Sexy Red Lips

Minggu, 05 Oktober 2025

Bab 12: Perilaku Orang Kaya

 "Ugh... hoam...."

Merenggangkan kedua tangan ke atas adalah salah satu gerakan yang wajib untuk di lakukan ketika bangun dari tidur.

Sinar mentari masuk ke dalam ruangan, masuk melalui jendela yang seakan mengizinkan. Suara kicauan burung yang di padukan dengan suara mesin pemotong rumput pun menjadi pengisi saat ia terbangun dari tidurnya.

"Nyenyak banget tidur ku,"

Setelah itu, ia terbangun dari tidur, duduk di kasur terlebih dulu tanpa melakukan apapun selama beberapa menit untuk mengumpulkan nyawa sekaligus kesadaran yang rasanya masih melayang-layang.

Melihat ke sekeliling, dan tepat saat itu juga ia menepuk kening. "Astaga, bagaimana aku bisa lupa kalau masih berada di rumah Denish? ralat, mansion." Ia buru-buru menyibak selimut yang menutupi tubuhnya, bahkan ia sudah memakai baju(?) yang benar saja, seingatnya ia berakhir tidur setelah Denish membopong tubuhnya ke kamar laki-laki itu di lantai dua untuk kembali berhubungan badan untuk ronde ke-3. Kedengarannya memang brutal, namun Ana menyukainya.

"Pasti Denish yang mengurusi ku, mana mungkin ia menyuruh maid melakukannya yang artinya memperlihatkan aib."

Menapakkan kaki di lantai dengan sandal berbulu berwarna coklat, bergambar beruang. Kini, ia berjalan ke arah kamar mandi karena hal pertama yang harus di lakukan adalah membersihkan tubuh.

Ana berani bertaruh kalau Denish sudah pergi entah kemana, sudah biasa ia di tinggal oleh laki-laki satu itu.

Melucuti pakaian di tubuhnya, setelah keadaan naked, ia masuk ke dalam shower. Membersihkan setiap bagian tubuhnya, ia juga memakai peralatan mandi seperti sabun dan lain-lain yang entah kenapa ada untuk khusus wanita.

"Denish mempersiapkan semua ini untuk ku? Aneh,"

Tidak berpikir jauh, dalam waktu 15 menit ia sudah selesai mandi. Menarik handuk yang berbentuk piyama, setelah itu berjalan ke arah cermin yang terdapat wastafel. Ia mematut wajah, menyambungkan hairdryer untuk mengeringkan rambutnya yang basah setelah memakai vitamin rambut.

Ia sungguh senang dengan semua fasilitas disini. Bagaimana tidak senang? Fasilitas di mansion milik Denish sangatlah lengkap jika di bandingkan dengan miliknya di rumah, tentu sebuah perbedaan yang sangat jauh.

Selesai melakukan pengeringan rambut, ia langsung keluar dari kamar mandi, masih memakai sandal berbulu yang sangat lembut di kakinya.

Membuka pintu kamar mandi, dan ia telah melihat gantungan baju berwarna

gold. Disana ia bisa melihat nota yang tertulis 'pakai ini dan segera isi perut mu di pantry'.

Ana tersenyum.

Ia mulai mengambil semua hanger baju dan membawa bersamanya ke fitting

room.

Setelah beberapa menit ...

"Berapa harga outfit mu?"

Ana terkekeh karena merasa lucu bertanya pada diri sendiri. Ia tau harga pakaian yang melekat di tubuhnya memiliki nominal fantastis walaupun hanya outfit casual.

"Bagus juga pilihat outfit Denish. Apa yang tidak bisa di lakukan oleh laki-laki itu, ya?"

Bangun tidur tidak perlu repot dengan urusan rumah, tidak seperti di rumahnya yang kalau tidak bangun pagi pasti ayahnya sudah membawa rotan untuk membangunkan Ana.

Seberapa keras didikan orang tua Ana yang malah membuat putri mereka melangkah ke jalan penuh kesesatan dan nafsu dunia.

Ia ingin berjalan ke pintu kamar, namun mendapati ada buket bunga beserta

surat yang mungkin untuknya? Memangnya untuk siapa lagi? Hei, hanya ia yang berada disini.

"Romantis, tapi sesekali harus jual mahal, benar?"

Ana pun mengabaikan dan berjalan keluar dari kamar ini. Ia bahkan sudah memakai kembali tasnya, untuk baju kotor juga sudah ia bawa menggunakkan tote bag yang juga di sediakan Denish, atau mungkin salah satu pekerja disini? ia tidak ingin ambil pusing untuk hal ini.

"Selamat pagi, Nona. Silahkah sarapan terlebih dulu, kami sudah menghidangkan menu sarapan terbaik."

Bagaikan ratu di sebuah kerajaan, Ana di sapa dengan hangat bahkan ada senyuman yang terlukis di wajahnya.

Ana menganggukkan kepala, memberikan sedikit senyuman juga. "Selamat pagi, terimakasih."

Setiap langkah Ana di rumah ini pasti di ekori dengan maid. Tidak, para maid tidak bermaksud untuk 'mengekori' dalam arti yang negatif, namun memang pelayanan di rumah ini sangat eksklusif.

Ana sampai di meja makan yang sudah ada dua maid yang siap melayaninya. Dari ia duduk, sampai bokongnya telah mendarat di kursi, lengkap sudah.

Ada sepiring Scrambled egg, bacon dan sosis, roti panggang dengan selai, hash brown, panekuk, dan sereal, juga ada buah-buahan.

"Selamat menikmati makanan yang tersaji, Nona."

"Haruskah aku menuruti kalian? Maksud ku, aku ingin pulang naik taksi,"

Ana cukup tidak nyaman karena ternyata menjadi orang kaya pasti hidupnya selalu di layani. Maksudnya memang keren di antar pulang ke rumah menggunakkan Mercedes-AMG GT 53 4MATIC 2020, namun yang tidak keren adalah kembali di bicarakan oleh tetangga sekitar.

Sepertinya ibu-ibu lambe gang tidak pernah berhenti untuk selalu membuat gosip baru walaupun sudah berpuluh-puluh kali Ana tegur bahkan di permalukan juga sudah.

"Tapi maaf, Nona. Ini semua perintah Tuan Denish,"

Ya, ya, ya. Denish lagi yang sudah pasti memerintahkan mereka semua untuk menjaganya, atau lebih tepat melayaninya.

Ana memutar kedua bola mata. Kini, ia sudah berada di teras rumah. "Baiklah, aku mengalah. Tapi antarkan aku sampai titik yang aku inginkan, mengerti?" "Tapi Tuan Denish-"

"Jangan hanya tentang mendengarkan dengarkan dia, kalau kau juga tidak mendengarkan aku, pasti itu berdampak buruk bagi kalian."

Akibat dari apa yang di katakan oleh Ana membuat para pelayan menganggukkan kepala, mengerti dengan apa yang di katakan oleh dirinya.

Pada akhirnya, kini Ana sudah memasuki Mercedes-AMG GT 53 4MATIC 2020 yang astaga... ini pertama kali baginya. Sudah banyak kolega besar yang menyewanya. Tapi untuk di bawa ke rumah atau bahkan di berikan tumpangan mobil mewah pun tidak pernah, hanya Denish yang memperlakukannya seperti ini.

Ana duduk di kursi belakang, tentu saja.

"Ada sesuatu di samping mu, Nona."

Mobil sudah melaju bahkan sudah memasuki jalan raya, namun Ana baru mendengar sang sopir yang berkata kepadanya.

Ana menolehkan kepala ke samping, memang ada kotak hitam sih, namun yang ia pikirkan sebelumnya juga tidak merasa penasaran karena bukan hak-nya untuk menyentuh barang orang lain.

Menganggukkan kepala. "Iya, aku melihatnya. Ada apa memangnya dengan kotak ini?" Ia merespon.

Sang supir tidak melirik ke arah Ana seperti halnya ia menghargai kalau wanita yang ia tumpangi adalah milik Denish, yang artinya menjaga pandangan sangat penting bagi majikannya.

"Untuk mu, Nona. Dari Tuan Denish untuk mu,"

Ana terkejut, apalagi yang di siapkan Denish untuknya? Ayolah, terlalu banyak kejutan jika memasuki kehidupan orang kaya.

Ia pun meraih kotak hitam tersebut dan meletakkan di pangkuannya. Membuka dengan perlahan pita yang menjadi hiasan sekaligus penahan kotak, setelah itu membuka tutupnya.

"Astaga."

Ana meraih benda yang ada di hadapannya, ia tersentak. "Ponsel baru?" Bahkan, masih tersegel dan ada logo dan beberapa aksesoris lainnya yang membuktikan kalau ponsel ini ORI dari toko yang legal.

Ponsel dengan kamera tiga di belakang, keluaran terbaru pada tahun ini.

"Dekatkan aku lebih dekat lagi dengan Denish, Tuhan."




Sabtu, 04 Oktober 2025

Bab 11: 2 Wanita Sexy Penuh Gairah

 "Begini jauh lebih sexy, kau nakal, ternyata sedaritadi tidak memakai CD!" Ya, Ana memiliki penjelasan untuk 'tidak memakai Cd' ini.

Denish langsung membalikkan tubuh Ana yang langsung menghadapnya. Ia melihat tubuh yang... "Sialan, hanya dengan melihat mu saja sudah membuat ku tegang, baby. Aku akan membuat mu mengaduh minta ampun untuk malam ini,"

"Ahhhh... ahhhh.... damn, you naughty bastard."

Mendengar erangan yang penuh dengan desah yang keluar dari dalam mulut Ana membuat Denish bersemangat. Ia memainkan kewanitaan Ana dengan kedua jarinya, terlihat wanita itu yang merem melek ia buat.

Tau Ana kenikmatan, gairah Denish semakin keluar. Ia mempercepat kocokan 2 jemarinya di lubang kenikmatan milik wanita yang ada di hadapannya.

Posisi mereka berdiri, namun ia menaikkan satu kaki ana ke bahunya, membiarkan Ana kini bersandar di meja makan agar tubuhnya tidak oleng. "Sebut nama ku, dan aku akan membuat mu menjerit penuh nikmat, sayang."

Ana mendengar setiap kata yang di lontarkan oleh Denish, terdengar sensual sampai terasa lubang kewanitaannya yang berisi jari laki-laki tersebut menembus sampai perutnya yang menyebarkan perasaan geli seperti kupu-kupu berterbangan.

"Ahhh... Denish..." Ana bukan sengaja mendesah agar membuat Denish terangsang, ia mendesah sungguhan karena mungkin akan gila dengan permainan laki-laki di depannya yang padahal ini bisa di sebut sebagai perawalan.

Denish menarik senyum miring. "That's what I mean baby."

Denish sudah tidak tahan, apalagi saat melihat ekspresi Ana yang

menggairahkan. Sial, ia tidak pernah kewalahan menghadapi hasratnya, namun saat bersama Ana sepertinya berbeda.

Ia mengangkat tubuh mungil Ana setelah menghempaskan apa yang berada di atas meja. Piring, gelas, bahkan peralatan lainnya pecah dan ia tidak peduli.

"Kau sangat brutal." Ana berbicara dengan suara sensual, apalagi lidahnya yang tampak menggoda Denish secara tidak langsung, mungkin ia sengaja melakukan hal ini.

Denish menarik senyuman, setelah itu mendekati tubuh ke Ana dan kedua tangannya memegang leher wanita yang terbaring pasrah di atas meja makan. Tangannya yang terlihat berurat menambahkan sensual tersendiri bagi wanita yang mendapatkan service menggairahkan dari dirinya.

"Hanya pada mu." Denish menjawab dengan tatapan matanya yang mengerling.

Ana pun menaikkan kedua kaki ke atas meja, memperlihatkan daerah

kewanitaannya untuk di nikmati oleh laki-laki di hadapannya. "Well, if that's what you say, come and eat me."

Mendengar suara Ana yang mirip desahan, menjadikan Denish tertantang. "Begitu? Jangan menyesal jika besok kau tidak bisa berjalan,"

"Dan itu adalah resiko untuk ku," Ana membalas sambil mengedipkan mata.

Merasa Denish lama, Ana mengubah posisinya terlebih dulu menjadi duduk di atas meja. Lalu, ia menarik kerah baju Denish sampai kepala laki-laki itu berada di bahunya. "Lihat dan nikmati." Ia berkata.

Dengan gerakan sensual, Ana mulai membuka pakain Denish, bahkan sesekali ia mengendus aroma maskulin laki-laki kaya yang berada di tubuh Denish, sangat menambah gairah.

"Kau memiliki wangi yang harum—awshhh!" Ana ingin memuji, namun kedua tangan besar Denish meremas gunung kembarnya di dada.

Sedangkan Denish? Ia merasa tubuh bagian atasnya sudah tanpa helaian, dan ia dapat merasakan ada tangan mungil yang meraba bagian kejantanannya dengan gerakan perlahan. "Sial, seperti ini saja kau seakan menantang ku."

Bersamaan dengan celananya yang sudah merosot karena hasil dari pekerjaan tangan Ana yang cekatan.

"Aku akan memompa mu-

"Dengan cepat, Denish."

Denish mengarahkan kejantanannya yang sudah berdiri dengan sempurna, sambutan Ana pun sangat hangat, bahkan wanita ini sudah kembali memposisikan tubuhnya di atas meja.

Tidak masalah jika si wanita yang lebih dominan menggoda, karena itu lah tugas Ana. Dan siapa sangka laki-laki ini memiliki hasrat tinggi pada Ana?

"Sesuai permintaan mu,"

Dan masuk lah kejantanan Denish ke lubang kewanitaan Ana, masuk dengan sempurna dan Ana merasa ada yang membesar di kewanitaannya yang kini terasa penuh.

"Ahhhhhhhhh...." Ana melenguh lega, ia melihat ke arah Denish, laki-laki itu dengan semangat memaju-mundurkan bokongnya. Bahkan tangan Denish yang kekar tidak segan memainkan buah dadanya yang menantang.

Sudah dapat di tebah kalau ruang makan telah menjadi ruangan penuh desah yang mereka lakukan.

Menurut Denish, persetan dengan maid di rumah ini karena mereka bekerja bukan untuk mengetahui apa yang menjadi privasinya. Dan jika mereka mendengar desahan Ana dan dirinya di sesekali waktu, itu bukan menjadi topik pembicaraan yang harus mereka bicarakan. Bekerja dengan profesional, pekerja seperti itu lah yang di butuhkan oleh dirinya.

Denish melihat ekspresi Ana, ekspresi penuh kenikmatan hasil genjotannya. "Ahhhh Denish, faster baby....

"Ahhhhh...."

Tubuh Ana terguncang dengan hebat, inilah yang membuat Denish semakin bernafsu untuk menyalurkan kenikmatan yang lebih.

"Kau cantik saat di bawah ku, tidak kalah cantik jika posisi mu di atas." Denish beralih meraih wajah Ana, jemarinya yang juga kekar pun menyelusuri wajah bak tanpa pori-posi, lalu berhenti lu mulut wanita tersebut dan jemarinya di isap dan di kulum dengan gerakan sensual.

Ana tidak pernah merasa semabuk ini. Ia tidak pernah di buat seperti melayang yang padahal mereka melakukan hubungan badan di meja, yang biasanya selalu ia lakukan di ranjang. Ini adalah pengalaman baru dengan laki-laki tampan dengan kejantanan besar yang memuaskan.

Ana merem melek, ia tidak tau kapan terakhir merasa hubungan badan bisa membuat tubuhnya seolah melayang.

"Kau membuat ku gila, Ana. Aku akan gempur kamu sampai besok rasanya kedua kaki mu ingin patah, kau yang meminta dan aku yang akan

mewujudkannya."

Dan sebagai jawaban, hanya ada desahan saja yang terdengar.

Meja makan menjadi saksi bisu dimana hubungan badan tanpa di landasi percintaan jelas adanya, bahkan mungkin banyak(?) Mereka hanya manusia yang ingin menyalurkan nafsu, namun mungkin juga menjadi keputusan yang salah. Ruangan penuh desah yang seolah saling menyahuti antara Ana dan Denish, menjadi penambah suasana di antara mereka. "Kau tau satu hal atau tidak?" "Apa?" Ana menjawab dengan tubunya yang masih terguncang, bahkan berkali- kali tubuhnya menggeliat layaknya ulat bulu, belum lagi harus menggigit bibir bagian bawahnya karena tidak kuat dengan kenikmatan yang Denish berikan.

"Kau wanita pemuas yang luar biasa."

Jangan pernah memandang kehidupan seseorang hanya karena kisah buruk dan dunia tercelanya yang tersaji. Tidak semua orang bisa menilai sampai tau apa yang terjadi di akar, terkadang banyak yang hanya menilai dari sampulnya. Semua orang memiliki masalah, hanya berbeda cara untuk mengatasi. Dan disaat Ana mengambil jalan penuh desah dan nikmat untuk setidaknya melupakan semua beban dunia yang di pikul olehnya, mungkin ini keputusa mutlak yang tidak akan bisa di ubah.

Tidak ada kehidupan yang bisa menjelaskan seberapa baiknya mengubur rasa sakit dan menurut Ana jauh lebih baik untuk bersenang-senang dengan kesesatan dunia.




Rabu, 01 Oktober 2025

Bab 10: Diatas Satu Meja Makan

 Suara alat makan yang berdenting dengan piring pun terdengar mengisi suasana selain hadirnya topik pembicaraan panas yang menjerumus.

"Sudah selesai, kenyang."

Ana menepuk mulutnya dengan napkin, betapa anggunnya dia karena bisa menyesuaikan suasana yang tersaji. Ia sangat pandai untuk menjadi karakter yang berbeda-beda, karena memang memiliki cukup bakat untuk hal

penyesuaian diri seperti ini.

Denish yang sedang menikmati makanannya pun langsung menaikkan pandangannya. "Huh? Kau sudah tidak sabar untuk di berikan kenikmatan dari ku?" Ia bertanya sambil mengerling.

Di meja makan ini, hanya ada Denish dan juga Ana. Tidak ada orang lagi selain mereka berdua, para maid pun di berikan perintah untuk tidak mendekat karena obrolan mereka terdengar bebas bahkan tidak masalah membicarakan mengenai obrolan yang menjerumus ke hal dewasa.

Terkesiap dengan perkataan Ana, ini menjadikannya menghembuskan napas dengan perlahan-lahan. "Percaya diri banget sih lo?"

"Inget untuk jadi wanita lembut seperti di ranjang, Juliana Moretha."

Pipi Ana bersemu, setelah itu melengos. Namun, saat ia mengalihkan pandangan, ia langsung melihat sebuah bingkai foto yang membuatnya bertanya-tanya. "Foto bersama siapa itu? Kekasih mu?" Ia bertanya, hanya penasaran dan bukan cemburu.

Sudah banyak sekali pekerjaan kotornya yang menelan para laki-laki hidung belang yang membutuhkan pemuas di setiap minggunya. Tidak banyak juga mereka sudah memiliki kekasih atau pun istri yang seharusnya tidak melakukan hal penuh gairah pada wanita lain, ini masalah menghargai dan memegang kepercayaan.

Kenapa Ana tau kalau rekan pemuas nafsunya memiliki wanita spesial? Karena tak jarang wanita ini menelepon ke laki-laki yang sedang ia puaskan hasratnya, bahkan beberapa juga ada yang meletakkan foto wanitanya di dompet yang tidak sengaja Ana lihat ketika laki-laki tersebut membuka dompet mereka.

Terkadang, Ana paham kalau semua laki-laki itu setara, apalagi menginginkan hasrat besar yang membutuhkan wanita yang dapat menyalurkan semua gairah. Ana sampai sekarang belum percaya kalau ada laki-laki baik yang tulus. Buktinya, ayahnya. Jangan jauh-jauh, laki-laki brengsek di hidupnya jatuh pada Tom. Kasar, suka berjudi, bermain perempuan, jangan lupakan minum anggur merah-pemabuk di setiap malamnya menjadikan poin sangat negatif untuk mendeskripsikan sang ayah.

Denish tau kalau orang yang ke rumahnya dan jika melihat foto itu pasti akan meluncurkan pertanyaan kepadanya. Memang, siapa yang tidak habis pikir dengan adanya fotonya berdua dengan seorang wanita yang selama ini orang- orang melihatnya selalu sendirian?

"Dia? Ibu ku." Denish menjawab sambil menyudahi makannya yang belum habis. Apa boleh buat? Ana mengatakan sudah selesai makannya, jadi ia melakukan hal yang serupa.

Ana mengerjapkan mata. "Bolehkah?" Ia bertanya, meminta izin.

Denish menganggukkan kepala. "Ya, sure. Silahkan."

Setelah mendapat persetujuan, Ana beranjak dari duduknya dan melangkahkan kaki untuk menghampiri objek benda yang ingin ia amati.

Ana berhenti, lalu melihat bingkai foto yang terpanjang di dinding. Bingkai yang sepertinya di hiasi berlian, mungkin? Ia bahkan tidak bisa menebak alasan Denish memilih bingkai foto yang ada berliannya. Biasa lah, orang kaya bisa melakukan apa saja.

Ana memperhatikan siapa yang ada di bingkai foto. Wanita yang terlihat masih muda, dan itu adalah potret yang sepertinya di ambil tidak jauh dari usia Denish yang sekarang.

"Itu foto satu minggu yang lalu."

Mendengar suara Denish yang seolah-olah bisa membaca pikiran, dan ini menjadikan Ana paham kalau ibu dari laki-laki yang masih berada di meja makan itu adalah wanita yang awet muda, membuatnya terkesan, apalagi wajahnya sangatlah cantik dan seolah tanpa kerutan.

"Dan... di mana dia?" Ana bertanya.

Ada dua kemungkinan, ibu Denish hamil di luar nikah atau nikah muda. Oke maaf kalau pemikiran Ana terlalu to the point, namun ini adalah kenyataan, benar? Kenapa ia bisa berpikiran opsi satu dan dua? Karena di sepanjang mansion ini, tidak pernah terlihat ada foto keluarga lengkap dan hanya foto Denish dengan wanita yang menurut pengakuan laki-laki itu adalah ibunya, yang artinya mendukung opsi satu. Belum lagi, untuk opsi dua itu sudah jelas karena di dukung dengan wajah awet muda.

"Apa yang kamu pikirkan, hm?"

Tubuh Ana yang hanya terbalut dress selutut yang membiarkan pahanya terbuka dan punggungnya terekspos dengan sempurna belum lagi belahan dada V lebar yang seolah memamerkan kedua gundukan kembar di dadanya, rasa merinding pun menjalar ke seluruh tubuh.

Ana dapat merasakan hembusan napas di lehernya. Terasa hangat, bahkan kini bulu-bulu halus dari brewok tipis Denish pun terasa di bahunya yang tanpa benang.

"Enggg.." Ana menutup mata, merasakan hembusan napas Denish yang membuat bulu roma-nya berdiri.

Sebagai seorang laki-laki, Denish sama sekali tidak bisa di katakan sebagai sosok yang baik. Terbukti dari tangannya yang mulai naik, dari pinggul, sampai menyentuh gunung kembar wanita yang ia peluk dari belakang.

"Kenapa memakai baju seperti ini? Sengaja ingin menggoda?"

"Itu sudah tugas ku, Denish."

"Nah seperti ini, jadilah wanita yang lembut saat berada di dekapan ku." Ana tidak merespon. Tolong, ia terbuai dengan perlakuan Denish yang menurutnya sangat... membuatnya mabuk kepayang. "Hentikan Denish, jangan lakukan di ruang makan." Ia melirih, bahkan sampai menggigit bibir bawahnya. Denish yang melihat kecemasan Ana pun terangsang, ia dapat melihat semua ekspresi wajah Ana walaupun kini ia berada di belakang wanita itu. "Emangnya kenapa? Aku jago melakukannya di mana pun," ia berkata seperti ini.

Denish. Terkadang, ia menjadi pria dingin saat sudah selesai melakukan aktifitas panas karena merasa hasratnya telah di salurkan. Jadi, ibaratnya ia menjadikan Ana pelampiasan dan membuangnua jika sudah di pakai. Namun sekarang lihat, jika ia membutuhkan pelampiasan, maka sifatnya selembut kapas.

Ana tidak bisa berkata-kata, ia membiarkan Denish yang mengarahkan semuanya padanya. Ia biasanya yang lebih dominan memainkan tubuh laki-laki karena ia melayani pekerja yang artinya terkadang tenaganya sudah terkuras. Namun untuk Denish yang sekarang, ia di tuntun oleh laki-laki itu untuk mendapatkan kenikmatan.

Denish selalu mendapatkan lampu hijau dari banyak wanita, namun yang membuatnya sangat memiliki hasrat besar adalah Ana, hanya Ana.

"Kau sangat sexy, membuat jiwa ku bergetar."

"Dan sentuhan mu, engg- sangat sensual."

Denish semakin berani, seperti awal pertemuan mereka dialah yang dominan. "Let's do it right here, right now, at the dinner table."

Srekkkkkk

Ana yang tadinya menutup mata pun langsung membelalakkan kedua matanya. Bajunya di robek oleh Denish!

"Begini jauh lebih sexy, kau nakal, ternyata sedaritadi tidak memakai CD."

Ya, Ana memiliki penjelasan untuk 'tidak memakai Cd' ini.

Denish langsung membalikkan tubuh Ana yang langsung menghadapnya. Ia melihat tubuh yang... "Sialan, hanya dengan melihat mu saja sudah membuat ku tegang, baby. Aku akan membuat mu mengaduh minta ampun untuk malam ini,"