kamu sudah bangun"

"Sepertinya kamu memasak sesuatu yang enak"

"Kemarilah sayang. Cicipi ini, jangan hanya memandangi ku dari jauh"

"Ah, rupanya saya sudah ketahuan..."

Aku berjalan menuju ke arah Andre dan Andre menyodorkan sendok yang berisi kuah dari kaldu opor ayam yang hendak ia masak. Ku mencicipi sedikit masakan nya dan seperti biasa aku terpukau akan keahlian masaknya.

"Bukankah rasa ini lebih dari sempurna sayang?"

"Apa menurutmu begitu, ah... kurasa kurang sesuatu..."

"Hmm... tidak, ini sempurna" Ujarku sambil menggelengkan kepalaku.

"Benarkah? menurutku akan lebih sempurna jika kamu mau mencium ku!" Andre tersenyum

"Sayang, kamu masih saja mau bercanda..."

"Kemarilah, biarkan aku menerima kekuatan darimu"

Aku menghampirinya, lalu mencium nya dengan manis. Didekapnya saya di

antara kedua tangannya menghadap ke arah kompor dan dipegangnya tanganku, di selipkannya spatula di antara jemariku, mengarahkan nya ke dalam panci panas untuk mengaduk kaldu opor ayam yang hampir masak itu.

Di letakkan nya wajahnya di atas bahuku, dan berbisik "Apakah kamu bahagia bersamaku sayang?"

"Hmt,..." Aku mengangguk setuju.

"Kita akan tinggal bersama selamanya, bukan?"

"Tentu saja..." jawabku singkat.

Entah kenapa aku merasa Andre mengatakan hal-hal itu bukan tanpa alasan.

Nada suaranya terdengar sedih, namun tak kutahu apa yang membuatnya seperti itu.

"Ada apa, apakah kamu ragu denganku?" tanyaku

"Tentu saja aku tak pernah meragukan mu. Bagaimana jika kamu yang meragukan ku?"

Tiba-tiba aku berhenti mengaduk mendengar pertanyaan konyolnya dan hendak melepaskan spatula di tanganku.

"Ah, sepertinya sudah matang.." Andre mengalihkan perhatian ku dan dengan cepat Andre memastikan bahwa kompor telah dimatikan.

Aku menyingkir ke sisi samping Andre dan membiarkannya menghidangkan opor ayam itu ke dalam mangkok.

"Wah, harumnya tercium ke seluruh ruangan" kataku memuji

"Bagaimana jika mulai makan?" tanya Andre...

Aku mengangguk setuju. Kami menikmati makanan itu. Rasanya sungguh menakjubkan, kaldu yang kental di sajikan dari berbagai rempah-rempah pilihan membuat opor ayam buatannya kaya akan rasa yang ketika di santap akan menggelegar di dalam mulut seseorang yang menyantapnya. Belum lagi dengan dagingnya yang empuk dan rasa gurih yang pas, membuat semuanya tampak sempurna.

"Bagaimana?" tanya Andre.

"Seperti biasa, kamu hebat sayang. Bahkan kamu sempurna dalam segala hal"

"Kamu selalu saja memujiku dengan berlebihan"

hehehehe, aku tertawa kecil.

"Besok kan akhir pekan, bagaimana jika kita ke pantai?"

"Hmt, baiklah"

"Apa kamu tidak ingin mengunjungi suatu tempat?"

"Tidak ada tempat yang istimewa. Saya akan pergi kemanapun kamu

mengajakku. Saya akan berada dimana pun kamu berada"

"Baiklah kalo begitu. Bagaimana menurut mu jika kita mengajak Sia juga, pasti akan lebih ramai"

Aku terdiam sejenak saat mendengar nama Sia disebutkan dan ragu untuk mengijinkan nya namun... "Iya, ayo ajak Sia juga" jawabku dengan tersenyum tipis.

Andre menengok ke arah jam dinding "Ah, seperti nya aku harus segera bersiap ke kantor sayang. Hari ini ada beberapa dokumen yang harus aku tangani dan bertemu beberapa klien penting. Mungkin aku akan terlambat pulang"

"Pergilah bersiap-siap, saya akan membersihkan mejanya"

"Kalo begitu terimakasih" ia mencium jidatku dan saya membalas nya dengan senyuman, lalu Andre bergegas pergi bersiap.

Aku duduk terdiam sejenak, berpikir dalam kekosongan. Inikan hari jumat, biasanya dia akan ketemu klien di hari Senin sampai Kamis. Dan hari Jumat dia akan selalu berada di kantornya seharian. Ah, mungkin ini keadaan yang di luar jadwal biasa. Benar, mungkin saja kliennya hanya bisa bertemu di hari Jumat. Gumam ku

Aku menyelesaikan cucian piring nya serta membersihkan meja makan dan bersiap mengantar Andre di depan pintu keluar.

"Sayang, kamu sudah selesai..." tanyaku.

Andre turun dan terlihat tanpa memakai dasinya. "Dasi mu kemana? Saya sudah menyiapkan nya kemarin kok. Apa kamu tidak melihatnya di hanger jas kamu?"

"Dasi? Tentu saja aku belum memakai nya. Soalnya kan ada kamu yang mau memakaikannya untuk ku!" Andre mengeluarkan dasi yang belum ia pakai itu dan menyerahkan nya kepadaku.

"Kemarilah mendekat. Biar saya bantu"

Aku memakai kan dasinya dengan segera. "Apa kamu akan ke apotek hari ini?"

"Tidak. Saya akan buka di hari Senin"

"Baiklah, tunggu aku pulang yah" Andre kemudian melangkah pergi.

Saat melihat punggung belakang Andre, ku merasa sangat bahagia menjalani hari-hari bersamanya seperti sekarang. Seandainya waktu akan berhenti, aku tidak ingin ia berhenti sekarang. Sebab aku ingin merasakan waktu-waktu ini selamanya, bersama dengan Andre, kuda putihku.

***





Jumat, 27 Juni 2025

Bab 9: Tangisan Ana

Andre terbangun di tengah malam dan mendapatkan Ana tidak berada di sampingnya.

Dia berpikir mungkin Ana sedang berada di kamar mandi atau sedang minum segelas air di dapur. Kemudian ia menunggu beberapa saat, namun Ana tak kunjung datang kembali. Ia lalu sedikit khawatir dan mencari Ana di seluruh bagian rumah dan tak di dapati nya Ana dimana-mana.

Andre memeriksa mulai dari kamar mandi sampai ke dapur dan berakhir di ruang tamu. Tak sengaja Andre menoleh ke arah jendela yang memperlihatkan suasana taman saat siang hari, dimana pemandangan mawar merah dan mawar putih kesukaan Ana akan terlihat dengan jelas.

"Oh, iya... mungkin dia ada di taman. Dia sangat suka melihat tanaman bunga yang ada di taman" gumam Andre.

Andre kembali ke kamar mengambil kain lembut yang ada di lemari pakaian dan dengan segera menuju taman dan sedikit berjalan mencari cari Ana yang mungkin juga berada di sana.

Tidak jauh dari posisinya berdiri, mungkin 100 meter jaraknya, Andre melihat sosok wanita berambut pendek yang seumuran dengannya. Sosok wanita yang hanya menunjukkan pundaknya itu terlihat menundukkan kepalanya dan sekali kali menengadah ke langit. Ia tersenyum mengetahui bahwa itu adalah Ana. Namun kenapa dia terlihat begitu rapuh dari belakang, pikir Andre.

"Ah, A...na" Andre hendak ingin memanggil wanita itu namun tiba-tiba ia berhenti.

hiks....hiks....hiks....

"Ibu... maafkan saya"... terlihat wajah Ana yang mungil di basahi oleh air matanya.

Mata yang selalu berbinar-binar melihat ke arah Andre sekarang tampak begitu sedih. Mata yang selama 8 tahun ini terlihat antusias bagaikan tak pernah mengeluarkan air mata itu kini menjadi layu.

Mata yang selalu berbinar-binar melihat ke arah Andre sekarang tampak begitu sedih. Mata yang selama 8 tahun ini terlihat antusias bagaikan tak pernah

mengeluarkan air mata itu kini menjadi layu.

Melihat Ana menangis terisak-isak, Andre memberikan sedikit waktu untuk Ana menangis sendirian dalam gelapnya malam. Ia tahu bahwa Ana tidak suka dilihat saat menangis. Ana tipe wanita yang sangat tertutup soal kesedihannya dan tak mau menceritakan bebannya sedikit pun kepada orang lain dan kepada Andre sekalipun.

Andre memberikan sedikit ruang dan tempat untuk Ana menyendiri dan tidak mau bertanya mengenai apapun yang hendak membuat Ana menangis tersedu- sedu sampai seperti itu. Bukan karena Andre tak peduli, melainkan karena Andre sangat peduli dan mengetahui Ana lebih dari siapapun. Andre tidak akan pernah bertanya sesuatu sebelum Ana dengan inisiatif nya sendiri akan

memberitahukan Andre masalahnya.

Mereka sangat menghargai privasi masing-masing. Ini menjadi nilai positif bagi hubungan itu, dimana mereka akan menjaga privasi pasangan mereka dan memiliki kepercayaan akan satu sama lain. Namun kadang kala hal ini pula dapat menjadi dampak negatif yang mereka belum sadari.

Andre belum pernah melihat Ana yang seperti itu. Ia tahu bahwa Ana adalah anak yang ceria terlepas dari masa lalu yang pernah ia hadapi. Ia hanya akan bersedih jika itu menyangkut mendiang ibunya.

Andre sudah menunggu beberapa saat dan hendak melangkah kan kakinya untuk menyapa Ana karena udara semakin dingin di luar. Namun terdengar Ana berkata sesuatu yang hendak menggoncangkan hatinya sesaat.

"Ibu... Apa ibu akan marah padaku karena saya memilih pria itu dan menghianati janji kita?"

hiks...hiks....hiks...

Sontak Andre menjadi sangat bingung akan apa yang Ana katakan. Apa maksud Ana dengan berkata bahwa ia menghianati janjinya bersama ibunya karena Andre! Hati Andre menjadi gelisah, ia mengernyit dan tampak tak tenang mengetahui sesuatu hal mengenai hati Ana yang mendadak.

"Hah... Ana....apa yang bisa kulakukan untukmu..." gumam nya.

Andre tampak agak ragu, namun ia tak tahan lagi. Ana akan jatuh sakit jika terlalu lama beratapkan langit malam yang dingin. Ia juga hanya menggunakan busana malam yang tipis dan tak membungkus tubuhnya dengan kain yang hangat sama sekali.

"Sayang, sedang apa kamu di luar sini? udara sangat dingin" Andre bergegas membungkus tubuh Ana dengan kain yang di ambilnya dari lemari.

Sontak Ana segera menghapus air matanya agar tak terlihat oleh Andre.

"Ah, sayang... saya hanya menikmati langit malam"

"Kita masuk saja, udara semakin dingin"...

Malam itu, Andre memastikan bahwa Ana tertidur dengan nyaman. Andre tak bertanya apapun kepada Ana dan Ana tak menceritakan apapun mengenai kegelisahan nya. Andre merayu Ana hanya untuk memastikan bahwa ia baik- baik saja dan memberikan nya segelas kopi panas.

Andre bukan tipe pria yang memaksa pasangannya untuk mengatakan segala hal kepadanya. Ia dapat mengerti dan hanya akan mencari tahu dalam diam untuk menyelesaikan perkara yang mungkin akan menyakiti Ana lebih jauh tanpa sepengetahuan Ana.

***

Mereka adalah pasangan yang seperti itu. Pasangan yang saling menjaga dalam diam, bertahan selama 8 tahun tanpa pertengkaran yang bermakna. Menunjukkan ekspresi kebahagiaan satu sama lain, tanpa mau membebani pasangan mereka dengan ekspresi kesedihan. Akankah mereka akan bertahan!




Kamis, 26 Juni 2025

Bab 8: Janji

 

Aku melangkah dan mengambil tempat untuk duduk di sebuah kursi ayunan yang terletak di taman sembari menikmati suasana langit malam.

Langit begitu indah dihiasi bulan dan bintang, aku sungguh iri dengan kemewahan malam. Sambil menengadah ke langit tiba-tiba air mataku mengalir membasahi wajahku. Teringat akan ucapan ibu padaku.

Waktu itu usiaku baru 6 tahun saat masa-masa terakhir ku dengan ibu yang paling berharga di sebuah taman di halaman belakang rumah. Saat berlari-larian menangkap seekor kupu-kupu di mana ibu menjaga dan memandangi ku dari kursi taman yang tidak jauh dariku.

"haha...haha..haha...ibu...ibu lihat ini...

bunga ini sangat cantik bukan?"

"Kemari lah sayang..." ujar sang ibu

Aku berlari ke arah ibu ku dan mendekap kakinya...

"Ana sayang ibu" Ujarku dengan polos

Ibu mengangkat ku ke pangkuannya. Dan hendak mengatakan hal-hal yang saat itu belum bisa ku pahami.

"Ana, berbahagialah saat kau terlahir menjadi seorang perempuan. Jika kelak kau tumbuh dewasa jadilah wanita yang terhormat. Jangan seperti ibumu ini" Kata ibu

Tak ku mengerti satu pun maksud dari perkataan ibuku. Aku hanya tersenyum dan terus menganggukkan kepalaku kepadanya.

Ia lalu akan mengelus rambutku dengan manja saat aku mengangguk-angguk pertanda setuju.

"Kamu kelak harus menjaga martabat mu dan kesucian mu. Berjanjilah pada ibu!" Wajah ibuku terlihat sangat cemas waktu itu. Walaupun aku tak paham arti dari kata-kata itu dahulu, aku berjanji kepadanya.

Beberapa hari setelahnya ibu meninggal dunia, aku di jemput oleh beberapa pria dewasa yang membawa ku ke rumah yang sangat besar. Katanya pemilik rumah itu adalah ayahku. Saat mulai tumbuh dewasa barulah ku tahu bahwa ibuku adalah seorang wanita simpanan dari seorang pria kaya raya. Sehingga saat masuk ke SMA, aku memutuskan untuk tinggal sendiri. Dan ayah akan membiayai semua keperluan ku sampai aku tamat kuliah sesuai janjinya kepada ibu.

Istri ayah tidak menyukaiku, sehingga ketika janji ayah kepada ibu terselesaikan, aku hendak di buang sebagai yatim piatu. Sebenarnya itu tidak masalah. Toh saya juga di berikan modal dari ayah untuk hidup dengan memberikan ku Apotek yang sekarang ku kelolah.

Namun, perasaan ini selalu merindukan ibu. Setiap kata-katanya membekas terlalu dalam di alam bawah sadar ku. Dan sekarang aku menghianati janji kami...

"Ibu, setidaknya aku tak menjadi wanita simpanan seseorang kan! Saya sangat mencintai nya, ibu pasti akan memaafkan anakmu ini yang tak bisa menjaga kesucian nya sampai akhir. Benarkan ibu?" gumam ku sendirian di tengah gelapnya malam.

Hatiku sedikit sesak, berpikir mungkin ibuku yang telah di alam baka membenciku.

"Ana, sedang apa kamu di luar?"..

Suara yang kukenal menyapaku, dengan segera aku menghapus air mataku yang mengalir di wajahku.

"Ah, Andre. Saya ingin menikmati suasana langit malam" Ujarku sambil tersenyum.

"Disini sangat dingin, ayo kita segera masuk. Kamu bisa terkena flu" kata Andre sedikit menunjukkan kekhawatirannya.

"Baiklah sayangku" Ujarku sedikit meledek.

Kami berjalan dan bergegas masuk kembali ke dalam rumah. Andre merangkul ku memastikan bahwa tubuhku yang dingin kembali menjadi hangat.

"Apa perlu aku buatkan kopi hangat buatmu?" Tanya Andre "Ah, tidak. kamu duduk saja di sini, aku akan segera kembali dengan kopi hangat" sambung Andre sambil melangkah ke arah dapur.

Aku hanya berdiam diri saja dari tadi dan mengikuti apa yang Andre katakan. "Sayang apa kamu tidak bisa tidur?" tanya Andre sambil memberikan ku secangkir kopi panas. "Apakah masih sakit? Kamu mungkin belum terbiasa dengan hal ini, aku akan berhati-hati mulai besok" tanya Andre sedikit khawatir.

Mendengar perkataan Andre aku sedikit terkejut. Apakah maksud dari

perkataannya bahwa aku belum terbiasa! Bukankah ini juga pengalaman pertamanya... Tunggu dulu, kalo dipikir-pikir, dia sangat profesional melakukannya, ia dengan mudah membuatku terangsang mencapai orgasme dan tak kuasa buat menolaknya.

"Sayang... Ana?... hei..." Andre memegang pundakku

"Ah, maaf... ada apa sayang?" Aku sedikit terkejut. Lalu ku cicipi kopi panas yang ada di tanganku untuk sedikit mengalihkan perhatian Andre.

"Kamu benaran tidak apa-apa?" tanya Andre dengan serius menatap mataku.

"Tentu saja saya baik-baik saja" Ujarku tersenyum. "Bagaimana jika kita tidur sekarang? saya sudah mengantuk" kataku lagi untuk menghindari pertanyaan Andre yang lainnya.

Dengan cepat aku melangkah menuju kamar tidur kami. Andre terlihat sedikit bingung dan agak cemas. Namun syukurlah dia berhenti untuk bertanya lebih lanjut.

"Sayang, ayo..." ucapku kepada Andre yang bengong di atas kursi sofa.

"Aku datang..." jawabnya sambil melangkah ke arahku.

Dia merangkul ku seperti biasa "Tolong jangan menghilang di tengah malam. Aku sangat khawatir tadi saat melihat mu tak ada di ranjang kita. Aku cari-cari kamu dimana-mana, eh ternyata ada di taman"

"Saya akan ingat untuk tidak menghilang dari pandangan mu sayang" Ujarku sedikit menggoda.

"Dasar kamu..."

hahahaha...

***







Rabu, 25 Juni 2025

Bab 7: Ekspresi Andre

Yah benar, Andre Mahendra tak akan pernah berselingkuh dariku. Aku tahu itu dengan pasti. Dia hanya akan memandang ku seumur hidupnya. Sejak mimpi itu aku hanya terlalu menjadi khawatir.

Andre Mahendra adalah pria yang menjalin hubungan asmara denganku selama 8 tahun terakhir ini. Dia pria yang sempurna untuk setiap wanita. Pintar, berbakti, memiliki postur tubuh yang indah dan juga sangat tampan di ukuran kalangan wanita. Di usia muda pun dia sudah menjadi Presdir sebuah perusahaan yang ia rintis sendiri sejak kami kuliah dulu. Dan aku selalu berada di sampingnya mulai dari ia merintis usaha kecil dan berkembang sampai sebesar sekarang hanya dalam waktu 5 tahun ia sudah memiliki kantor kecilnya sendiri dengan 10 karyawan.

Tak ada seorang wanita yang hendak mendekati nya yang tak ku ketahui. Aku mengetahui semua hal tentangnya, mulai dari kebiasaan nya yang unik ketika dia mulai suka mencium aroma tubuhku sampai pada analisis ku di setiap ekspresi wajahnya yang selalu tepat.

Tak ada persoalan yang berarti selama kami menjalin hubungan asmara. Namun kegelisahan ku ini bukan tak berarti. Mungkin karna kami akan segera menikah. Sehingga membuat ku terlalu berjaga-jaga dan terlalu banyak berpikir.

Setelah sampai di rumah Andre, aku mengikuti nya berjalan sampai ke kamar. "Sayang, maafkan saya" Ujarku

"Ada denganmu?" kata Andre sambil membuka bajunya hendak berganti busana tidur.

"Ah, tidak lupakan saja" Kataku...

Andre menyadari keanehan ku beberapa hari ini. Ia menatapku dengan penuh makna. Di tariknya tanganku untuk duduk di pangkuannya di atas ranjang.

"Kali ini katakan padaku ada masalah apa?" Andre bertanya lembut.

Aku melihat wajahnya dengan berbinar. Dan aku tenggelam dalam pikiran- pikiran ku, masa sih Andre akan meninggalkan ku.

"Sayang apa kamu mencintaiku?" Tanyaku

"Ana, kamu tau kalo aku selalu mencintaimu" ujar Andre sambil melekat kan kedua jidat kami.

Ah benar. Andre sangat mencintaiku... Aku tak boleh ragu lagi.

Aku memeluknya dengan erat, sambil meyakinkan diriku bahwa Andre akan selalu di sisiku.

"Ana, bisakah kau lepaskan aku sekarang?"

"Ah maaf, kamu tidak bisa bernafas? maafkan saya...." Aku terlalu mendekapnya dengan erat tanpa sadar.

Kami saling bertatapan lalu tertawa....

"Biarkan aku melakukan sesuatu padamu" ujar Andre. Tangannya diletakkan di pinggang ku dan hendak mengeluarkan bajuku dari tubuhku...

"Apa yang hendak akan kamu lakukan sayang? tanyaku

"Biarkan aku membantu mu melepaskan pakaian mu!" ujar Andre

Andre tersenyum melihatku dan hendak mendorong ku lembut rebah ke atas ranjang.

"Apakah sekarang kamu ingin melakukan lebih?" Tanyaku sambil menahan wajahnya yang hendak mencium leherku.

Andre berhenti dan menoleh "Apakah tidak boleh?"

"Bukan begitu... hanya saja kemarin kita sudah melakukan nya!" kataku dengan menghindari tatapan matanya.

Ah, sebenarnya aku sudah menanti ini dari tadi. Tapi entah kenapa setelah salah paham kepadanya terasa tidak ingin lagi melakukan nya, pikirku dalam hati.

"Ah, ayolah sayang..." rayu Andre.

"Kamu tampak menjadi sangat liar sekarang! biasanya kamu bisa menahannya... Bahkan selama 8 tahun terakhir kamu bisa selalu menahannya..." Ujarku memasang ekspresi menyelidiki.

"Kali ini aku tak bisa..." Andre tampak tak mau berdebat lagi.

"Ah, sayang..." desahku tak kuasa menahan suatu sentuhan yang sangat menggairahkan.

Entah kapan tangannya telah sampai ke sisi bawah sensitif ku.

"Apa kamu bisa menolaknya sekarang?" Ujar Andre tersenyum manis.

Entah ekspresi apa yang Andre tunjukkan barusan. Aku sungguh tak mengenali ekspresi itu. Dia tampak semakin terobsesi setelah malam itu. Dia bahkan tak memperdulikan pendapat ku bahwa saya tak ingin melakukannya malam ini. Aku melihat nya dengan berbinar.

Ah mungkin kami masih terlalu muda untuk bisa berpikir jernih menolak hal berbau menyenangkan seperti ini. Kurasa hanya aku yang terlalu banyak berpikir. Pikirku dalam hati.

"Apa kamu tidak menginginkan nya?" sambung Andre melihatku bengong.

"Apa kamu sangat ingin ini sayang?" tanyaku

Andre tak menjawab. Ia mulai melakukan apa yang ingin ia lakukan terhadap tubuhku.

"Aku akan melakukannya perlahan. Bersiaplah" bisik Andre ke telingaku.

"Ah...ah.. sayang sakit..."

"Ah...hah...hah...."

"Sayang, pelan-pelan..."

"Desahanmu membuatku lebih bergairah Ana. Ana aku sungguh mencintaimu" desah Andre.

Hah...hah...hah... Andre berhenti dan membaringkan badannya ke samping tubuhku. Tubuh kami tampak berkeringat dan Andre terlihat puas malam ini. Ia memalingkan wajahnya ke arahku dan mengusap rambutku lembut.

"Malam ini apa kau menikmati nya sayang?" Tanya Andre.

Aku melihatnya dan hanya tersenyum kecil.

Entah mengapa aku tak bisa tidur dan ini menjadi malam yang panjang bagiku. Andre tertidur tepat di samping ku, dan aku terbangun untuk mengambil segelas bir karena pikiranku yang selalu resah.

Aku keluar rumah ke arah taman untuk menghirup udara malam sambil menengadah ke langit.

***







Selasa, 24 Juni 2025

Bab 6: Salah Paham

Ketika suara Andre terdengar, aku langsung bergegas menuju pintu masuk menyambutnya kembali dengan senyuman di wajahku.

"Kau terlihat bahagia, apa ada sesuatu?" Ujar Andre.

"Apa sangat terlihat?" Jawabku. "Apa kamu lelah, biar ku bantu membawakan tasmu"...

Kami berjalan ke ruang ke arah ruang tamu. "Bagaimana kondisi kantor?" tanyaku

"Semuanya baik-baik saja sayang" Jawab Andre.

"Hmt, sayang saya sudah membuat makan malam untuk kita. Segera lah mandi dan temui aku di ruang tamu" Ujarku.

Andre melihatku "Bagaimana jika kamu menemani ku mandi sayang?" tanya Andre sedikit menggoda.

"Saya sudah selesai mandi sayang" Ujarku sambil meletakkan kedua tanganku di dada Andre.

Andre memelukku "Apa kau mau bercinta denganku malam ini?" Bisiknya di telingaku...

Lesung pipiku memerah, jantung ku berdegup sangat kencang. Aku takut Andre bisa mendengarkan nya sehingga aku sedikit mendorongnya "Kamu sudah bau, cepatlah mandi..." jawabku mengalihkan topik pembicaraan.

"Baiklah,, kalo begitu berikan aku sedikit semangat!" tatapan Andre nakal sambil memajukan bibirnya ke arahku.

Ah, aku segera menempelkan dengan cepat bibirku ke arah bibirnya. "Sekarang pergilah mandi... aku bergegas mengalihkan pandangan ku dan hendak pergi ke dapur.

Tangan Andre menggapai tanganku, seperti nya ia tak mengijinkan ku untuk pergi begitu saja, apakah dia ingin lebih! Pikirku

Aku berbalik dan hendak ingin menolaknya untuk berciuman lebih intens. Namun saat ku berbalik dia berkata: "jangan sampai terluka saat di dapur. Aku akan segera mandi dan datang untuk menikmati masakan mu" ujar Andre santai.

Sontak aku tak tau harus berekspresi seperti apa. Tampaknya hanya diriku yang berpikir terlalu liar sekarang.

"Baiklah. Pergi cepat sana..." jawabku sedikit kesal karena berharap sesuatu yang lebih...

Sebaiknya aku segera ke dapur memanas kan masakannya.

"Humm, tercium bau yang sangat harum. Bahkan aku bisa menciumnya dari kamar mandi. Aku tak sabar untuk mencicipi masakan mu sayang" kata Andre sambil berjalan ke arahku.

"Kamu sudah selesai rupanya. Berhenti disana. Jangan kesini dulu.." Ujarku membuat Andre penasaran...

Aku berlari ke arah Andre dan menutup matanya serta menuntunnya ke arah meja makan.

"Ta....da... bagaimana? Ini khusus ku buatkan untuk mu... apa kamu suka?" aku sangat bersemangat untuk menunjukkan hasil karyaku padanya.

"Hmm, kelihatan bagus..." Andre menunjukkan ekspresi yang biasa saja. Dan membuat ekspresi lain seakan-akan masakan ku malam ini sungguh luar biasa.

"Sayang, kamu benaran suka apa tidak sih?" keluhku melihat Andre yang bingung mencari cari ekspresi.

"Sa..yang.. ini bagus kok" kata Andre terbata-bata "Aku suka... Tapi lain kali biar aku yang masak yah! Atau kamu bisa pesan saja di luar. Kartu kredit aku kan ada di kamu." sambung Andre penuh pertimbangan.

"Jadi apakah kamu tidak suka?" Jawabku mencari tahu hal yang sebenarnya. Aku sedikit memperhatikan ekspresi kurang yakin akan ucapan Andre.

"Bukan begitu, aku suka kok... gimana kalo kita makan sekarang? aku sudah lapar" Tanya Andre menggoda....

"Baiklah... ini punyamu dan ini punyaku"...

Aku meletakkan beberapa daging ham lebih banyak ke piring Andre...

"Selamat makan" Ujarku.

Aku langsung menyantap sepotong daging ham yang berhasil ku panggang... Andre tampak menikmati nya. Dia terlihat bahagia menyantap masakan ku. Tentu saja, kali ini aku ingin dia merasakan sesuatu dari sentuhan tanganku. "Huu..ek... sayang kenapa kamu tidak bilang kalo rasanya seperti ini?" tanyaku "kamu tak perlu makan lagi" Sambungku berbicara sambil mengambil mangkuk makanan Andre.

Andre tampak tersenyum...

"Apakah kamu sudah sadar dari tadi jika makanan ini tidak pantas untuk di makan?" kataku dengan ekspresi wajah yang tampak tak senang. Aku langsung terlihat murung di depan Andre.

"Maaf, seharusnya saya tidak mencoba memasak untuk mu" saya membuat pernyataan.

"Tidak apa-apa. Daging ini hanya sedikit gosong. aku masih bisa memakannya. Kamu tidak perlu sedih begitu" kata Andre menenangkan ku.

"Tidak bisa... kita makan di luar saja" Jawab ku tegas.

"Baiklah... Aku ambil kunci mobil dulu" Andre bergegas mengambil kunci mobil dan kami berencana pergi ke kafe favorit kami...

Diperjalanan saya sedikit menyalahkan diri sendiri. Andre tau jika aku tak bisa memasak, dan aku pun tau itu. Bagaimana bisa aku mencoba membuat kan Andre sesuatu yang mungkin dapat meracuninya...

Padahal aku sudah nonton di YouTube cara memanggang daging ham agar terasa lesat...

Diperjalanan Andre menghiburku, sehingga aku tak terlalu memikirkan hal tadi. Sesampainya di kafe, kami memesan beberapa makanan utama dan mengambil tempat duduk di dekat jendela.

"Sayang, aku ke kamar mandi dulu" kataku.

"Oke.." jawabnya singkat.

Aku membersihkan wajah ku yang sedikit tampak kusam. Ku alaskan sedikit bedak agar terlihat lebih natural. Setelah selesai aku segera keluar, namun

langkah ku terhenti saat melihat seorang wanita sebayaku menghampiri pacarku di tempat kami.

Mereka bahkan tak segan-segan berpelukan di depan umum. Tiba-tiba hatiku

menjadi resah dan deg-degan... Entah siapa wanita itu, aku tak mengenali nya. Ku tak pernah melihatnya dan perasaan takut sedikit menghantuiku.

Dengan bergegas aku masuk di antara mereka dan membuat mereka sedikit canggung karena kehadiran ku.

"Ah, Lisa ini Ana. Tunangan ku. Ana ini Lisa manager keuangan di perusahaan" Jelas Andre.

Saya melihat Lisa dengan tajam dan sedikit mengintimidasi. Aneh, dia karyawan. Kok Andre bisa berpelukan dengannya tadi, gumam ku dalam hati...

Lisa tersenyum padaku... Lihat senyuman nya, dia mau menggoda siapa sebenarnya, pikirku.

Lisa melihat ke arah Andre "Gue tau kok mas dia siapa..." Kata Lisa, kemudian ia menatapku sambil memberikan tangannya untuk bersalaman "Hai, gue Lisa"

"Oh, hai... Ana..." jawabku sedikit judes sambil menjabat tangan Lisa. "Dia memanggil pacarku dengan sebutan mas..haah.." gumamku...

"Ah, Lisa kami akan makan malam. Kamu mau bergabung dengan kami?" Tanya Andre menawarkan...

Aku sontak melihat ke arah Andre dengan tatapan tidak setuju.

"Ah baiklah. Jika tunangan mas tidak keberatan" Jawab Lisa dengan halus.

"Kamu tidak keberatan kan sayang?" tanya Andre.

"Tentu saja tidak" jawabku dengan senyuman yang terpaksa.

"Ah.." gumamku kecil...

Bagaimana mereka bisa menunjukkan sesuatu seperti ini di depanku. Aku melihat ke arah Lisa dengan tidak senang. Dia sungguh ingin makan bersama kami...

Wajahku sedikit cemberut. Andre harus menjelaskan mengapa dia bersikap seperti ini.

Makan malam kami berlangsung canggung bagiku, tapi tidak dengan mereka. Mereka tampak menikmati obrolan mereka dan menganggap ku seakan tak ada...

Lisa sesekali tersenyum manja ke arah Andre sambil mengobrol, dan saya tidak nyaman dengan hal itu.

"Hmt, Sayang... Saya ingin pulang. Seperti nya saya tidak enak badan" kataku memotong pembicaraan mereka yang tak ku pedulikan.

"Sebentar, aku bayar makannya dulu kalo begitu" Kata Andre...

Setelah Andre pergi, aku langsung melihat Lisa. Dia tersenyum "Gue sepupu Andre. Loe ngak pernah lihat gue karena gue selama ini tinggal di Australia. Gue nyampe indo baru 5 hari yang lalu untuk membantu Andre di perusahaan.

Aku terkejut mendengar pernyataan itu dan juga merasa sedikit malu karena sempat salah mengira. Aku melihat ke sisi samping meja makan, "Ini salah Andre. Kenapa juga dia memperkenalkan sepupunya dengan sebutan manager keuangan. Kan saya jadi salah paham" Gumam ku dengan suara bisikan kecil. "Kamu sepupu Andre. Kalo begitu saya harus minta maaf" aku berkata dengan lembut kepada Lisa.

"Minta maaf...?" Ujar Lisa tak mengerti

"Ah, saya salah mengira akan dirimu" Jawab ku dengan malu

"Oh... hahaha... santai saja. Gue ngak masalah kok" Lisa tersenyum.

Andre menuju ke arah kami. Tampaknya ia sudah membayar makanan nya. Andre merangkul ku dan melihat ke arah Lisa "Lis, kami duluan yah."" ujar Andre.

Lisa tersenyum dan mengayunkan tangannya

"Sampai ketemu lagi" Ujarku

"Iya sampai ketemu lagi Ana" Jawabnya...

Kami akhirnya kembali dan aku merasa sedikit lega karena aku hanya salah paham terhadap Lisa. Entah mengapa akhir-akhir ini aku terlalu khawatir mengenai hubungan kami. Mungkin karena kami akan segera menikah.

***